Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Belajar Menjadi Pasangan Serasi dari Pengadaan Kartu Nikah

Aprilia Kumala oleh Aprilia Kumala
14 November 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Mengupas (agak) tuntas perihal pasangan serasi dan mengapa mereka pantas mendapatkan kartu nikah.

Teman saya menikah tahun lalu, sementara teman yang lain justru dikabarkan gagal meneruskan hubungan. Saya dan teman-teman lain yang masih belum dilamar-lamar jomlo mengikuti berita pasangan-pasangan ini melalui cerita dari mulut ke mulut dan foto-foto yang diunggah sekaligus dihapus di Instagram. Komentar yang sering muncul kala itu adalah “Wah, mereka serasi banget! Pantesan nikah cepat, ya!” dan “Ya ampun, kok mereka putus, sih? Padahal aku rasa mereka serasi banget!”

Perkara serasi atau tidak serasinya sepasang manusia memang suka muncul begitu saja di mata kita masing-masing. Keserasian sebuah pasangan pun dinilai pantas menjadi tolok ukur kecepatan mereka mendapatkan buku nikah. Padahal nih ya, ada dua hal yang mengusik pendapat tersebut.

Pertama, tahu apa kamu kita soal hubungan percintaan yang serasi dan langgeng, lah wong pacaran aja putus-putus melulu?!

Kedua, FYI aja, pasangan serasi ini sudah tidak lagi mengejar buku nikah (doang). Kini, mereka juga bakal mendapatkan dokumen baru, yaitu…

… kartu nikah!!!

Iya, Saudara-saudara, selagi kita mengelu-elukan julukan Relationship Goals pada pasangan-pasangan serasi itu, kita juga harus menerima kenyataan bahwa akan bertambah lagi satu dokumen negara yang bakal menciptakan jurang pembeda antara kita dan sahabat kita yang sudah jadi istri orang: kartu nikah. Ramai diberitakan, kartu nikah ini malah bakal menjadi pengganti buku nikah.

Tapi, tenang, tulisan ini tidak akan mengajak kamu-kamu sekalian untuk meratapi kesendirian. Sebaliknya, kita justru akan mengupas (agak) tuntas perihal pasangan serasi dan mengapa mereka pantas mendapatkan kartu nikah.

*JENG JENG JENG*

Pertama-tama, mylov, alasan kenapa pasangan serasi ini tampak sejalan dengan ide pengadaan kartu nikah adalah karena mereka menyadari betul bahwa pasangan mereka bukanlah sekadar pengganti mantan kekasih.

[!!!!!!11!!!!1!!!!]

Dalam sebuah hubungan yang gagal, ada dua kemungkinan yang dialami seseorang: 1) bersedih dan berkembang, atau 2) bersedih dan berusaha melakukan apa pun agar kesedihan itu seakan-akan tertutupi. Proses move on yang naudzubillah susahnya pun menjadi penentu: apakah seseorang akan dengan ikhlasnya melepas masa lalu untuk bertemu dengan orang baru yang lebih baik, atau justru memenuhi kebutuhan dirinya sendiri yang tidak ingin merasa terlupakan.

Naaaah, di sinilah, mylov, kualitas pasangan baru kita (hah, kita???)—maksud saya, mereka—akan terlihat. Pasangan serasi akan tampak serasi karena mereka adalah pasangan yang saling membutuhkan, bukan saling menginginkan semata. Hiya hiya hiya~

Prinsip ini senada dengan munculnya kartu nikah dalam belantara dokumen resmi negara. Ia hadir bukan sebagai pengganti buku nikah, melainkan sebagai pelengkap yang dibutuhkan untuk mendukung adanya sistem informasi manajemen nikah digital bernama Simkah. Disebutkan, aplikasi ini dapat diunduh di simkah.kemenag.go.id dan terintegrasi langsung dengan sistem kependudukan dan pencatatan sipil.

Iklan

See? Mereka ada sebagai pelengkap yang dibutuhkan bagi satu sama lain. Uwuwuwu, so sweet~

Kedua, pasangan serasi merupakan pasangan yang saling memahami tanpa banyak bicara. Hal ini sejalan dengan keadaan yang ditawarkan oleh kartu nikah: menyimpan informasi pasangan secara ringkas.

Apa maksudnya, Ferguso???

Jadi begini. Dalam suatu momen, pasangan serasi mungkin tak butuh banyak bicara untuk tahu bahwa partner-nya tengah dirundung masalah. Yang bisa mereka lakukan adalah menawarkan bahu satu sama lain sebagai tempat bersandar. Singkatnya, mereka paham betul apa yang dirasakan pasangannya hanya dengan sekali memandang ke dalam matanya.

Halah.

Yhaaa, pokoknya, pemahaman ini juga ditawarkan langsung oleh kartu nikah. Menurut Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, kartu nikah nantinya akan berbentuk seperti kartu (YAIYALAH!) dengan sebuah barcode. Fungsi dari barcode ini sendiri ternyata cukup vital: menyimpan data berupa wajah, nama, dan tanggal pernikahan pasangan.

Ketiga, pasangan serasi dan kartu nikah memiliki sebuah prinsip yang sama (dan paling penting): tidak show off alias tidak pamer dan tidak suka umbar-umbar aurat kemesraan!!!

Pernah menekan tombol Instagram Story orang-orang dan membuat diri sendiri disuguhi kemesraan sepasang insan manusia yang dimabuk cinta? Saya sering—rasanya antara pengin marah dan pengin nangis, sekalipun saya ikut bahagia untuk tokoh cinta dalam Instagram Story tersebut. Tapi, ayolah, seberapa pentingnya, sih, dunia tahu betapa kita punya pacar/tunangan/suami yang masakin kita mi goreng waktu malam-malam kelaparan? Tidakkah mereka berpikir ada orang di luar sana yang baru patah hati dan rindu setengah mati pada mantan kekasihnya yang dulu juga selalu menemaninya makan malam? :(((

Berangkat dari prinsip untuk tidak mengumbar-umbar inilah, kartu nikah dilahirkan. Ia berbentuk kartu biasa, persegi panjang kecil, serupa dengan KTP atau ATM, sehingga mudah dibawa-bawa dan dimasukkan ke dalam dompet. Artinya, ia tidak menuntut seseorang untuk menonjolkannya karena bisa duduk diam di antara selipan-selipan dompet. Sungguh bijaksana.

Namun begitu, perlu kita ingat baik-baik: jika suatu hal memiliki sisi positif, besar kemungkinan ia juga punya sisi negatif, begitu juga sebaliknya.

Kabarnya, kartu nikah akan diberikan kepada pasangan yang menikah tahun 2018, lalu diberikan pula secara bertahap pada pasangan-pasangan yang menikah di tahun-tahun sebelumnya. Pertanyaannya, bukankah itu justru bakal jadi lebih ribet dan lebih banyak menggunakan uang ya?

Sialnya, pertanyaan tadi pun sesuai pula dengan konsep hidup berpasangan. Punya pasangan—mau serasi ataupun nggak—juga kadang sama saja: membuat hidup lebih ribet dan njelimet. Boro-boro mikir kartu nikah, mikir nikahnya aja udah males duluan, Sis!

Terakhir diperbarui pada 14 November 2018 oleh

Tags: buku nikahkartu nikahMenteri Agamapasangan serasiSimkah
Aprilia Kumala

Aprilia Kumala

Penulis lepas. Pemain tebak-tebakan. Tinggal di Cilegon, jiwa Banyumasan.

Artikel Terkait

Sebaiknya Kita Berhenti Menganggap Guru Itu Profesi Mulia, agar Mereka Bisa Digaji Jauh Lebih Layak
Pojokan

Sebaiknya Kita Berhenti Menganggap Guru Itu Profesi Mulia, agar Mereka Bisa Digaji Jauh Lebih Layak

4 September 2025
yaqut cholil qoumas
Kilas

Menag Yaqut Cholil Qoumas Berkomitmen Lindungi Pemeluk Syiah, Ahmadiyah, dan Kelompok Minoritas Lainnya

25 Desember 2020
Esai

Pelajaran Bahasa dari Menteri Agama saat Sebut Radikalisme Disebar Orang ‘Good Looking’

7 September 2020
Alasan Kenapa Prabowo Adalah ‘Koentji’ dalam Pemerintahan Jokowi
Esai

Alasan Kenapa Prabowo Adalah ‘Koentji’ dalam Pemerintahan Jokowi

21 Juli 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.