MOJOK.CO– Keseruan mencoba filter Snapchat terbaru menyisakan pertanyaan: ini manfaatnya apaan, dah, kayak beginian? Jangan-jangan ini tanda-tanda akhir zaman???
Seolah-olah nggak merasa puas pada pencapaian filter face swap yang fenomenal, Snapchat baru saja meluncurkan filter terbarunya, yang akhirnya membuat saya kembali meng-install aplikasi ini saking penasarannya. Lah mau gimana coba: di lini masa, mendadak ramai foto-foto perempuan dengan filter laki-laki, dan sebaliknya, tentu dengan hasil yang—harus diakui—cukup mengagumkan.
Bagi kamu-kamu yang belum tahu—siapa tahu kamu terlalu sibuk ngikutin berita politik atau masalah perseteruannya Tati Westbrook dan James Charles—filter Snapchat yang baru ini bernama gender swap. Secara sederhana, ia bakal mem-perempuan-kan wajah laki-lakimu dan me-laki-laki-kan wajah perempuanmu.
Ah, mana mungkin? Mentok-mentok juga paling kayak filter Instagram Story yang cuma nambahin efek bulu mata!
Tadinya saya pikir begitu, sampai suatu hari saya menemukan twit ini.
https://twitter.com/Azabkuburpedih/status/1126275396549234690
Saya melongo. Buset, kalau saya nggak tahu ia sedang bicara soal filter Snapchat, mungkin saya bekal mengira dirinya adalah mbak-mbak eksis yang biasa ditemui di media sosial, yang followers-nya sampai puluhan ribu!
Ta-tapi, sebenarnya, apa tujuan filter Snapchat gender swap ini, coba??? Apakah dengan mempercantik atau menggantengkan wajah, kita bakal merasakan benefit yang luar biasa dalam hidup yang fana dan menyedihkan ini??? Hmm???
Saya nggak tahu, sih, tapi kalau saya tebak, filter ini bisa dimanfaatkan para pekerja seni dalam media sosial.
Bapak saya, semasa muda, adalah aktor drama di panggung kecil-kecilan dan sering mendapat peran sebagai seorang perempuan. Saya jadi mikir, kalau dulu udah ada Snapchat, agar Bapak dan teman-temannya nggak capek harus make up, bisa kali, ya, mereka tampil pakai live streaming, dibantu filter Snapchat yang gender swap ini?
Nggak cuma laki-laki yang sukses “jadi perempuan”, hal sebaliknya juga berlaku. Saya terkekeh-kekeh menemukan twit ini.
Ive never seen the new #snapchatfilter face filter used so greatly. @lizzybagdasarr pic.twitter.com/a4cTZTQeVN
— DanielBagdasar (@DBagdasar) May 13, 2019
Twit terakhir ini mengingatkan saya kembali pada seorang pekerja seni, tapi bukan bapak saya, melainkan Hudson Prananjaya, atau lebih sering dikenal dengan nama Hudson IMB (Indonesia Mencari Bakat). Lagi-lagi, di era digital seperti sekarang ini, daripada harus repot-repot dandan dengan dua karakter wajah, jelas Hudson bakal diuntungkan dengan filter ini untuk membuat video di media sosial. Mantap!
Terus, apakah filter ini hanya mentok untuk orang-orang seperti Bapak dan Hudson saja?
Tentu saja, jawaban dari pertanyaan di atas adalah wallahualam karena sejujurnya hanya Allah yang tahu segala yang diniatkan makhluk di muka bumi ini. Tapi, sebelum tulisan ini jadi tulisan di rubrik Khotbah, lebih baik saya segera menunjukkan foto lainnya hasil filter Snapchat di atas.
Dan ini, jelas-jelas, membuat saya melongo lebih lebar dan lama…
https://twitter.com/MohimenMahbuba/status/1127391568980320256
…juga yang ini.
https://twitter.com/MoshWithTyler/status/1127668016857079808
Beberapa pria mencoba membuat akun Tinder sebagai seorang perempuan, menggunakan foto yang didapat dari Snapchat. Mereka harus mengakui keterkejutan mereka atas reaksi para lelaki yang ditemui di sana—penuh sapaan, rayuan, hingga tawaran untuk pergi ke luar negeri.
Meski harus diakui juga bahwa mereka-mereka ini niat banget sampai nge-swipe kanan hampir semua profil laki-laki yang mereka temui agar biasa bertukar pesan, setidaknya filter gender swap telah membantu menyampaikan satu hal penting:
…bahwa perempuan terkadang mendapatkan pesan yang cukup—katakanlah—annoying dari beberapa pria asing.
Maksud saya, kita tuh harus membalas apa, sih, kalau isi chat-nya cuma “Halo” atau “Hi….” atau “Salken”??? Lebih menyebalkan lagi, chat yang nyerempet-nyerempet juga ada-ada saja, misalnya: “Aku lagi selonjoran, nih, di kasur. Kamu udah di kasur juga belum? Pakai baju apa?”
Duh, Mas, please.
Perkara filter Snapchat gender swap memang bukan perkara yang heboh-heboh amat di kancah nasional, seperti soal kemungkinan Puan Maharani menjadi Ketua DPR RI atau Anies Baswedan yang hingga sekarang masih belum mendapat partner berupa Wakil Gubernur DKI Jakarta. Namun, sepertinya, ada satu hal penting yang patut membuat kita harus memperhatikan Snapchat lebih dalam lagi.
Ya gimana nggak: kita ini, kan, nggak boleh menyerupai laki-laki kalau kita perempuan, dan nggak boleh menyerupai perempuan kalau kita laki-laki. Lupa, ya?!
Jadi, jangan-jangan, Snapchat dan filternya ini sesungguhnya dirilis untuk menguji keimanan kita, sekaligus menjadi aplikasi akhir zaman yang harus diwaspadai??? Hmm???