Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Kalian Dijanjikan Langsung Kerja Setelah Lulus? Tidak Semudah Itu, Ferguso!

Anik Setyaningrum oleh Anik Setyaningrum
27 November 2018
A A
habis lulus langsung kerja
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Teruntuk sobat-sobatqu yang sudah pegang ijazah tapi belum bekerja, santai saja. Mungkin, kalian hanyalah korban produk unggulan dari semacam lembaga pendidikan lanjutan yang telah membangun pola pikir bahwa sekolah itu untuk bekerja.

Buat apa sih orang-orang sibuk kuliah? Ya buat nyari ijazah lah.

Kalo udah dapat ijazah buat apa? Ya buat gaya-gayaan dan nyari kerjaan dong~ Benar begitu kan sobat pencari kerja, mahasiswa, dan para sarjana sekalian?

Entah mengapa pertanyaan-pertanyaan pasaran tersebut selalu mengingatkan saya pada masa-masa sekolah di desa. Masa-masa yang tak hanya indah tapi juga penuh kegalauan.

FYI aja sih, di tempat saya, anak-anak sekolah memang sudah (dipaksa) memikirkan pekerjaan bahkan jauh sebelum kami tahu manfaat selembar ijazah dari hasil pendidikan yang akan kami dapatkan. Alhasil orientasi kami sejak lama sudah kerja kerja kerja seperti mottonya pak Jokowi.

Saya juga ingat menjelang kelulusan SMP dan SMA, sekolah saya sering dikunjungi oleh semacam lembaga pendidikan lanjutan. Agar mudah, singkat saja menjadi LPL. Awalnya, LPM ini memberikan motivasi kepada saya dan kawan-kawan untuk terus semangat mengembangkan diri. Mereka menyampaikan pesan-pesan itu dengan media yang macam-macam, mulai dari  lewat video, lagu-lagu (dinyanyikan bersama), juga game-game yang lumayan baru bagi kami waktu itu.

Mendengar yang mereka ceritakan, saya dan teman-teman kemudian terbakar oleh motivasi-motivasi itu. Ya nggak literaly kebakar, pokoknya jadi semangat banget lah. Nah, saat panas-panasnya tekad untuk mengembangkan diri ini, para utusan LPL tersebut seolah menghembuskan angin segar dengan memberikan tips dan trik mudah supaya bisa “langsung kerja setelah lulus.” Tips dan triknya itu ya masuk ke LPL yang mereka kelola. Pokoknya harus bergabung dengan mereka, agar setelah lulus dari sana, kami sudah terjamin pekerjaannya.

Kira-kira begini kata-kata provokatif dari mereka waktu itu,

“Siapa yang tidak ingin terjamin pekerjaannya?”

Tentu saja tidak ada satu pun dari kami yang menjawabnya. Ya siapa sih–di dunia ini–yang kepingin nganggur setelah lulus? Dan lembaga itu berhasil, setelah lulus sekolah, teman-teman saya berbondong-bondong untuk melanjutkan pendidikan mereka di sana.

Apa ada di antara kalian yang juga pernah dikunjungi lembaga yang menjanjikan penawaran semenggiurkan itu?

Waktu itu, saya hampir tergiur. Saya juga ingin jadi seperti lulusan-lulusan LPL sana yang mereka pamerkan. Ada yang sudah keliling naik kapal pesiar, ada yang sudah kerja di pesawat, dan pekerjaan-pekerjaan lain yang belum pernah saya dengar. Penghasilan yang dijanjikan terkesan sangat besar dan tak terbayangkan bagi anak usia sekolah seperti kami saat itu.

Tetapi ternyata, karena manut sama orang tua, saya tidak pernah diijinkan untuk bergabung dengan mereka. Bagi orang tua, yang penting saya sekolah, cari ilmu dan pengalaman. Jika dewasa nanti saya memang harus kembali ke desa untuk mluku dan nandur di sawah pun, tak masalah. Toh, selama ini kami bisa hidup juga dari sana. Akhirnya, hasrat saya untuk menjalani sekolah seperti pada umumnya lebih besar daripada iming-iming gaji jutaan setelah lulus nanti.

Mengingat hal tersebut, tak heran rasanya jika hari ini semua lulusan ingin bekerja dan bekerja. Entah lulusan sekolah atau pun sarjana, semuanya ingin bekerja. Lapangan pekerjaan terus bertahan sebagai hal yang selalu ingin diciptakan. Hari ini, setelah sekolah bertahun-tahun, saya baru mengerti bahwa manusia butuh bekerja. Saya ikut-ikutan bingung, setelah lulus nanti akan kerja apa?

Iklan

Kemudian, suara orang tua saya kembali terngiang.

“Sudah, pulang saja, menanam dan memanen.”

Saya terlanjur memilih jalan yang sangat biasa-biasa saja. Menamatkan SD, SMP, SMA, kemudian kuliah dan sesungguhnya saya tetap tak ingin bekerja. Tapi apa daya, sesuai kepercayaan banyak orang, jika ingin tetap hidup ya harus bekerja. Orang-orang kreatif yang biasanya mencipatakan lapangan kerja sering berkata

“Ya pintar-pintar memanfaatkan peluang saja.”

Perkataan itu, sederhananya saya artikan begini, jual lah air di gurun pasir. Sudah pasti kamu akan cepat kaya.

Begitu pula LPL yang menjanjikan pekerjaan itu. Lembaga itu merupakan salah satu bentuk nyata pemanfaatan peluang. Saat ada manusia-manusia yang butuh kerja dan merasa tak ada lapangan kerja, muncul lembaga yang menjanjikan lapangan kerja tapi harus sekolah dulu di sana. Harus bayar dulu. Sebagaimana proyek, harus menghasilkan sebanyak-banyaknya. Termasuk menggaet kami para anak sekolahan.

Saya tak keberatan dengan proyek semacam itu. Hanya saja, saya tidak mengerti bagaimana prosesnya. Jika dihitung, dalam satu angkatan ada 50 orang yang daftar dan itu diterima semua. Sebelumnya, perlu saya informasikan bahwa sekolah ini bukan sekolah yang memiliki ikatan dinas. Dengan begitu, mungkinkah seluruhnya sudah pasti bisa langsung bekerja tanpa ada ketentuan lain?

Kenyataannya tidak. Tidak semuanya bisa langsung bekerja. Hal ini dialami langsung oleh teman saya yang setelah sekolah segera mengkhawatirkan nasib pekerjaannya. Ternyata, LPL yang berkunjung ke sekolah saya itu hanya punya banyak relasi yang belum pasti menerima hasil lulusannya.

Kasarannya, teman-teman saya hanya dihantarkan untuk tes bekerja. Jadi setelah lulus, teman-teman saya tetap harus melalui tahapan tes seperti pekerja lainnya. Belum tentu diterima kerja.

Tentu saja Itu memang hal yang wajar, begitulah dunia bekerja. Persaingan kerja, memang sudah selayaknya dimulai ketika seseorang siap bekerja. Tetapi, kenyataan itu membuat beberapa orang yang sekolah karena ngebet bekerja jadi kecewa. Karena di awal masuk, mereka memang sudah niat untuk bekerja, bukan sekolah. Ya seperti janji yang LPL jual.

Ujung-ujungnya yang tersisa ya penyesalan. Tahu begitu kan lebih baik mereka gunakan waktu untuk segera mencari kerja atau tetap melanjutkan sekolah seperti pada umumnya, kalau ujung-ujungnya sama saja. Hadehh.

Terakhir diperbarui pada 27 November 2018 oleh

Tags: Bekerjakuliahlembaga pendidikanLPPMahasiswa
Anik Setyaningrum

Anik Setyaningrum

Artikel Terkait

Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO
Liputan

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Penyesalan ikuti kata kating/senior kampus yang aktif organisasi mahasiswa. Ngopa-ngopi dan diskusi, lulus tak punya skill MOJOK.CO
Kampus

Muak sama Kating Kampus yang Suka Ajak Ngopa-ngopi, Cuma Bisa Omong Besar tapi Skill Kosong!

24 September 2025
beasiswa kuliah. MOJOK.CO
Ragam

Kuliah Modal Beasiswa, tapi Malah “Durhaka” ke Orang Tua: Dulu Dibanggakan, Kini Menyakitkan

17 September 2025
3 Keunggulan Tinggal di Kos Campur yang Jarang Disadari Banyak Orang Mojok.co
Pojokan

3 Keunggulan Tinggal di Kos Campur yang Jarang Disadari Banyak Orang

8 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.