Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Balbalan

Jurus Kepepet yang Justru Mengubah Cara Sepak Bola Diberitakan

Ahmad Makki oleh Ahmad Makki
1 Juli 2017
A A
sepak bola brazil mojok

sepak bola brazil mojok

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Tidak banyak hal yang bisa bikin kegaduhan rutin berskala global sebagaimana sepak bola. Setidaknya sepak bola Eropa.

Laga El Clasico di Spanyol diantisipasi para pengguna media sosial dunia sepekan lamanya. Pertandingan big match di Inggris tak habis-habisnya diiklankan televisi. Sementara partai derbi di Italia bisa bikin para penggemar di Indonesia saling “mengusapi tahi (merda)” ke wajah masing-masing. Itu belum termasuk ajang empat tahunan macam Piala Dunia dan Piala Eropa.

Satu berita pendek dari liga Eropa bisa melahirkan meme yang menjadi viral di jagat media sosial. Libur kompetisi tidak bikin penggemar menganggur karena berita transfer diproduksi secara massal, lebih ramai ketimbang di musim kompetisi sekalipun. Bukan main cerdiknya bule-bule Eropa itu mengelola fanatisme masyarakat di seluruh penjuru dunia. Segala sesuatunya diatur sistematis, rapi dan halus, seolah alamiah saja.

Tapi, tidak semua hal besar dimulai dengan rencana yang telah disusun rapi. Paling tidak dua aspek penting dalam industri sepak bola lahir akibat jurus kepepet demi menyiasati kondisi sulit.

Halaman Majalah yang Terancam Kosong

Bagaimana jadinya jika sebuah majalah olahraga terbit tanpa kejadian penting yang bisa diliput? Tanyakan itu kepada Mário Filho (1908—1966).

Tahun 1931, pada usia 23 tahun, jurnalis Brasil ini menerbitkan edisi perdana majalah olahraga O Mundo Sportivo yang berbasis di Rio de Janeiro, kota terbesar kedua di Brasil. Terbitan pertamanya berdekatan dengan momen final kompetisi sepak bola setempat. Tak ada masalah sampai di sini.

Hanya saja setelah final, kompetisi libur sementara waktu. Di saat yang sama, peristiwa olahraga lain minim, padahal edisi kedua O Mundo Sportivo mesti tetap terbit. Tanpa berita, bagaimana caranya lembaran majalah diisi? Masak mesti terbit dengan halaman blangko? Ini era 1930-an, Anda tidak bisa klik hape buat cari berita.

Filho punya reputasi bagus sebagai wartawan sejak sebelum menerbitkan majalahnya sendiri. Ketika bekerja di halaman olahraga di surat kabar A Manhã, ia dikenal kreatif menerabas batas-batas liputan sepak bola konvensional kala itu. Laporan umum pertandingan kelewat membosankan buatnya. Ia mencari data-data detail terkait laga dan penampilan pemain, mengekspos rivalitas antarkelompok pendukung, serta menggunakan istilah-istilah yang dipakai para pendukung dalam laporannya. Mitos rivalitas kondang antara Fluminese dan Flamengo, yang melahirkan istilah populer “Fla-Flu”, juga dipengaruhi oleh gaya jurnalisme Filho.

Oke, tapi itu belum menjawab pertanyaan di atas. Tanpa berita, bagaimana caranya lembaran majalah diisi? Di sinilah Filho secara kreatif mengeluarkan jurus kepepet, yang kemudian akan membentuk wajah industrialisasi sepak bola.

Brasil kebetulan punya tradisi karnaval tahunan yang menyedot animo sangat besar. Jutaan orang sekaligus tumpah ke jalan-jalan, bergembira dan membuat keriuhan. Komunitas-komunitas kulit hitam kerap secara spontan berparade keliling kota dan saling bersaing merebut animo penonton.

Filho secara kreatif mengolah fenomena sosial ini ke dalam bingkai sepak bola. Alex Bellos dalam buku Futebol: The Brazilian Way of Life, menceritakan bagaimana Filho mengompori persaingan antarkelompok pendukung tim di tengah suasana karnaval, membuat berbagai kategori persaingan, sementara O Mundo Sportivo membuat tim untuk memberikan penilaian. Materi liputan buat majalah terhampar dengan sendirinya.

Sayangnya majalah ini berusia pendek, hanya delapan bulan. Akan tetapi, persaingan yang diinisiasi Filho menjadi tradisi yang awet.

Setelah O Mundo tutup, Filho bergabung dengan harian O Globo sebagai wartawan olahraga mereka. Ia kembali memanfaatkan rivalitas pendukung Flamengo dan Fluminese. Sebelum laga Fla-Flu, kolom olahraga O Globo fokus membangun nuansa persaingan selama seminggu penuh. Ia juga menyemangati kelompok suporter untuk membawa bermacam perabotan ke stadion. Mulai dari drum, instrumen musik, bendera dan umbul-umbul warna-warni, sampai kembang api dan mercon. Kelompok pendukung paling meriah menjadi pemenang.

Iklan

“Adu domba” ala Filho direspons penuh semangat oleh para pendukung. Teras-teras stadion seperti berubah menjadi arena karnaval. Penuh warna, penuh suara. Aksi suporter meleburkan batas antara tontonan dengan penonton. Di lapangan terjadi laga sengit, di teras stadion antusiasme puluhan ribu orang tumpah dengan cara mengesankan.

Dari sinilah terlahir tradisi atmosfer stadion yang bising dan meriah. Industri sepak bola di antaranya terinspirasi dari fenomena “karnaval” penonton di stadion.

Rupert Murdoch dan Berita Transfer

Pada 1964 koran The Sun terbit menggantikan Daily Herald yang gagal memenuhi ekspektasi penjualan. Meski sempat laku keras di awal kemunculannya, hanya butuh waktu beberapa minggu koran ini berangsur-angsur kembali ke angka penjualan Daily Herald biasanya, bahkan terus turun.

Setelah berbagai upaya mentok, tahun 1969 pihak penerbit akhirnya menyerah dan memasukkan The Sun ke daftar jual. Pengusaha media asal Australia Rupert Murdoch menyambut kesempatan ini sebagai cara untuk masuk ke pasar media Inggris. Demi bea balik nama kepemilikan, ia menggelontorkan dana 800 ribu poundsterling, dibayar nyicil.

The Sun pada perjalanannya nanti bakal punya masalah cukup serius dengan berbagai kelompok suporter sepak bola Inggris. Terutama terkait kontroversi liputan mereka tentang malapetaka di Hilsborough pada 1989. Ini tragedi sepak bola yang menewaskan 96 penonton dan 766 korban luka. Tapi, akuisisi oleh Rupert Murdoch ini juga akan melahirkan salah satu aspek terpenting dalam industri sepak bola, yakni berita transfer.

Seperti diceritakan majalah FourFourTwo edisi Agustus 2012, kabar buruk yang segera didengar Murdoch setelah akuisisi adalah kesulitan mencari tempat percetakan di wilayah terdekat. Mohon diingat saat itu belum masuk era digital, yang mana pengiriman dokumen belum segampang sekarang. Setiap harinya The Sun mesti menyelesaikan draf terbitan sebelum sore agar segera dikirim ke percetakan, lalu didistribusi ke penjuru Britania sebelum pagi.

Itu artinya proses pencetakan The Sun berbarengan dengan laga sepak bola sore di akhir pekan. Hasil laga dan berbagai perintilannya tak sempat masuk liputan. Sebuah perkara besar buat harian yang membidik pangsa pasar penggila bola. Sementara memberi kabar dua hari lalu kepada pembaca sama saja bunuh diri. Dan mustahil membiarkan kolom sepak bola kosong melompong.

Menghadapi kondisi begini Murdoch mengeluarkan jurus kepepet. Kolom laga sepak bola diisi gosip transfer pemain. Sumbernya? Yaelah, namanya juga gosip.

Sampai di sini kelihatannya semua orang senang. The Sun terbit tanpa kolom kosong, pembaca mendapat informasi baru meski baru gosip. Murdoch pun sudah menemukan percetakan yang letaknya cukup dekat. Jadi laga sepak bola bisa dimuat dalam kondisi hangat. Jurus kepepet mulai ditinggalkan.

Di luar dugaan, pembaca protes karena kehilangan kolom gosip transfer. Rupa-rupanya membaca berita transfer menghadirkan sensasi tersendiri di luar soal menang kalahnya tim favorit. The Sun menyambut aspirasi rakyat. Kan suara rakyat suara Tuhan. Berkahnya langsung terlihat ketika media-media pesaing ikut bergosip, mencontek kebijakan Murdoch.

Sejak itu berita sepak bola tak bisa lagi menyepelekan perkara transfer. Industri sepak bola ikut dibentuk dari sirkulasi gosip transfer pemain. Menguatnya posisi tawar pemain terhadap klub, kehadiran agen-agen super seperti Mino Raiola dan Jorge Mendes, juga dimungkinkan lewat perkembangan genre berita transfer.

Terakhir diperbarui pada 11 Agustus 2021 oleh

Tags: beritaBrasilInggrismario filhoo mundo sportivorupert murdochsurat kabarthe suntransfer pemain
Ahmad Makki

Ahmad Makki

Artikel Terkait

Mahasiswa asal Madura alumnus UNY di Univeristy of Bristol
Kilas

Mahasiswa Asal Madura di Inggris Cerita Beratnya Puasa 16 Jam Sambil Penelitian

16 April 2023
Kisah Loper Koran, Terus Bertahan Demi Sesuap Nasi Meski Sepi Pembeli. MOJOK.CO
Geliat Warga

Kisah Loper Koran, Terus Bertahan Demi Sesuap Nasi Meski Sepi Pembeli

6 Maret 2023
footbal's coming home mojok.co
Kilas

Dari Mana Asal Istilah ‘Football’s Coming Home’ Datang?

24 November 2022
pejabat dilempar terlu mojok.co
Kilas

Dari Raja Charles III, Bush, hingga Sepp Blatter: Ini Pejabat yang Pernah Dilempari Benda Unik

11 November 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.