Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Balbalan

Fans Arsenal dengan Militansi Ormas Tukang Gebuk dan Kemunculan Fabrizio Romano

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
7 September 2020
A A
Fans Arsenal dengan Militansi Ormas Tukang Gebuk dan Kemunculan Fabrizio Romano MOJOK.CO

Fans Arsenal dengan Militansi Ormas Tukang Gebuk dan Kemunculan Fabrizio Romano MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Fans Arsenal bisa berubah menjadi sekumpulan kompi teror, ormas tukang gebuk kalau urusan transfer. Salah satu pemicunya adalah kemunculan Fabrizio Romano.

Here we go! Kalimat yang terdengar lebih romantis dibandingkan segala kalimat cinta untuk fans sepak bola. Kalimat dari Fabrizio Romano yang begitu dinantikan, salah satunya oleh fans Arsenal. Sekumpulan fans dengan kekompakkan dan kegigihan luar biasa. Saya rasa, dengan kekuatan mereka, fans Arsenal bisa bikin ormas paling berbahaya.

Dalam sebuah sesi wawancara, Gabriel Magalhaes mengakui kalau bujukan fans Arsenal lewat berbagai kanal media sosial menjadi salah satu penentu keputusannya hijrah ke London Colney. Pengakuan yang sama dibuat oleh Dani Ceballos ketika menerima tawaran peminjaman The Gunners untuk kedua kalinya.

Ketika berbicara kecerewetan dan totalitas fans Arsenal di media sosial, kita seperti sedang membicarakan segerombol buzzer yang sifatnya organik. Tanpa ada komando dari “Kakak Pembina”, mereka akan membanjiri kolom komentar siapa saja. Mulai dari akun fans lawan, akun resmi klub rival, pemain yang kini ada di dalam skuat, hingga calon pemain baru.

Pada titik tertentu, totalitas mereka memang sangat mengagumkan. Terutama ketika kita melihat kembali proses bergabungnya Gabriel, di mana fans Arsenal membanjiri kolom komentar Instagram dan Twitter pribadinya dengan kalimat-kalimat manis. Begitu juga yang dirasakan Ceballos. Keduanya merasa diterima oleh fans militan ini.

Sayangnya, di titik yang lain, militansi mereka sering kebablasan. Baru-baru ini, militansi mereka membuat salah satu jurnalis Football London, James Benge, “curhat” lewat Twitter pribadinya. James merasa, kalau dirinya berbuat salah ketika menulis soal transfer Arsenal, fans sebaiknya bicara baik-baik, tidak menghakimi dirinya.

Beberapa hari yang lalu, James menulis kalau Arsenal, bisa jadi menggunakan Lacazette dalam proses pembelian Thomas Partey. Di dalam tulisannya, James menggunakan istilah clutch moments Lacazette untuk menggambarkan dilema Mikel Arteta. Antara apakah akan menukar Lacazette dengan Partey atau tidak.

Clutch moments adalah istilah untuk menggambarkan sebuah momen penentu kalah atau menang sebuah tim. Sementara itu, clutch player adalah orang yang bisa bermain sangat baik meski berada dalam tekanan ekstrem. Bagi fans Arsenal, Lacazette tidak memenuhi syarat-syarat untuk dikatakan sebagai clutch player atau penentu dalam clutch moments.

Hanya karena istilah seperti itu, fans Arsenal menyerang James Benge. Beberapa menit kemudian, James bilang: “Kami (jurnalis) mengabarkan sesuatu dengan niat baik, yang terkadang terbukti salah, terutama ketika dunia kita sedang begitu kompleks. Jika saya berbuat salah, jangan sungkan-sungkan untuk memberi tahu saya. Saya sedih ketika orang-orang justru menyambut kesalahan-kesalahan itu.”

Fenomena seperti ini sebetulnya sudah terjadi sejak lama. Satu hal yang berbeda hanya soal sasarannya saja. Dulu, sumber informasi masih dikuasai media besar. Fans menunggu koran atau stasiun televisi ternama untuk berita terbaru. Setelah itu, sumber berita bergeser ke laman-laman dari koran ternama atau yang saya sebut sebagai sumber dot com.

Belum lama ini, sumber berita paling aktual dan bisa dipercaya berasal dari individu atau akun personal di media sosial. Fans Arsenal pernah sangat memuja David Ornstein, jurnalis BBC yang kini menyeberang ke The Athletic. Kini, seluruh dunia mengagumi Fabrizio Romano, kontributor Sky Sport, Guardian, dan CBS Sport sekaligus, yang laporan langsung lewat Twitter pribadinya sangat akurat.

Hampir semua kabar yang disampaikan Fabrizio di akun Twitter pribadinya punya akurasi hingga 90 persen. Saking akuratnya, banyak website menggunakan pemberitaannya sebagai bahan berita. Dari sana, kepercayaan fans bergeser dari sumber dot com ke akun personal.

Karena pergeseran itu, jurnalis lain akan lebih “dicurigai” keakuratannya ketika mengabarkan sesuatu. Standarnya begitu tinggi berkat kerja keras Fabrizio Romano. Semua tema yang dikabarkan atau ditulis harus bisa dipertanggungjawabkan. Jadi tidak heran ketika tulisan James Benge dihakimi oleh fans Arsenal.

Segala sesuatu punya dua sisi berlawanan. Militansi fans Arsenal boleh jadi baik adanya karena membuat jurnalis tidak sembarangan menulis. Di sisi lain, kepercayaan kepada jurnalis semakin berkurang. Tidak hanya itu, ketika dianggap tidak akurat atau tidak sesuai selera pasar, jurnalis dihakimi begitu rupa.

Iklan

Saking geramnya, Isidorus Rio, jurnalis IDN Times, sekaligus fans Arsenal memandang beberapa oknum fans klub ini sebagai stupid, toxic, dan unbearable. Fans Arsenal berhimpun menjadi kompi teror. Siap menghantui siapa saja yang dianggap tidak valid dan tidak sesuai narasi mereka. Padahal, bisa saja, yang dikabarkan seorang jurnalis, selain Fabrizio, benar adanya.

Penyebab lain yang membuat fans Arsenal menjadi sekumpulan kompi teror adalah karena klub itu sendiri. Studi kasus yang bisa kita gunakan adalah urusan kontrak Pierre-Emerick Aubameyang. Sudah tiga minggu kabar ini diulur-ulur.

Pertimbangan Covid-19 (bisa) menunda kedatangan pemain baru, tidak berlaku untuk kontrak pemain, bukan? Padahal, fans Arsenal tahu sejak lama kalau Aubameyang sudah sepakat dengan kontrak baru. Siapa yang “membocorkan” kabar itu? Siapa lagi kalau bukan jurnalis lewat akun pribadinya, salah satunya Fabrizio Romano.

Soal isu transfer, fans perlu bijak menyikapi. Terkadang, klub kesulitan menjual pemain. Akibatnya, urusan membeli menjadi tertunda. Dulu, proses negosiasi bisa berjalan dalam hitungan hari. Kini, bisa hitungan minggu, bahkan bulan.

Pandemi Covid-19 juga menjadi salah satu sebabnya. Seperti yang saya tulis di atas, sebuah klub bisa dipaksa menunggu hingga 14 hari karena pemain baru sedang karantina. Saya rasa, pengumuman Gabriel Magalhaes sebagai pemain baru Arsenal beberapa hari lalu pun karena desakan fans. Si pemain belum selesai menjalani masa karantina. Oleh sebab itu, pengumumannya pun dilakukan via video call.

Interaksi tanpa sekat di media sosial membuat posisi jurnalis menjadi lebih riskan. Tidak ada saringan membuat posisi mereka bisa diserang dengan mudah. Sudah tahu kalau fans itu bisa sangat beracun, masih banyak jurnalis menulis asal-asalan. Namun, di sisi lain, mereka butuh “keributan” ini untuk menambah jumlah klik di situsweb masing-masing. Kalau sudah begitu, jurnalis harusnya lebih “tangguh” menghadapi kegilaan fans.

Sikap klub untuk menunda pengumuman membuat kesabaran fans terkikis. Tambahkan militansi fans di dalamnya, kamu akan mendapatkan satu kompi fans siap tarung, siap menyerang siapa saja yang narasinya tidak mereka sepakati.

Saya yakin, fans dengan jubah ormas tukang gebuk begini ada di setiap klub, bukan Arsenal saja. Chelsea pun pasti merasakannya sebelum Kai Havertz resmi berlabuh. Kegilaan ini tidak bisa dicegah. Fans sudah sedemikian militan dan bebal. Media sosial memberi mereka kekuatan untuk berhimpun.

Fans lain tidak berdaya melawan mereka, tinggal Arsenal bersiasat untuk mengarahkan hasrat bertarung itu menjadi sesuatu yang lebih produktif. Yah, mungkin klub bisa menjadikan fans dengan libido gelut ini sebagai tenaga keamanan di pertandingan tanpa penonton musim depan. Ketimbang mereka merazia toko alkohol dan ikut grebekan hotel melati, kan.

BACA JUGA Suporter Arsenal Itu Banyak yang Menyebalkan, Ini 7 Cirinya atau tulisan Yamadipati Seno lainnya.

Terakhir diperbarui pada 7 September 2020 oleh

Tags: Arsenalartetaaubameyangfabrizo romanolacazetteliga inggrispartey
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

Harry Maguire Bek Dungu Manchester United Anti Bullying MOJOK.CO
Esai

Harry Maguire, Bek Dungu Milik Manchester United yang Mengajari Kita Makna Ketahanan Mental dan Cara Melawan Bullying

20 Oktober 2025
Untung Mohamed Salah Nggak Jadi Buruh di Indonesia MOJOK.CO
Esai

Beda Nasib Mohamed Salah dan Pekerja di Indonesia saat Menyuarakan Hak: Menghasilkan Ketimpangan yang Dinormalisasi

6 Januari 2025
Rokok Ilegal identik dengan Liga Inggris, yang Legal Liga Italia MOJOK.CO
Esai

Kenapa, ya, Rokok Legal Identik dengan klub Liga Italia, sementara Rokok Ilegal Lebih Dekat dengan klub Liga Inggris?

9 November 2024
Vidio vs Rp18 Triliun Live Streaming Ilegal Jelang Liga Inggris MOJOK.CO
Esai

Vidio Wajib Cemas. Menjelang Liga Inggris, Keuntungan Live Streaming Ilegal Mencapai Rp18 Triliun!

9 Agustus 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.