MOJOK.CO – Di lapangan futsal, para cowok bertanding untuk mencetak gol. Di bangku penonton, pacarnya menemukan kompetisi lain.
Dari dulu saya selalu bertanya-tanya: kenapa para lelaki nampaknya bisa cepat akrab satu sama lain? Setelah melalui pengamatan dan observasi pribadi, saya rasa salah satu jawabannya sudah bisa ditebak: futsal.
“Mas, bisa futsal?”
“Bisa, Mas.”
“Nanti dateng aja, ya. Jam 7.”
“Siap, Mas.”
Percakapan sederhana ini pun dieksekusi dengan tindakan supernyata dari para cowok. Tanpa basa-basi, mereka semua sudah berjalan sendiri-sendiri ke tempat futsal di waktu yang disepakati dan bertemu di lokasi.
Bayangkan jika kondisi ini terjadi pada kita, para cewek. Faktanya, cewek cenderung ingin tahu dan tidak suka sendirian. Alhasil, pesan-pesan seperti, “Sis, kalau udah otw kabarin, ya,” pun bertebaran. Kalau dia nggak dapat balasan, ya dia nggak akan jalan. Males nunggu kelamaan, jangan-jangan cuma aku yang dateng!
Terlepas dari perbedaan reaksi lelaki dan wanita, sesungguhnya yang terkait penuh dengan futsal adalah… kompetisi.
Kompetisi? Ya, ya, futsal sendiri adalah kompetisi antartim dalam menggiring bola dan mencetak gol sebanyak mungkin bagi para lelaki. Tapi sesungguhnya, lelaki diciptakan tidaklah dengan pandangan lebarner, yaitu sebuah pemikiran yang melebar atas suatu kondisi. Bagi lelaki, futsal hanyalah tentang bermain bola. Kalau dia butuh semangat, mengajak pacarnya adalah pilihan tepat. Baginya, si cewek akan duduk manis di pinggir lapangan dan melihatnya tampak keren di lapangan. Bukankah begitu?
Hohoho, tunggu dulu.
Kalau duduk di bangku penonton sendirian, si cewek mungkin nggak masalah. Tapi, ketika teman si lelaki memutuskan untuk membawa pasangannya juga, akan terjadilah hari yang ditakuti para cewek: kompetisi dalam kompetisi.
Dua wanita tidak saling kenal yang dipersatukan dalam suatu kondisi inilah yang menjadi poinnya. Saya pernah ada dalam posisi itu: hampir tiap minggu datang ke lapangan futsal dengan dandanan apa adanya, sandal jepit, dan kaus oblong. Lalu, tiba-tiba, muncullah teman cowok saya dengan pasangannya yang seperti membuat saya mengecil by default: rambut salon, baju wangi, jeans kekinian, tas trendi, dan kecantikan yang sepertinya cuma satu level di bawah Tatjana Saphira.
Tiba-tiba, saya merasa “terancam”. Oh Tuhan, apakah cowok saya akan jelalatan matanya? Apakah baginya saya tidak jadi cantik lagi setelah ada wanita lain yang menonton futsal? Apakah gincu saya kurang merah dibandingkan dengan punyanya?
Perasaan terancam ini biasanya diikuti dengan pandangan ingin tahu dan senyum sopan kepada satu sama lain. Hal yang membuat saya bertanya-tanya lagi pun muncul: kenapa lelaki tidak secanggung ini saat saling berkenalan? Apakah mereka tidak pernah merasa kalah jantan karena jenis parfum yang berbeda? Apakah mereka merasa insecure?
“Wah, asyik, kamu jadi ada temennya, deh, selama nonton,” kata cowok saya. Saya pun malah kembali berpikir-pikir: apa ini maksudnya dia juga kegirangan dan menganggap hadirnya wanita ini adalah sesuatu yang mengasyikkan? Kenapa asyik, sih? Apakah karena dia lebih cantik daripada saya? Kenapa dia nggak kasih clue ke saya soal dress code buat nonton futsal?!
Tapi, cowok saya otaknya hanya soal bola. Alhasil, dia langsung lari lagi sambil pemanasan. Sementara saya? Masih tersenyum sopan sama mbaknya, lalu berkenalan.
Yah, sekalipun merasa “terancam”, mengobrol akrab saat menonton futsal itu memang diperlukan.
Lagi pula, ingat: strategi terbaik menghadapi musuh adalah mengenalnya dengan baik! *ketawa setan lalu bikin list bedak dan gincu demi menunjang penampilan*
BACA JUGA 5 Cara Melatih Teknik Dasar Futsal Biar Nggak Malu-Maluin saat Diajak Tanding dan tulisan lainnya dari Aprilia Kumala.