MOJOK.CO – Sudahlah, cukup pertahanan negara saja yang rapuh, hati kita jangan. Pertahanan Indonesia rapuh, kan, bisa diatasi dengan sistem, lah hati kita gimana?
Saya menonton debat capres keempat semalam. Tak tanggung-tanggung, saya nonton sambil pakai headset supaya lebih khidmat. Yah, walaupun alasannya demi pekerjaan, tapi kan tetep aja saya nonton debat capres dan itu adalah sebuah pencapaian besar bagi orang yang bodo amat sama politik kayak saya.
Singkatnya, ada sebuah pernyataan Prabowo yang menarik perhatian. Katanya, “Kekuatan pertahanan kita sangat rapuh dan lemah. Bukan salah Bapak, salah… nggak tahu saya. Elitenya, yang ketawa. Kenapa kalian ketawa? Pertahanan Indonesia rapuh kok kalian ketawa? Lucu, ya?”
Saya kaget. Kaget, karena tadi saya sempat mesem-mesem sedikit di bagian Prabowo bilang, “Bukan salah Bapak, salah… nggak tahu saya,”, lantas langsung kicep waktu beliau berkata, “Kenapa kalian ketawa? Pertahanan Indonesia rapuh kok kalian ketawa? Lucu, ya?”
Di lini masa, saya perhatikan, beberapa pihak mulai mencari tahu apakah klaim Prabowo yang menyebut bahwa pertahanan Indonesia kita rapuh adalah benar. Beberapa sumber merujuk pada situs Global Fire Power dan menemukan bahwa Indonesia berada di urutan ke-15 dunia sekaligus urutan pertama di Asia Tenggara—yang artinya kurang lebih “nggak rapuh-rapuh amat”.
Namun demikian, Global Fire Power dianggap oleh banyak pihak sebagai sumber yang tak layak dijadikan rujukan untuk hal sekrusial ini, mengingat ia tidak mempertimbangkan faktor-faktor kepemimpinan militer, politik, dan kekuatan nuklir. Jadi, sebagai manusia yang minim informasi, saya sendiri belum tahu pasti apakah pertahanan negara kita cukup rapuh sampai Prabowo berapi-api menyebut betapa lemahnya TNI kita.
Tapi, tapi, tapiiiii, meski kabarnya sentimen negatif netizen terhadap Prabowo justru meningkat setelah adegan tersebut terekam dalam debat capres semalam, saya justru menemukan secercah kebenaran dari ucapan pasangan Sandiaga Uno ini, yaitu..
…bahwa pada bidang pertahanan yang sudah rapuh atau lemah, kita harus berfokus membuatnya kembali menjadi kuat!!!!!11!!!1!!!!
Karena saya nggak punya pengalaman mengatur sebuah negara seperti yang dibilang oleh Jokowi, saya pun memilih untuk membandingkannya dengan apa yang masing-masing kita miliki: pertahanan hati.
Eh, eh, eh, jangan ketawa. Ingat kata-kata Pak Prabowo: kenapa kamu ketawa? Lucu? Hah? Lucu?!
Nyatanya, pertahanan hati adalah sesuatu yang sering menjadi masalah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara masing-masing dari kita. Gebetan punya pacar, hati ambyar. Mantan nikah duluan, otak langsung nggak jalan. Dicuekin pacar seminggu, eh sedih melulu.
Plus, masalah kehidupan bukan cuma soal asmara. Kadang-kadang, hati kita terasa defenseless dan hancur saat menyadari bahwa kita gagal diterima universitas impian lewat SNMPTN, nggak bisa ngerjain kuis dadakan yang diadakan dosen, kalah di lomba Agustusan, nggak merasa secantik dan sepintar Maudy Ayunda, dan lain sebagainya.
Singkatnya, ada banyak hal yang membuat hati kita sebegitu rapuhnya, sampai-sampai kita cuma bisa meratapi nasib dan menyalahkan diri sendiri. Bedanya, saat mendengar informasi soal pertahanan negara rapuh, sebagaimana diucapkan oleh Prabowo, kita tertawa, sedangkan saat menerima fakta bahwa pertahanan hati kita sedang rapuh, kita malah nangis-nangis tanpa henti.
Prabowo mungkin sebal melihat kita tertawa, sementara kita sebal karena ketawa aja dilarang. Tapi, kalau dilihat dari tujuannya, benar juga kata beliau: bahwa ada hal-hal yang sebaiknya dipikirkan dengan serius, mulai dari sekarang.
Prabowo meminta Jokowi agar memeriksa jumlah armada kapal selam yang dimiliki TNI dan memastikan informasi yang ia terima soal “kuatnya pertahanan negara”. Pada kasus yang hampir mirip, kita juga sebaiknya meminta diri kita sendiri untuk memastikan banyak hal setelah sebuah patah hati atau kesedihan menghujam hati kita tanpa ampun: apakah benar kita merasa sedih? Apakah ini bentuk kehilangan yang paling kita takuti? Apakah kita mau berkubang di lumpur kesedihan terus-terusan? Apakah benar kita tidak bisa maju lagi ke depan dan selamanya harus terjebak pada kenangan???
Pertahanan hati, mylov, adalah jauh lebih penting daripada apa pun.
Kamu bisa tampil bahagia hari ini, menertawakan lelucon temanmu yang tidak seberapa lucu, atau malah membagikan candaan renyah demi membuat temanmu tertawa. Tapi, kalau hatimu sendiri masih rapuh, ia bisa pecah sewaktu-waktu, bahkan di saat yang tidak terduga, hanya karena kamu mengira kamu telah mengatasinya dengan berpura-pura baik-baik saja.
Kamu mungkin mendengar nasihat bahwa menangis itu baik dan membuktikan bahwa kamu hanyalah manusia biasa. Sedih itu perlu, menangis itu wajar, tapi tidakkah kamu merasa perlu memberi batas waktu?
Prabowo kesal melihat orang-orang tertawa kala ia menyebut soal pertahanan Indonesia rapuh. Ia mengakhiri bagiannya dengan, “Silakan tertawa kalau negara lemah,” sembari berbalik dan kembali ke tempat duduknya.
Mungkin, hal yang sama bisa kita aplikasikan ke diri kita sendiri: “Silakan nangis-nangis melulu kalau udah tahu hatimu lemah.”
Saya pernah dilarang datang ke UKS waktu segerombolan siswa kesurupan massal di sana. Seorang kawan saya berteriak dan menahan saya, “Jantungmu lemah, nggak usah deket-deket ke sana, deh!”
Saya gondok setengah mati. Pertama, jantung saya rasanya nggak lemah—hanya saja, dia kelewat khawatir karena saya pernah pingsan dua kali. Kedua, saya jadi kehilangan kesempatan untuk melihat peristiwa kesurupan massal secara langsung.
Tapi kalau dipikir-pikir, kawan saya benar juga. Saya akhirnya mundur dan memilih pergi ke kantin. Dan hari itu, saya baik-baik saja—tidak lagi pingsan dan merepotkan orang lain.
Maksud saya, hal sebaliknya bisa saja terjadi kalau saya memaksakan diri pergi ke UKS, kan?
Sampai di sini, saya rasa marahnya Prabowo nggak lebay-lebay amat. Mungkin beliau tampak pesimis dan lebay saat ngomel-ngomel di panggung, tapi percayalah: ia sedang mengajarkan ilmu kehidupan juga pada kita. Soal apa?
Bahwa pertahanan adalah batas depan dari apa yang kita miliki, baik negara maupun hati masing-masing dari kita. Kalau pertahanan aja udah rapuh dan dibiarkan lemah terus-terusan, apa nggak bakal membahayakan apa yang ia lindungi?