MOJOK.CO – Aubameyang mengajari betapa cinta itu jujur, apa adanya. Seperti semboyan Arsenal, victoria concordia crescit, yang memang murni dan nyata.
Penantiannya memang terlalu panjang. Bahkan sudah sampai pada tahap menjemukan ketika fans Arsenal sudah tahu. Lewat petunjuk Mikel Arteta, Pierre-Emerick Aubameyang sebetulnya sudah sepakat dengan kontrak baru selepas final Piala FA. Oleh sebab itu, ekspektasi fans untuk melihat pengumuman yang megah menjadi begitu tinggi.
Namun yang terjadi, pengumuman kontrak baru Aubameyang biasa saja. Sukses membuat fans menggerutu. “Kok gitu aja?” Memang, “seremonial” pengumuman kontrak baru pemain asal Gabon itu terlalu biasa. Auba datang ke stadion untuk live di Instagram pribadinya. Sembari mengajak dua orang untuk ikut live, Auba menjelaskan bahwa dia sangat bahagia dan merasa betah di sini. Dia bilang, “I belong here!”
Fans klub lain pun banyak yang menyindir. Pengumuman kontrak baru saja seheboh itu gairahnya di media sosial. Seakan-akan, Aubameyang adalah pemain baru. Yah, pada titik tertentu, fans Arsenal tidak bisa membantah sindiran itu. Penundaan pengumuman yang terlalu lama dan pada akhirnya terjadi antiklimaks. Kok gitu aja?
Namun, pengumuman yang biasa banget itu memuat banyak hal. Beberapa hal yang sukses menyentuh hati fans Arsenal. Pengumuman sederhana itu ternyata bermakna sangat dalam. Memang, bungkus bisa menipu, karena isi yang terpenting.
Salah satu orang yang diajak live di Instagram pribadi Aubameyang adalah Ian Wright. Dia adalah legenda Arsenal. Pernah menjadi pemegang rekor gol terbanyak sebelum dipecahkan Thierry Henry. Ian berterima kasih kepada Auba karena mau bertahan. Dalam sejarahnya, Arsenal hampir selalu ditinggal pergi pemain yang tengah mengenakan ban kapten. Fakta ini terasa seperti kutukan.
Mulai dari Henry sendiri, lalu Cesc Fabregas, kemudian Robin van Persie, terakhir Laurent Koscielny. Saya rasa alasannya bukan semata soal uang, tetapi ambisi Arsenal untuk menjadi yang terbaik. Sering terjadi, klub ini gagal meyakinkan para pemain bintangnya untuk bertahan karena tidak menunjukkan kejelasan proyek jangka panjang dan niat nyata untuk mewujudkannya.
Aubameyang sendiri menjelaskan kepada Ian bahwa salah satu alasannya bertahan adalah Mikel Arteta.
“Saya sempat berbicara dengan Mikel Arteta. Dia memberi gambaran yang jelas soal masa depan klub dan saya sendiri. Dia sangat tegas dan jujur. Saya suka sifat-sifat seperti itu,” kata Aubameyang kepada Ian.
“Mikel Arteta berkata, ‘Oke, kamu mungkin akan hengkang. Saya tidak bisa menebak apa yang sedang kamu pikirkan. Yang jelas, kamu boleh pergi dan memenangi piala bersama klub lain atau kamu bisa bertahan dan menciptakan legacy di sini.’ Bagi saya, legacy adalah kata kunci.”
Kalimat di atas mengungkapkan beberapa hal penting. Pertama, Mikel Arteta menegaskan bahwa Arsenal, di bawah kepemimpinannya, punya visi yang jelas untuk masa depan. Artinya, masa depan yang ingin diraih cukup realistis untuk dikejar. Kedua, tidak ada kebohongan di antara klub dan pemain. Maksudnya, pemain tidak dijanjikan sesuatu yang tidak masuk akal.
Ketiga, Aubameyang tahu bahwa legacy punya bobot lebih besar ketimbang tingginya gaji dan kesempatan menjadi juara bersama klub lain. Banyak klub, fans, dan pemain yang tidak lagi menghiraukan soal warisan atau tradisi demi sekadar mengejar ambisi. Nama mereka hilang begitu saja di tengah waktu yang terus berjalan. Aubameyang ingin mengejar keabadian.
Sikap Aubameyang sukses menyentuh hati saya. Sekarang ini, bisa saja Auba sedang berbagi ruang ganti dengan Lionel Messi, legenda Barcelona. Kemungkinan lain, bisa saja, Auba sedang berlatih bersama Ashley Young, legenda Manchester United yang dibuang ke Inter Milan. Auba menolak tawaran banyak klub untuk bertahan dan menciptakan warisannya bersama Arsenal.
Seperti yang dikatakan Ian Wright, fans Arsenal harus bersyukur Aubameyang mau bertahan. Terlihat berlebihan? Saya rasa tidak. Seperti yang dijelaskan Sam Dean, jurnalis Telegraph, Aubameyang memang investasi yang mahal. Namun, investasi itu sepadan dengan betapa krusialnya si pemain untuk proyek Mikel Arteta.
Selama ini, Arsenal gagal mempertahankan pemain yang posisinya sangat penting untuk sebuah proyek. Fabregas misalnya, pernah mengungkapkan kalau klub hanya perlu menambah satu atau dua pemain saja untuk menjadi juara. Sayang, yang terjadi, The Gunners malah melepas beberapa pemain penting.
Sama halnya yang terjadi kepada Robin van Persie. Arsenal gagal meyakinkan van Persie kalau mereka juga bisa menjadi juara. Terbukti, ketika hijrah ke United, pemain asal Belanda itu langsung juara Liga Inggris.
Alexis dan van Persie memang pemain bagus. Namun, mereka hanya akan dikenang sebagai “salah satu pemain” Arsenal. Kesetiaan dan dedikasi menjadi pembeda. Ketika Aubameyang menambah durasi kariernya bersama Arsenal, kelak dia akan dikenang sebagai “salah satu legenda” Arsenal.
Ian Wright menutup pujiannya kepada Aubameyang dengan kalimat: “Satu hal, bagi saya saat ini, kamu sudah menjadi legenda. Saya tahu apa yang sedang kamu kejar, tetapi melihat ikatanmu dengan fans, saya menyukainya. Saya menyukai kemurnian hubunganmu dengan fans. Kamu bermain dengan jujur untuk fans. Hal ini saja sudah menjadikanmu legenda.”
Pada akhirnya kejujuran dan kesetiaan yang menang. Tanpa dua hal itu, tidak akan ada warisan. Semuanya hanya seperti sepintas lalu di tengah jalannya waktu. Aubameyang mengajari betapa cinta itu jujur, apa adanya. Seperti victoria concordia crescit yang memang murni dan nyata.
BACA JUGA Titik Genting Aubameyang dan Cacat Manajemen Arsenal atau tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.