MOJOK.COÂ – Orang-orang yang pakai bio ayat suci mungkin niatnya mengimplementasikan hadis: sampaikanlah walau satu ayat. Tapi kalau kelakukannya masih berkebalikan apa bedanya dengan ilmu bacot doang?
Saya sudah nggak kaget lagi ketika ada mas-mas yang terciduk menggoda mbak-mbak di Twitter, waktu dicek akunnya eh… pakai atribut yang religius sekali. Beberapa kawan perempuan saya pernah di DM sama orang yang ngatain payudaranya, tapi waktu dilihat, akun orang tersebut isi unggahannya banyak dakwah keagamaan.
Sudah nggak terhitung lagi berapa akun yang pakai bio ayat suci tapi terciduk s*ngean. Modus awalnya sih mengingatkan biar cewek-cewek sopan dalam berpakaian, tapi lama-lama kok terdengar mengarahkan ke perkara yang mantap-mantap ya?! Hmmm.
Ini kenyataan yang bikin saya terusik. Karena sebagai orang Islam saya nggak mau orang-orang yang punya pengetahuan tentang ayat-ayat suci kena stigma sedemikian buruk.
Lalu saya tersadar, nggak semua orang yang ngerti agama pasang bio ayat suci di media sosial karena kadar keimanan itu nggak perlu legitimasi orang lain. Sebagian dari mereka pun pasti telah mempertimbangkan potensi berbuat ria dengan sok-sokan paling paham agama.
Jadi, tersisalah kaum bio ayat suci yang beneran amanah versus kaum bio ayat suci yang kelakuannya goblok bin sembrono di media sosial. Kaum yang kedua ini benar-benar merusak keseimbangan alam semesta.
kaum bio ayat kitab suci ini aneh aneh ya pic.twitter.com/XqqJf5aAQk
— bonnie (@angewwie) February 22, 2020
Ngata-ngatain fisik seseorang saja sudah body shamming, ditambah ngatain bagian tubuh tertentu yang seolah dia cuma memperhatikan bagian itu, itu, dan itu. Keren tidak, mesum iya. Nggak heran ketika netizen lain di media sosial jadi heboh dan memberikan klasifikasi baru sepaket dengan stereotip buruknya: kaum bio ayat suci.
Aduh, kaum bio ayat suci yang beneran amanah jadi ketutup yang beginian. Kacau.
Menelaah kebodohan kaum ngawur ini memang perlu sebuah pendalaman yang begitu serius. Saya sampai menyelam ke dalam Palung Mariana buat mendapatkan jawabannya.
Ada sebuah konsep “Two Minds” yang ditulis oleh Mark Manson. Kita punya sebuah pikiran di mana tugas pikiran itu hanya mengawasi pikiran kita mikir. Jika kalian pusing, memang seharusnya begitu.
Konsep two minds paling mudah dipahami ketika kalian disuruh tidak memikirkan apa pun dalam waktu 30 detik. Alih-alih pikirannya kosong, berbagai gambaran remeh justru muncul, seperti sebuah makanan mahal yang nggak bisa kalian beli, kekasih kalian yang nggak bales-bales chat, sampai soal duit di dompet kalian yang entah kenapa cepet banget habis.
Pada konsep two minds, hal yang berusaha mati-matian kalian tolak dan hindari justru hal yang akan kalian terima. Ada sebuah istilah what you resist will persist pada ajaran Budha. Jangan-jangan kaum bio ayat suci selama ini memendam apa yang tidak bisa mereka tolak.
Mereka aslinya adalah orang yang sungguh selalu kepikiran hal-hal sembrono. Lalu mencoba menahannya dan mengatakan pada diri sendiri: hey, taatlah agama dan hindari perbuatan mesum. Namun pertahanan mereka yang belum kuat bikin kegoblokannya jebol.
Di balik itu ternyata ada alasan psikologis berkaitan dengan istilah what you resist will persist. Dikutip dari Psychology Today, orang yang berusaha keras menghindari realitas yang ada dalam dirinya cenderung fokus pada hal itu tanpa mereka sadari. Pikiran mereka terkonsentrasi pada hal yang ingin mereka hindari terus menerus sehingga energi terkuras untuk itu. Padahal apa yang sedang mereka lakukan justru bukan sedang menjauh tapi sedang mendekat pada realitas diri yang tidak bisa pergi.
Sama kayak ilmu melupakan mantan. Semakin kita berusaha untuk melupakan, maka semakin kita akan ingat. Sementara kalau mencoba bersikap bodo amat, selangkah lagi bisa mengantongi predikat move on.
Maka, wahai netizen yang sedang berusaha keras menghindari hal-hal negatif. Nggak usah terlalu ngoyo, lemesin aja.
BACA JUGA Orang Tua di KRL yang Ngeyelan Perlu Piknik ke Jepang Biar Tercerahkan atau artikel lainnya di POJOKAN.Â