Di salah satu portal media, saya mendadak menemukan sebuah berita heboh tentang seorang penjual sayur asal Purwokerto yang menjadi viral penampilannya yang cantik san disebut-sebut mirip dengan Syahrini.
Berita tentang penjual sayur cantik ini mau tak mau kemudian melemparkan ingatan saya pada berbagai berita lainnya yang punya tone serupa, yakni kehebohan gara-gara sebuah profesi yang dianggap “kasar” yang dijalani oleh seorang perempuan cantik. Dari mulai kernet bis cantik, penjual cilok cantik, pelayan warung cantik, dan profesi-profesi lainnya.
Barangkali kita masih dengan fenomena tukang tambal ban berparas cantik yang beberapa waktu yang lewat sedang heboh di sosial media. Berita tentang si tukang tambal ban cantik ini menuai banyak tanggapan. Kebanyakan memuji dan kagum pada si tukang tambal ban cantik ini.
Kenapa si tukang tambal ban ini bisa menghebohkan khalayak? tentu karena dua hal. Pertama karena ia tukang tambal ban, kedua, karena ia cantik. Ada ribuan tukang tambal ban di pelosok negeri ini, pun ada jutaan wanita yang punya paras cantik. Namun wanita cantik yang profesinya tukang tambal ban, jumlahnya tentu sangat sedikit.
Banyak wanita cantik, namun tak banyak yang menjalankan pekerjaan yang biasanya tidak membutuhkan paras yang cantik.
Kita pernah dibuat heboh dengan kemunculan Sabina, atlet Voli yang punya wajah cantik imut dan sangat menggoda iman dan imron. Kenapa sosok Sabina bisa membuat heboh? Analisis goblok saya lagi-lagi mengatakan, ia bisa membuat heboh khalayak karena ia muncul dengan persona yang keluar pakem. Tak banyak atlet voli wanita yang punya perpaduan wajah cantik imut plus dengan tubuh yang proporsional menggoda. Maka ketika ia datang dengan membawa semua itu, kehebohan hanya tinggal menunggu waktu.
Sedikit mundur ke belakang. Kita juga pernah dibuat heboh dengan kemunculan seorang Briptu Eka. analisis saya masih sama, ia membuat khalayak heboh karena ia bisa muncul dengan persona yang keluar pakem. Tak banyak polisi wanita yang punya wajah cantik yang jika setiap pria memandangnya pasti berasa ingin menafkahi. Jujur, kebanyakan polisi wanita yang pernah saya lihat memang kebanyakan tak ada yang secantik Briptu Eka. Ada sih yang cantik, namun itu sedikit. Maka ketika Briptu Eka muncul, lagi-lagi kehebohan pun tak terhindarkan.
Hal yang sama pun berlaku untuk kemunculan Nurul Habibah si satpol PP cantik yang sempat meramaikan pemberitaan di berbagai media beberapa waktu yang lalu.
Masyarakat kita memang masyarakat yang masih gumunan, terutama oleh kecantikan. Dan itu tak bisa dihindari. Kecantikan (dan tentu juga ketampanan) memang hal yang menjual jaman sekarang utamanya di sosial media. Tak terhitung berapa banyak sosok yang minim karya atau talenta namun bisa populer dan punya banyak follower hanya karena ia punya paras yang cantik atau tampan.
Nah, faktor kecantikan (dan juga ketampanan) tersebut bisa menjadi sesuatu yang luar biasa jika dipadukan dengan kisah hidup (salah satunya unsur pekerjaan tadi) dan disempurnakan oleh pemberitaan media.
Jadi jelas, cantik dan anti mainstream pun belum cukup, masih perlu satu hal lagi yang bisa memunculkan popularitas: pemberitaan.
Maka, saran saya untuk para wanita cantik yang ingin terkenal dengan instan serta menjadi bahan pemberitaan banyak media, mulai sekarang, berhentilah mengikuti kontes-kontes kecantikan atau membuat skandal dengan aneka video dan foto panas hanya demi meraih popularitas. Karena ada satu cara yang lebih tokcer dan oke punya untuk mengdongkrak popularitas lewat kecantikan anda: Cobalah jualan arem-arem di terminal, lalu bayar wartawan media online abal-abal untuk membuat tulisan tentang anda. Suruh si wartawan untuk membuat judul yang fantastis.
“Penjual arem-arem cantik, isi hatinya susah ditebak, sesusah menebak isi arem-arem yang dijualnya!”