MOJOK.CO – Surat terbuka untuk Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah yang berencana mau live rabi di tipi pakai numpang frekuensi publik.
Halo Kak Atta Halilintar dan Kak Aurel Hermansyah, salam kenal. Bagaimana kabarnya Kak? Semoga selalu sehat dan bahagia.
Anu, saya minta maaf nggak bisa datang ke acara lamaran kakak berdua kemarin, sebab ya memang tidak diundang. Ya siapalah saya ini, cuma mahasiswa kere nan medioker di kota satelit Pekalongan, ndak layak juga lah sampean undang.
Oleh sebab itu, karena saya ndak diundang saya coba kirim surat terbuka ini. Kali aja nggak sengaja bisa kebaca ya kan.
Pertama-tama, saya sampaikan dulu selamat atas lamaran Kak Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah. Wah, akhirnya panjenengan berdua segera menikah. Bahkan satu rangkaian prosesi pernikahannya full akan ditayangkan di RCTI Oke pula. Dahsyaaat.
Saya paham, Kak, bahwa melangsungkan acara pernikahan pada masa pandemi bukan perkara mudah. Kakak berdua mungkin sudah memutar otak berkali-kali agar pernikahan ini bisa diketahui publik luas. Nikah gedhen tapi tetep memakai protokol kesehatan. Pasti sulit itu cari jalan keluarnya.
Mungkin karena menyadari, kalau lewat aplikasi Zoom Meeting dan Live YouTube jangkauannya kurang, Kak Atta Halilintar dan Mbak Aurel Hermansyah akhirnya sepakat untuk ditayangkan via RCTI sekalian. Waw.
Nah, gara-gara kejadian ini, saya jadi ingat sesuatu yang mirip-mirip, Kak Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah. Bahwa dulu, hal serupa juga pernah dilakukan oleh ayahanda Kak Aurel. Om Anang Hermansyah ketika dulu menikah sama Tante Ashanty.
Ditayangkan live di televisi. Bahkan, kalau ingatan saya tidak berkhianat, Om Anang juga pernah mau menayangkan prosesi persalinan Ashanty.
Sekarang, nikahan anaknya pun mau tayang ke televisi sekalian. Buset, ini stasiun televisi kayak udah jadi kanal khusus untuk keluarga The Hermansyah apa yak? Keluarga Jokowi aja kalah lhooo.
Tapi nggak apa-apa, Kak, toh Kak Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah punya banyak penggemar. Dari Sabang sampai Merauke, dari Mianggas sampai Pulau Rote. Jadi RCTI jelas nggak mungkin rugi lah ya buat nayangin acara yang sempet diprotes netizen karena ngeblok frekuensi publik.
Anehnya, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang didaulat sebagai lembaga pengawas penyiaran membiarkan begitu saja rangkaian prosesi acara pernikahan Kak Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah.
Padahal kalau mau, KPI bisa menolak penayangan program ini dari lama, hawong agenda itu sudah sejak Agustus 2020. Tapi, Kak, FYI aja, gara-gara rencana keseluruhan prosesi pernikahan Kak Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah yang akan disiarkan live di RCTI, beberapa organisasi masyarakat justru sampai bikin pernyataan tegas lho.
Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA), Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI), Remotivi, hingga Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP) sampai berkolaborasi bikin pernyataan tegas dan mengkritik KPI yang membiarkan prosesi lamaran Kak Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah ditayangkan di RCTI.
Padahal, apanya yang salah sih acara beginian ditayangin di televisi? Kan acara Kak Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah ini sukses mengganggu jam tayang acara-acara nggak bermutu lainnya dengan acara nikahan keluarga yang sama nggak mutunya.
Apa yang sudah dilakukan Kak Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah ini kan sudah termasuk pada Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran. Yang mana di dalamnya memuat Pedoman Perilaku Penyiaran Pasal 11 bahwa, “Lembaga Penyiaran wajib memperhatikan kemanfaatan dan perlindungan untuk kepentingan publik.”
Nah, karena siaran televisi saat ini kebanyakan tak punya kemanfaatan untuk kepentingan publik, ya udah sih dibikin aja untuk kepentingan keluarga Hermansyah aja sekalian. Baik keluarga besar, maupun keluarga besan. Ini adalah bentuk perlindungan publik dari siaran yang lebih nggak bermutu lainnya.
Masak iya, hanya politisi aja yang boleh bikin dinasti, artis boleh dong bikin dinasti di stasiun televisi. Politisi menambang batubara boleh kok artis menambang ketenaran nggak boleh. Nggak makan duit korupsi lho padahal. Ya kan Kak Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah? Tenang, Kak. Ane bantuin dan belain pokoknya.
Kalau ada yang protes, itu lho ada aturan Standar Program Siaran Pasal 13 ayat 2. Bunyinya seperti ini, “Program siaran tentang permasalahan kehidupan pribadi tidak boleh menjadi materi yang ditampilkan dan/atau disajikan dalam seluruh isi mata acara, kecuali demi kepentingan publik.”
Lho, lho, Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah itu udah punya publik. Mereka ini artis nasional. Segala macam aktivitas mereka itu adalah kepentingan publik. Jadi makan, nikah, bangun tidur, bahkan boker sampai ceboknya pun sudah jadi kepentingan publik.
Hawong Kak Atta Halilintar atau Kak Aurel Hermansyah ngupil di ruang publik aja udah bisa jadi berita nasional kok.
Tapi sebelum protes-protes yang lain nongol, Kak Aurel Hermansyah sudah buru-buru menjawab, “Ya biarin, yang mau nonton silakan nggak ya sudah.”
Atau Kak Atta Halilintar yang membela diri dengan pernyataan, “Kita dalam hidup nggak bisa selalu senengin banyak orang. Kita nikah mah nikah aja, nggak perlu dengerin orang. Hidup dan masa depan kan ada di kita.”
Kak Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah benar, kita memang nggak bisa menyenangkan banyak orang. Dan tepat di titik itulah saya pengin bilang frekuensi publik juga tak bisa digunakan banyak program.
Ada yang bisa tayang, tak sedikit pula lenyap. Yang tayang itu adalah program nirmutu, sedangkan yang lenyap program-program bermutu.
Hidup dan masa depan kan berada di Kak Atta dan Aurel. Jadi ya terserah mereka. Mau dibilang kalau program mereka itu merampas hak publik segala, ya nggak apa-apa sih. Namanya juga horang kaya ya, Kak, ya? Bebas dong.
Kayak baru lihat hal beginian aja di Indonesia.
Di jalanan, moge merampas jalur aspal milik publik kita udah biasa, kecepatan internet dibatasi pemerintah kalau ada yang protes kita udah biasa, rakyat kritik pemerintah di internet kena UU ITE juga udah tradisi, dan sekarang ada artis setajir Atta Halilintar merebut frekuensi publik yang udah kita bayar pakai pajak kita… ya udah sih biasa ajaaa.
Kayak hak kita sebagai warga Indonesia pernah ada pemerataan aja. Sok-sokan deh kalau mau protes. Suka nggak mikir dulu. Kami ini kan rakyat kismin kota yang nggak berhak suaranya didenger. Beda sama Kak Atta atau Kak Aurel.
Oleh sebab itu, untuk Kak Atta Halilintar dan Kak Aurel Hermansyah, nggak usah dengerin selentingan-selentingan iri masyarakat yang nggak setajir ente berdua itu. Pokoknya, selamat rabi dan semoga tetap langgeng sampai seterusnya ya. Amiiin.
Soalnya kalau nikahan sampean berdua nggak langgeng, nanti bisa ada “perampasan” frekuensi publik jilid dua kan bahayaaa juga.
BACA JUGA Mengenang 4 Tahun Wafatnya Macan Cisewu dan tulisan Muhammad Arsyad lainnya.