MOJOK.CO – Mardani usulkan gaji guru di pemerintahan Prabowo nanti, sebesar 20 juta. Setelah Prabowo membantah, eh ternyata cuma usulan pribadi.
Mardani Ali Sera, Wakil Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga, kemarin (21/11) baru saja memberikan pernyataan, jika Prabowo-Sandiaga berhasil memenangkan Pemilu 2019, maka kesejahteraan guru akan diperhatikan dengan sebaik-baiknya. Pasalnya, bagaimanapun juga, pendidikan adalah salah satu komponen yang penting untuk masa depan bangsa.
Lantas dengan lamis—lambe manis—nya, Mardani mengungkapkan, “Kenaikan gaji guru dinilai akan membangkitkan gairah dan kualitas pengajaran. Karena itu angka Rp20 juta itu sebagai efek kejut bahwa guru itu harus mendapat perhatian dan angka Rp20 juta itu paling utamanya untuk guru profesional yang sudah lulus berbagai hal.”
Wow wow wow! Sebuah angka yang sangat bombastis sekali, Ferguso!
Gaji seorang guru di Indonesia, bakal mirip-mirip dengan para eksekutif muda Jakarta. Siapa coba yang tidak tergoda dengan hal ini? Pastinya, para lulusan yang tidak mengambil jurusan Pendidikan—seperti saya, bakal semangat untuk ikutan Akta IV PPG (Pendidikan Profesi Guru), supaya bisa punya kesempatan untuk mengajar trus jadi guru deh. Bagaimanapun juga, gaji Rp20 juta per bulan adalah sesuatu yang sangat menggoda, Je.
Namun, eng ing eng, perasaan bahagia khalayak secara tiba-tiba langsung dihadapkan dengan kekecewaab, ketika pernyataan ini disangkal langsung oleh Prabowo.
Kata Prabowo nih, “Kenaikan ini, kenaikan itu, uang dari mana gitu lo.” Lantas, Prabowo justru mempertanyakan sumber dana janji itu. Prabowo khawatir, utang Indonesia justru akan bertambah, apalagi saat ini utang negara katanya nambah Rp1 triliun setiap harinya.
Tunggu dulu, tunggu dulu. Ini gimana ceritanya? Kok Prabowo menentang pernyataan dari wakil tim pemenangan nasionalnya sendiri? Padahal kan, Mardani lagi bikin janji-janji manis supaya Prabowo bisa menang, loh. Kok malah disangkal gitu aja?
Ini ada apa sih sebenarnya dengan kubu Prabowo-Sandiaga? Kok bisa-bisanya masalah penyampaian gagasan kampanye terlihat—dengan sangat nyata—tidak kompak? Sebenarnya, mereka ini ada briefing rutin setiap hari apa nggak sih? Ya, nggak perlu ketemulah, setidaknya di grup Whatsapp. Masak ya, nggak ada? Katanya milenial banget?
Ini sekelas pemilihan presiden loh, masak ya kalah sama kru Mojok yang setiap malam kudu setor tema tulisan untuk. Mbok ya, minimal dibikinin spreadsheet gitu, atau apalah yang lebih canggih. Biar semua kerabat kerja yang terlibat, pada saling mengerti dan memahami, janji-janji program-program kampanye macam apa saja yang perlu disampaikan. Bukannya malah kayak angger njeplak kayak gitu.
Ya, meskipun Mardani kemudian mengungkapkan bahwa pernyataannya tersebut adalah pendapat pribadi, tapi kok ya seperti tidak dipertimbangkan dan diperhitungkan terlebih dahulu. Lantas langsung disangkal lagi. Padahal biasanya yang menyangkal kan kubu lawan, eh ini malah disangkal oleh kubunya sendiri. Sungguh luar biasa!
Kalau kayak gini kan, jadinya rakyat melihat kubu Prabowo seperti nggak kompak. Jangankan untuk memimpin dan mengajak masyarakat Indonesia—yang berbeda-beda—untuk berjalan dalam satu visi dan misi. Untuk menjadikan timnya satu suara dan fokus dalam menyampaikan program apa saja dalam kampanye, terlihat belum mampu. Fyi, ini masih kampanye, loh~
Begini, kalaupun hal ini benar-benar terjadi seperti pernyataan Mardani Ali Sera, kita harus menilik terlebih dahulu, berapa anggaran untuk pendidikan yang kita punya. Benar kata Prabowo, jangan sampai, kita hanya sebatas ngutang terus, tapi nggak tahu cara mbalikinnya.
Nah, ternyata anggaran pendidikan kita untuk setahun sebesar Rp444,131 triliun dengan jumlah guru di Indonesia, sebanyak 3,1 juta. Kalau misalnya itu dipukul rata, semua guru mendapatkan gaji yang sama, itu artinya setiap guru bakal mendapatkan sekitar Rp142 jutaan dalam setahun. Lantas, setiap bulannya gaji guru di Indonesia jika disamaratakan sebesar Rp11,8 juta.
Jelas di situ, untuk bayar gaji guru aja masih kurang banyak. Lah terus, untuk biaya-biaya pendidikan lainnya pripun, Pak Mardani?
Oh ya, tunggu sebentar. Sepertinya kita melewatkan satu hal yang penting dalam pernyataan Mardani Ali Sera ini. Bahwa gaji sebesar Rp20 juta tersebut, diperuntukkan bagi ‘guru yang telah lulus berbagai hal’. Nah, ‘berbagai hal’ ini adalah poinnya, Saudara-saudara. Yang ternyata kita lewatkan begitu saja.
Tuh kan, ini pentingnya komunikasi antar anggota tim. Kok ya, Pak Prabowo nggak menanyakan ke Mardani dulu dengan ide jeniusnya ini. Malah langsung main protes dan nyangkal gitu aja. Bisa jadi, frasa ‘lulus berbagai hal’ di sini, tidak hanya perkara lulus uji sertifikasi keguruan semata. Namun, juga lulus uji kesetiaan—bagi yang udah berpasangan, serta lulus uji ketabahan, dan kesabaran menunggu gaji Rp20 juta itu bakal benar-benar ditransfer ke rekeningnya.
Kok ya, Pak Prabowo melewatkan begitu saja ide cemerlang dari anak buahnya ini. Padahal kan hal ini semacam iklan sebuah swalayan atau supermarket, Pak. Ngasih informasi tentang promo ataupun hadiah lalu diakhiri tanda bintang. Terus di bawahnya tertulis, ‘syarat dan ketentuan berlaku’. Hadeeeh, bisa-bisanya seorang Prabowo nggak paham dengan strategi penjualan yang jenius dari Mardani Ali Sera ini.
Sebaliknya, justru dengan kejadian miskomunikasi semacam ini, kami—sebagai rakyat jelata—bakal melihat dengan jelas bahwa kubu Prabowo adalah kubu yang—tentu saja—dengan mudahnya mengemukakan sebuah janji. Namun sayangnya, terlihat nyata hanya untuk dikemukakan saja, tidak melalui riset atau setidaknya petimbangan yang sebaik-baiknya. Waduh, tentu ini sangat berbahaya untuk elektabilitas, Pak.
Dengan sesuatu yang semakin terlihat aneh seperti ini, saya menjadi semakin curiga, jangan-jangan nih, sebenarnya kubu Prabowo itu cuma bikin-bikinannya kubu Jokowi aja. Biar Jokowi nggak jadi calon tunggal. Bagaimanapun juga, melawan kotak kosong jauh lebih berat dibanding melawan Prabowo, Je.