MOJOK.CO – Cristiano Ronaldo terlihat begitu menikmati perubahan yang dibawa Andrea Pirlo untuk Juventus. Perubahan yang ideal untuk monster seperti dirinya.
Melihat Juventus bermain mengingatkan saya kepada gegenpress yang ditunjukkan Jurgen Klopp di awal karier kepelatihannya bersama Liverpool. Mereka bermain dengan determinasi tinggi. Para pemain seperti punya empat paru-paru. Sangat menyenangkan untuk ditonton. Andrea Pirlo dianggap berhasil mengubah “tradisi”.
Perubahan yang dibawa Pirlo disambut dengan bahagia oleh para pemain, tidak terkecuali Cristiano Ronaldo. Selepas laga melawan AS Roma, meski bermain imbang, kapten timnas Portugal itu terlihat bahagia. “Juventus, seharusnya, selalu menang, tetapi mempertimbangkan kartu merah yang kami dapat, satu poin ini sudah bagus. Soal Pirlo? Kini kami lebih bahagia dan selalu mengakhiri sesi latihan dengan senyuman.”
Satu musim di bawah asuhan Maurizio Sarri, sebetulnya, Juventus tidak seburuk itu. Mereka masih bisa juara di akhir musim. Namun, suasana di dalam tim tidak bagus. Cara bermain yang terlihat kaku terlihat membosankan menambah suasana yang sudah muram. Ditambah kegagalan di Liga Champions, Juventus di bawah asuhan Sarri kehilangan gairah dan determinasi.
Andrea Pirlo, pelatih muda yang masih diragukan itu, berhasil mengusir suasana muram. Tidak butuh waktu lama, Pirlo mengubah suasana Juve menjadi lebih “hidup”. Keberhasilan ini terlihat di atas lapangan. Para pemain mau berkorban. Mereka bersedia berlari lebih jauh, bergerak lebih cepat, dan bermain dengan gairah membuncah.
Cristiano Ronaldo menyukai perubahan ini. Sebagai pemain yang tidak pernah setengah-setengah ketika berlatih atau bertanding, suasana penuh gairah dan determinasi ini memang “habitat ideal” untuk dirinya. Perubahan yang datang pada waktu yang tepat. Ketika Ronaldo tengah dalam misi memecahkan rekor pencetak gol sepanjang sejarah di Eropa.
Saat ini, Cristiano Ronaldo sudah mengantongi 450 gol. Rinciannya, Ronaldo membuat 86 gol ketika masih berseragam Manchester United, 311 gol untuk Real Madrid, dan 55 gol untuk Juventus. Ronaldo butuh 16 gol untuk memecahkan rekor ini. Bagi “monster” seperti dirinya, sisa jumlah gol tersebut tidak sulit untuk dikejar.
Satu-satunya hal yang bisa mencegahnya mengejar rekor adalah Juventus sendiri. Jika susana tim masih suram dan para pemain tidak bermain dengan determinasi yang sama, 16 gol bisa menjadi jumlah yang terlalu banyak untuk diburu.
Well, perubahan yang dilakukan oleh Pirlo sendiri bukan bertujuan membantu Ronaldo mengejar rekor. Tradisi baru yang diinjeksikan Pirlo menjadi seperti sebuah proses awal “kelahiran kembali”. Di mata saya, semangat Pirlo adalah semangat Serie A.
Sudah terlalu lama Serie A diremehkan. Dianggap liga yang membosankan dan cocok untuk para pemain veteran menghabiskan karier. Anggapan itu seharusnya sudah terkikis sejak tiga tahun yang lalu. Namun, masih ada orang bebal yang menganggap Serie A tidak layak masuk ke dalam lima liga terbaik di dunia.
AS Roma vs Juventus menjadi penegasan perubahan itu. Grande partita ini berjalan dengan intensitas tinggi sejak awal. Enak sekali ditonton, sangat menghibur. Selain Roma vs Juventus, laga-laga lain seperti Crotone vs AC Milan dan Napoli vs Genoa juga menyajikan gairah dan permainan yang atraktif.
Catatan untuk Juventus
Juventus memang sudah berubah. Gairah yang mereka sajikan seperti melihat kembali Jurgen Klopp menerapkan gegenpressing di awal masa bakti bersama Liverpool. Kedua tim ini sangat mirip. Bukan positifnya saja yang terlihat, hal-hal negatif juga tidak ketinggalan muncul.
Si Nyonya Tua ini boleh bermain dengan intensitas tinggi sejak awal. Namun, koordinasi antarpemain, di antara lini lawan belum konsisten. Sangat berbeda ketika mereka mengalahkan Sampdoria minggu lalu. Dua striker, Cristiano Ronaldo dan Alvaro Morata terisolasi di tengah. Sementara itu, pergerakan Aaron Ramsey tidak didukung fleksibilitas lini tengah.
Terkadang, counterpress yang diterapkan Juventus menjadi percuma jika tidak diiringi dengan struktur yang mendukung. Buat apa bisa merebut bola di wilayah lawan kalau pada akhirnya bingung mau bagaimana? Kondisi ini mungkin bisa diperbaiki ketika Pirlo sudah punya pemain yang dia inginkan.
Catatan kedua adalah soal manajemen pertandingan. Klopp sudah belajar kalau bermain dengan intensitas tinggi tidak bisa terus-menerus dilakukan. Selain risiko cedera meningkat, para pemain akan kehilangan stamina di momen-momen penting. Stamina hilang artinya konsentrasi terjun bebas.
Situasi sedikit membaik ketika Cristiano Ronaldo bermain sebagai solo #9. Ketika banyak bermain melebar, Ronaldo kehilangan kekuatan terbesarnya, yaitu poacher terbaik di dunia. Ketika bermain sebagai #9, meskipun dikepung tiga pemain, Cristiano Ronaldo masih bisa melompat untuk menanduk umpan silang Danilo.
Ronaldo tidak butuh cara bermain yang terlalu rumit. Kuasai lini tengah, supaya Juventus bisa dominan si sisi lapangan, lalu perbanyak umpan silang. Ketika lini tengah bisa didominasi, Juve bisa mengatur tempo. Tidak harus selalu bermain dengan intensitas tinggi tanpa didukung struktur yang konsisten.
Pirlo bisa merespons keadaan dengan baik ketika Juventus bermain dengan 10 pemain. Perubahan dinamis seperti ini yang dibutuhkan semua tim untuk keluar dari kesulitan. Semangat Pirlo adalah semangat perubahan Serie A. Seperti kata Cristiano Ronaldo di akhir laga, semua hasil positif merupakan collective spirit yang tertanam di setiap senyuman.
BACA JUGA Aaron Ramsey: Bukti Kecakapan Andrea Pirlo Mewujudkan Teori untuk Juventus dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.