MOJOK.CO – Pola pikir positif, proaktif, dan produktif adalah aspek-aspek dasar sebuah tim besar yang perlu dimiliki Arsenal.
Ulasan taktik dan cara bermain memang mengesankan untuk ditulis, lalu dibaca. Namun, terkadang sepak bola bisa diterjemahkan melalui hal-hal sederhana. Misalnya Arsenal, di mana 70 persen kemenangan tidak ditentukan dari cara bermain, tetap sikap di atas lapangan.
Setelah dua kali kekalahan beruntun, Martin Odegaard angkat bicara. Menurut pemain asal Norwegia itu, dasar masalah Arsenal adalah soal mindset atau pola pikir. Kekalahan dari Manchester United, lalu disusul dari Everton menegaskan masalah ini.
Merujuk teori keputusan, yang dimaksud pola pikir adalah sekumpulan asumsi, metode, atau gagasan yang dipegang oleh satu atau sekelompok orang. Pola pikir yang dimiliki Arsenal selama ini, terutama di dua kekalahan yang terjadi selalu negatif.
Para pemain Arsenal bermain dengan asumsi dan gagasan yang salah. Seperti yang ditegaskan Odegaard, tim ini bermain dengan perasaan takut kalah. Padahal, di sebuah ajang kompetisi, perasaan takut yang dekat dengan sifat pengecut itu pasti menghambat keluarnya potensi terbaik sebuah tim.
Sifat pengecut ini terlihat di setiap pola kekalahan Arsenal. Polanya, The Gunners akan bermain sangat baik di awal laga. Biasanya, mereka akan unggul terlebih dahulu. Setelah itu, pola pikir pengecut muncul. Mereka berpikir bahwa skor 1-0 harus dipertahankan sampai laga usai.
Pola pikir ini membuat struktur pertahanan Arsenal menjadi sangat negatif. Mereka akan bertahan sangat dalam dan kehilangan kontrol akan laga. Hasilnya bisa ditebak. Baik Manchester United dan Everton mendapat banyak waktu untuk mengkreasi sebuah peluang.
Takut kebobolan lalu kalah membuat para pemain Arsenal tak bisa berpikir jernih. Masalah semakin runyam ketika kapten, yang seharusnya menjadi kepanjangan lidah pelatih, malah “menghilang” di laga penting. Jika kapten tidak bisa meng-influence rekan-rekannya, sebaiknya dia gantung ban kapten.
Sebelum melawan Southampton, di sebuah spaces Twitter bersama rekan-rekan Gooners, saya menegaskan bahwa tim ini harus selalu proaktif. Sebuah pola pikir yang pernah saya tegaskan beberapa bulan yang lalu, ketika Arsenal dalam periode buruk.
Arsenal punya personel yang sebetulnya punya pola pikir sangat positif. Mereka bisa dan punya atribut untuk terus melakukan pressing dan membuat lawan tidak nyaman ketika menguasai bola. Ketika bisa melakukannya, The Gunners bisa melewati laga dengan lebih nyaman.
Perasaan tidak minder dan takut kalah ini menjadi salah satu kunci keberhasilan tim legendaris Arsenal yang bisa melewati satu musim tanpa kekalahan. Bahkan sebelum masuk ke lapangan, semua pemain merasa di laga tersebut mereka tidak akan kalah.
Keyakinan yang kuat ini membantu mereka ketika tertinggal lebih dulu. Mau skornya 0-1 atau 0-2, tim legendaris itu selalu bisa mengejar. Setidaknya bisa menyamakan kedudukan lewat sajian yang sedap dipandang mata. Beberapa kali bisa membalikkan keadaan dengan pameran determinasi selama 90 menit penuh.
Taktik dan ide bermain memang penting. Namun, pola pikir yang positif juga sangat krusial. Arsenal bisa langsung memberi bukti bahwa mereka bisa bermain dengan pola pikir tersebut. Selalu proaktif menekan dan tidak memberi Soton kesempatan berkembang. Hingga akhirnya menang secara lebih meyakinkan.
Saya selalu menegaskan bahwa Arsenal itu berbahaya kalau mereka tidak terlalu banyak “ngelamun jorok”. Maksudnya, selalu mempertahankan pikiran negatif. Merasa minder dan lemah. The Gunners, pada titik tertentu, harus punya sedikit arogansi. Sebuah keyakinan bahwa mereka bisa bersaing dengan siapa saja.
Soal prestasi dan capaian di klasemen, sebetulnya Arsenal tidak perlu terlalu memikirkannya. Kalau bisa konsisten proaktif dan punya pola pikir positif, kemenangan akan selalu datang. Dengan begitu, posisi di klasemen tidak perlu dikhawatirkan.
Satu hal lagi. Mikel Arteta harus mempertahankan ketegasanya kepada pemain yang seperti tidak ingin lagi membela Arsenal. kasus indisipliner Aubameyang harus direspons secara tegas. Tidak hanya dicadangkan, kalau perlu Arteta mencopot ban kapten dari lengan Aubameyang.
Masih banyak pemain yang layak menyandang status kapten. Mereka yang masih punya rasa lapar dan sangat gelisah ketika kalah. Kieran Tierney, Ben White, dan Gabriel Magalhaes punya atribut menjadi kapten.
Pemain-pemain yang bisa selalu berpikir positif seperti ini bakal lebih memberi rasa tenang sekaligus keyakinan kepada pemain lain. Bukannya menghilang ketika tim ini sedang sangat membutuhkan sosok pengayom.
Pada akhirnya, sepak bola dimainkan oleh manusia. Sekumpulan insan yang bisa merasa dan menderita. Mereka bermain dengan kondisi mental terbaik demi sebuah cita-cita. Mereka bukan robot yang bisa diatur dengan skema 4-3-3 semata.
Pola pikir positif, proaktif, dan produktif adalah aspek-aspek dasar yang perlu dimiliki Arsenal. Setelah aspek dasar itu lebih solid, tim ini pasti bisa bermain dengan segala macam skema dan skenario. Dasarnya adalah mental, selebihnya usaha.
BACA JUGA Arsenal: Ledakan Nol Koma Emile Smith Rowe dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.