MOJOK.CO – Kritik yang datang kepada klub harus diterima dengan lapang dada, bukan dengan amarah. Dalam hal ini, petinggi Barcelona yang sekarang sepertinya harus belajar ke Real Madrid.
Meneteskan perasan jeruk di atas luka mungkin adalah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan perilaku Barcelona yang membajak striker dan top scorer Leganes, Martin Braithwaite. Leganes baru mencetak 24 gol musim ini, dan mereka tidak diperkenankan mencari pengganti Martin. Tertatih-tatih di perjalanan, masih harus dijegal oleh Barcelona.
Perilaku Barca musim ini memang aneh. Menjual pemain muda berpotensial yang harusnya diberi kesempatan bermain, membajak pemain, dan berselisih paham dengan Messi. Merasa belum cukup, Bartomeu diduga mengerahkan para buzzer untuk menyerang tiap orang yang mengkritiknya di Barcelona. Barcelona sedang tidak harmonis, berbeda dengan kondisi rivalnya, Real Madrid.
Real Madrid, meskipun mereka gagal di Copa del Rey juga ditahan imbang Celta Vigo, sedang adem ayem. Mereka fokus menatap Liga Champion serta baru saja mengenalkan rekrutan anyar mereka, Reinier Jesus. Sambutan hangat Florentino dan tangis haru bahagia keluarga Reinier Jesus di acara pengenalan menegaskan Real Madrid bahagia.
Dulu, Real Madrid dianggap tim yang tidak bisa menghargai pemain mereka. Mendepak Raul dengan mudah, tidak memberikan penghormatan yang pantas untuk Casillas, dan rela menendang Makelele demi wajah-wajah penghasil uang adalah contoh sahih kejahatan Real Madrid. Tapi kali ini Real Madrid menghargai tiap unsur yang membuat tim ini berjaya. Pemain seperti Bale masih bisa mengisi starting line up, meski kontroversi tentang dirinya selalu mengisi hari-hari Madrid.
Barcelona membuat kesalahan fatal dengan menyerang tiap unsur yang mengkritik Bartomeu demi menjaga nama baik. Padahal kritik yang dilancarkan para pemain dan fans semata karena rasa cinta yang begitu besar terhadap klub. Menyerang mereka demi menjaga nama baik adalah hal idiot yang orang bisa pikirkan.
Semua orang yang mengidolai Real Madrid sempat benci pada Perez ketika Ronaldo pergi. Legenda yang belum tentu ada dalam satu siklus kehidupan dipersilakan pergi begitu saja adalah penghinaan. Tapi Perez bergeming dan tidak menyerang balik. Perez bergerak dengan membeli pemain yang membuat Madrid lebih kuat secara kolektif dan tidak lagi bergantung pada satu pemain. Kritik yang dilayangkan padanya ia terima tanpa menyerang balik.
Reputasi petinggi klub memang patut dijaga, tapi ketika menyerang pemain dan pahlawan klub atas nama harga diri adalah bunuh diri. Messi, Pique, Xavi, dan Guardiola adalah perwujudan dari keajaiban yang membuat Barcelona mencetak sejarah yang sulit diulang tim lain, dan menghina mereka adalah langkah idiot. Bayangkan petinggi Real Madrid memaki Zidane dan Ramos, yang akan kau dapati adalah kekacauan.
Barcelona harus melihat masalah yang dihadapi Real Madrid sekarang, yaitu kontrak Ramos. Kalau masalah Barcelona adalah perpecahan di dalam klub, Madrid menghadapi masalah tentang durasi kontrak. Ramos meminta 2 tahun perpanjangan kontrak, Los Merengues menyodorkan 1 tahun dengan opsi tiap tahun akan diperpanjang. Jenis masalahnya sudah berbeda, dan masalah Madrid justru memberikan satu hal manis, yaitu bahwa pemainnya begitu mencintai klub dan klub tahu bahwa mereka dicintai dan berusaha memberikan tenaga yang sama.
Masalah yang berbeda tersebut membuat kita bisa melihat kalau Barcelona sedang mengalami masa krisis dan Madrid justru sedang membentuk tim dengan rencana yang jelas. Ketika Barca harus berbuat jahat dengan membajak pemain tim kecil yang tertatih, Madrid sudah mengalihkan pandangan untuk membeli pemain muda berpotensial di musim panas agar pemain tersebut makin berkembang. Camavinga diproyeksikan akan menjadi pelapis Casemiro, dan tidak akan mengejutkan jika nasibnya seperti Mendy, pemain yang dibeli untuk jadi pelapis namun malah jadi andalan utama.
Tagar #BartomeuOut sempat muncul di media sosial, menandakan bahwa fans Barcelona begitu muak akan skandal tak penting yang menggerogoti tim. Sedangkan forum diskusi pecinta Real Madrid selalu membincangkan apakah mereka akan punya presiden yang mencintai Madrid seperti Perez. Catalan ingin menendang Bartomeu, Bernabeu tidak ingin kehilangan Perez.
Andai Barcelona tidak meraih gelar di musim ini, para jajaran petinggi tim harus belajar ke Real Madrid tentang bagaimana sebuah tim menjaga keharmonisan yang terjaga selama bertahun-tahun. Mes que un club atau lebih dari sebuah klub harusnya bisa dimaknai dengan mudah, bahwa Bartomeu tidak lebih dari Barca itu sendiri.
BACA JUGA Bukayo Saka, Little Chilli, dan Pemain Senior Arsenal yang Dipermalukan dan artikel menarik lainnya di BALBALAN.