MOJOK.CO – Bukan hanya soal menimbun masker dan hand sanitizer, akui saja banyak orang-orang Indonesia yang suka memanfaatkan momen, ambil kesempatan dalam kesempitan. Hasssh!
Saya sebenarnya paling mangkel kalau menceritakan kelakuan orang-orang UUD (ujung-ujungnya duit). Seolah kehidupan kita ini segitu kerasnya sampai apa pun disikat demi uang dan keuntungan. Bahkan kemanusiaan terasa nggak ada harganya.
Suatu hari saya sedang scrolling santai di Twitter, saya melihat rekaman amatir seseorang di TKP kecelakaan truk. Kebetulan, truk yang terguling tersebut memuat berbagai bahan makanan seperti buah-buahan. Warga sekitar yang mengerubungi lokasi justru menjarah buah-buahan yang bertebaran di jalan.
Woy, bukannya nolongin!
Tadinya saya cuma scrolling santai, tiba-tiba jadi KZL nggak karuan. Bagaimana mungkin manusia lihat kaumnya sendiri sedang kena musibah tapi malah memanfaatkan momen untuk menjarah, mana jarahannya cuma buah. Hobi banget ambil kesempatan dalam kesempitan.
Perasaan guru-guru SD saya nggak pernah menanamkan mental beginian.
Memangnya setiap barang yang jatuh ke jalan otomatis menjadi halal untuk diambil? Kalau aturannya begitu saya jadi pengin nguntit Jeff Bezos, siapa tahu dompetnya jatuh saat dia sedang selonjoran di taman kota.
Sekarang, waktu virus corona menciptakan kepanikan berjamaah (padahal sebenarnya nggak perlu), orang-orang menimbun masker, hand sanitizer, sampai alkohol. Demi apa saudara-saudara?
Demi uang.
Kurang ajar betul, kaum kesempatan dalam kesempitan ini menjual barangnya dengan harga fantastis. Padahal maskernya nggak ada cap “Supreme”, tapi harganya bisa nggak masuk akal begitu.
Help RT ya temen2 Twitter, siapa tau ada yang butuh.
Aku ada ready stock masker SENSI 325rb/box. Ready banyak. Yang mau bisa langsung DM ya, aku domisili Jakarta, kalo ada yang sama domnya, dan mau beli banyak bisa dianter langsung jadi ga perlu ongkir lagi.
Terimakasih ?♥️ pic.twitter.com/dgwBztVSWu— JEJE JUAL MASKER SENSI (@penyembahseblak) March 2, 2020
Masker bedah yang biasanya cuma Rp30-40 ribuan per boks kini jadi Rp325 ribu per boks. Naiknya sepuluh kali lipat, Bos. Mari tepuk tangan yang kenceng buat penjual-pejualnya.
Sudah menimbun dan ambil kesempatan dalam kesempitan, pakai minta tolong bantu retweet lagi. Keberanian paten.
Skema ambil kesempatan dalam kesempitan semacam ini kelihatannya sudah mengakar, mendarah daging di sebagian benak orang-orang norak. Ketika ada bencana alam, masih ada orang yang ngambilin barang-barang sumbangan. Setelah kebakaran pasar, ada yang sengaja ke TKP selepas apinya padam hanya demi cari barang-barang yang masih bisa diambil.
Rasanya saya jadi berharap orang-orang yang menjarah saat kecelakaan, menimbun masker dan menjualnya dengan harga mahal, serta sesama kaum ambil kesempatan dalam kesempitan ini ditempatkan dalam satu daerah khusus. Biar mereka saling sharing ilmu lalu saling memanfaatkan. Rusak, rusak aja sendiri!
Ternyata nggak cuma masyarakat sipil. Pemerintah juga mengimplementasikan mental ambil kesempatan dalam kesempitan ini dengan branding yang begitu halus. Samar, tapi kalau diresapi bakal sama bar-bar.
Beberapa waktu yang lalu pemerintah pernah menyuntikkan anggaran hingga Rp72 miliar buat influencer. Tujuannya untuk menggenjot pariwisata yang sempat melempem karena isu virus corona.
Sementara orang di luar Indonesia ketakutan dan nggak mau bepergian, kita seolah lagi pengumuman bahwa berkunjung ke Indonesia adalah solusi karena negara kita belum kena dampak corona (pada saat itu). Nggak kayak China, Singapura, Malaysia, bahkan Australia yang sudah terjangkit duluan.
Mulai dari diskon penerbangan sampai hotel, semuanya sungguh bikin kita kayak mau balap keong, bergumam “Hah?”
Perlahan saya jadi paham, gimana masyarakatnya nggak suka ambil kesempatan dalam kesempitan, lha wong pemerintahnya aja mencontohkan. Auk amat dah!
BACA JUGA Virus Corona Bikin Masker Langka, Polisi Siap Tindak Tegas Para Penimbun Masker atau artikel lainnya di POJOKAN.