MOJOK.CO – Hadeeeh, stafsus milenial isinya konflik kepentingan nih! Begitu kan, keluhan kalian? Tapi apa kalian yakin sudah paham maksudnya konflik kepentingan yang bau-bau KKN?
Entah saking nggak tahunya atau memang benar-benar sengaja, staf khusus milenial yang kemarin sempat ditagih-tagih kerjaan itu sekarang justru bikin kegaduhan. Wah, ya mungkin kerjaannya bikin gaduh kan semua orang juga nggak ngerti.
Intinya stafsus milenial ini memberikan surat ke seluruh camat di Indonesia pakai kop surat Setkab dan melibatkan perusahaannya sendiri yaitu Amartha. Oleh sebab hal yang sangat jelas lucunya ini, netizen teriak-teriak bahwa ini adalah konflik kepentingan atau nama bekennya conflict of interest.
Untuk itu sebelum bacot, marilah kita belajar bareng Mojok Institute tentang mata kuliah konflik kepentingan. Bismillah dulu ya, nak-anak~
Konflik ini sebenarnya nggak hanya terjadi di pemerintahan. Bahkan di perusahaan dan berbagai organisasi pun umum terjadi. Utamanya, konflik kepentingan didalangi oleh dua aktor yang bermain peran. Aktor principal dan aktor agent. Principal punya wewenang dan tanggung jawab, sementara agent punya kepentingan untuk memberi manfaat pada dirinya sendiri.
Seringnya, kepenting yang dimiliki si agent ini nggak berhubungan sama sekali dengan kepentingan publik. Namun karena hubungan dekat dengan aktor principal, maka si agent cenderung mendapatkan apa yang dia inginkan.
Menurut KPK, ada dua alasan kenapa konflik kepentingan adalah sebuah jalan menuju huru-hara. Pertama, mempengaruhi kepentingan publik atau kantor untuk kepentingan keuangan pribadi. Kedua, mempengaruhi pengambilan keputusan yang bertujuan untuk
meluluskan kepentingan pribadinya.
Bahkan ICW juga mengatakan kalau konflik ini bisa jadi pintu masuk menuju korupsi. Hla wong udah hampir sama kayak kolusi kok.
Kalau dikaitkan ke surat stafsus milenial, sebenarnya jelas banget. Principalnya adalah pemerintah, agent adalah si stafsus, sementara kepentingannya berkaitan dengan perusahaan yang dia kelola sendiri.
Lebih ngaco lagi karena si stafsus bikin surat di tengah pandemi corona dan pakai bawa-bawa soal APD. Tipis banget bedanya sama penimbun masker yang mengambil kesempatan dalam kesempitan. Walau si stafsus udah minta maaf, okelah, tapi nggak mengubah apa pun. Fakta kalau dia sedang mencoba melakukan praktik konflik kepentingan tetap nggak berubah.
Kadang heran juga yang jadi stafsus kebanyakan anak muda kaya, hits, dan punya perusahaan. Coba Agus Mulyadi jadi stafsus, bukankah lebih gayeng karena bakal diajak main ketipung bareng?
Jadi, Mylov, konflik kepentingan itu efeknya nggak main-main ya. Sebelum saya lanjutkan kalau ada yang masih bingung coba angkat tangannya… oke nggak kelihatan.
Efek dari conflict of interest itu jelas dan nyata membuka peluang KKN. Dipikirnya orang-orang yang korupsi itu dari lahir sudah merencanakan nyolong duit negara apa? Nggak gitu. Mereka terbuai situasi di mana dapat uang kok gampang banget, manipulasi data kok asyik, dan lobby sana-sini kok mudahnya bukan main.
Setelah konflik kepentingan berjalan mulus, bukan nggak mungkin praktik KKN dikebut setelahnya. Bakal ada penyimpangan wewenang dan tanda-tanda tidak produktif dari principal dan agent karena semua terasa serba mudah. Keadaan semacam ini bukan cuma soal etis nggak etis aja, tapi makin bahaya kalau dilanjutkan.
Membaca penjelasan di atas memang menyenangkan, tapi bakal susah menemukannya di kegiatan sehari-hari saking samarnya. Nggak usah jauh-jauh, ada nggak bos kalian yang suka mainin conflict of interest? HRD yang memihak atasan alih-alih jadi penghubung komunikasi akar rumput misalnya. Atau affair antara bos sama bawahan yang bikin si bawahan lebih gampang bolos kerja dan cuti. Begini ini yang suka tuman!
BACA JUGA Pada Akhirnya Staf Khusus Milenial Memang Lebih Baik, Lebih Baik Bubar Maksudnya atau artikel lainnya di POJOKAN.