MOJOK.CO – Persija, dari sisi teknis, akan merindukan Marc Klok di lini tengah. Sementara itu, Persib Bandung mendapat pemain bagus secara cuma-cuma.
Jujur, saya sering dibikin bingung dengan status kontrak profesional pemain dan klub di Indonesia ini. Soal durasi, saya masih bisa memaklumi karena berkaitan dengan kesehatan kas sebuah klub. Nah, untuk berbagai hal lainnya, jujur, saya bingung, lalu resah. Kenapa kalau membahas sepak bola Indonesia selalu ada saja bayangan rasa bingung, tidak jelas, lalu kecewa.
Beberapa tahun yang lalu ada cerita konyol. Sandi Sute, pemain pro, lupa masih punya kontrak dengan Persija Jakarta. Celakanya, dia sudah keburu tanda tangan kontrak berdurasi 1 tahun dengan Kalteng Putra. Sandi mengaku masalah ini berawal dari miskomunikasi. Lucu banget.
Yah, mungkin, dedikasi Sandi Sute ke lapangan hijau terlalu besar. Yang dia pikirkan hanya bermain, menendang bola yang sudah seperti kawan seperti Kapten Tsubasa. Lalu, bagaimana dengan Marc Klok? Gelandang Persija Jakarta yang “pindah secara gratis” ke Persib Bandung.
Nah, di sini, rasa bingung yang saya maksud di atas mulai muncul. Kebetulan, entah bagaimana, saya tahu kalau kontrak Marc Klok bersama Persija itu masih sampai 2024. Oke. Hal ini klir ya. Masih ada 2 tahun masa kerja. Namun, tiba-tiba, Marc Klok sudah berseragam Persib Bandung.
MoneyKlok dan kesetiaan yang semu
Hmm… oke, perpindahan itu hal biasa di sepak bola. Setelah saya baca lagi, ternyata Klok pindah tanda biaya. Persib Bandung tidak mengeluarkan 1 rupiah pun untuk membeli pemain berdarah Belanda itu. Yah, paling keluar dikit buat jajanin Marc Klok tiket Primajasa Rp90.000 dari Jakarta ke Bandung naiknya dari Kali Deres turun di Leuwi Panjang.
Nah, sampai di sini, berarti ada proses pemutusan kontrak. Artinya, ada penalti yang harus dibayarkan oleh salah 1 pihak. Namun, sampai sore ini, saya nggak menemukan klausul penalti itu. Ternyata, kedua pihak sepakat untuk sama-sama bubar. Jadi nggak ada penalti. Sayang banget Klok nggak dapat pesangon.
Sayang banget juga buat Persija karena kehilangan salah satu pemain bagus menjelang sepak mula Liga Indonesia, yang entah kapan bola itu akan mulai disepak. Lagipula, aksi penjualan/pembelian pemain dengan harga fantastis jarang terjadi di Indonesia.
Durasi kontrak yang pendek membuat banyak aksi transfer terjadi secara gartis. Dari sini pula lalu muncul istilah “membubarkan dan membentuk tim”. Tim bola udah kayak tim arisan yang dibubarin menjelang Lebaran buat bagi-bagi tabungan, lalu dibuka lagi sebulan kemudian dengan anggota baru.
Yah, terlepas dari itu semua, suporter Persija ngambek dong. Mereka menghujat Marc Klok, pemain berdasar Belanda yang udah jadi akamsi. Fans Persija menyebut Klok pindah hanya karena masalah duit. Pemain yang berposisi sebagai gelandang ini mendapat julukan MoneyKlok. Mungkin maksudnya plesetan dari MoneyHeist.
Sementara itu, Persib Bandung, menerima Marc Klok dengan suka cita. Akun-akun fans Persib Bandung yang saya follow banyak bikin konten lucu-lucuan untuk menyambut mantan pemain PSM Makassar itu. Yah, isinya bagus, antara menyambut, sambil menyindir Persija, tetangganya itu.
Perkara duit ini memang dilema. Pertama, di Indonesia ini, sangat sedikit pemain yang bisa setia bersama klub sampai, minimal, 5 tahun, tanpa minta gaji naik terlalu tinggi. Dikit banget. Kesetiaan pemain dengan klub itu tipis banget. Jadi, buat fans Persija, yang sabar saja. Memang begitu rata-rata kontrak dan kesetiaan pemain bola di Indonesia.
Kesetiaan paling tinggi di sepak bola Indonesia itu wujud konkretnya cuma ada satu, yaitu hubungan antara suporter dan klub. Udah itu aja. Nggak ada yang lain.
Kecerdikan Persib Bandung
Lalu, gimana dengan Persib Bandung, nih? Kalau buat saya, yang netral ini, mereka cerdik banget. Kalau hari ini Marc Klok resmi berseragam Persib Bandung, artinya, proses negosiasi sudah dimulai sejak jauh-jauh hari, bukan? Artinya, manajemen Persib bisa mendapatkan informasi perihal situasi kontrak dan isi hati Klok.
Sebagai klub papan atas yang pasti ingin membangun skuat terbaik, wajar bila Persib Bandung mengajukan penawaran. Sama seperti klub Malaysia, Timur Tengah, bahkan Bali United dan Arema FC, yang konon juga mengajukan tawaran.
Persib Bandung, di mata saya, punya 2 magnet kuat untuk sang pemain. Pertama, besaran gaji yang lebih tinggi dari tawaran Persija. Kedua, keberadan Robert Rene Alberts, sosok pelatih yang membawa Klok ke PSM dan menjadikannya sebagai salah satu gelandang sentral terbaik kala itu.
Hmm… gimana ya, Pak Rene itu adalah sosok pelatih yang bisa mengeluarkan kemampuan terbaik Marc Klok. Kalau saya jadi pemain, tentu paling enak dilatih oleh sosok yang memahami dan bisa memaksimalkan potensi saya. Di luar soal duit dan kesetiaan, aspek ini sangat penting dari saga ini.
Yang akan dirindukan Persija
Dulu, sejak Rene Alberts kembali menjadi pelatih PSM Makassar, klub ini berhasil menunjukkan cara bermain sesuai identitas mereka: keras dan penuh determinasi.
Sebuah ekosistem yang cocok untuk spesifikasi yang dimiliki Marc Klok sebagai seorang gelandang bertahan. Kecocokan ini pula yang membuat sang pemain begitu penting untuk PSM, hingga membuat Syamsul Chaeruddin, legenda PSM, tergusur ke bangku cadangan.
Sebagai gelandang bertahan, Klok adalah pemain dengan spesifikasi yang lengkap. Pemain yang saat itu masih berusia 24 tahun punya stamina yang bisa diandalkan. Area bermainnya yang cukup luas tidak menjadi masalah untuk Klok berkat staminanya. Tentunya, Klok tak sekadar berlari mengejar bola. Ia membaca arah serangan lawan dengan baik, sehingga tak membuang stamina dengan sia-sia.
Ketika dibutuhkan, Klok adalah tukang tekel yang jeli. Sepak bola Indonesia, terutama menit pertama hingga sekitar menit 65, biasanya diwarnai dengan tempo yang cukup tinggi. Banyak aksi berlari, hampir di semua situasi. Oleh sebab itu, gelandang bertahan akan “dipaksa” banyak melakukan pelanggaran karena salah menempatkan diri dan kecolongan serangan balik.
Marc Klok sendiri bisa beradatasi dengan beragam situasi dengan cepat. Saat itu, tercatat, dari 17 penampilan awal bersama PSM, Klok hanya mengantongi 4 kartu kuning dan 1 kartu merah. Kartu merah yang dia rasakan pun berupa akumulasi, bukan karena pelanggaran yang sangat brutal. Catatan ini membuktikan kecerdasan Klok ketika mengambil bola, atau melakukan pelanggaran yang disengaja (technical foul).
Melihat spesifikasinya sebagai gelandang yang komplet, Persija akan merindukan Klok. Salah satunya adalah kemampuan Klok melindungi barisan bek dan turut aktif ketika membangun serangan.
Yah, pada akhirnya, jangan pernah bertaruh kesetiaan dengan pemain sepak bola di Indonesia. Ada yang bisa bersetia dalam waktu yang lama dan sebuah ikatan emosial terbangun. Namun, lebih banyak pemain yang pragmatis, siap pindah klub sesering mungkin demi karier dan biaya hidup.
Maklum, gaji pemain bola di Indonesia, meski terbilang agak lumayan, masih ada saja yang terlambat dibayar. Mencari yang bisa memberi kepastian itu pilihan manusiawi, kan.
BACA JUGA Haringga Sirla Sudah Ajari Kita, Jangan Mengharapkan Apa pun Bahkan Pada Sepak Bola dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.