Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Obrolan Sederhana Tentang Jengkolan dan Sakit Mental

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
20 Mei 2019
A A
jengkolan
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Membicarakan makanan yang sangat kita suka dengan orang yang juga menggemari makanan tersebut tentu saja adalah hal yang menyenangkan. Ada banyak ilmu baru yang saya dapatkan.

Dan itu yang saya rasakan saat kemarin bertemu dan ngobrol banyak tentang dunia jengkol dengan Alfi Malimbak Sati, seorang perupa yang namanya begitu mintilihir di dalam jagad senirupa.

Kami berbincang di rumah Mas Alim, seorang dokter pilih tanding kebanggaan umat Muhammadiyah.

Mas Alfi yang asli Lintau itu ternyata adalah penggemar berat jengkol, sama seperti saya.

Sejak kecil, saya sudah menggemari sayur jengkol. Rasanya, baunya, kekentalan kuahnya, ah… rasanya tak ada sayur lain yang lebih indah daripada sayur beraroma naga ini.

Setiap musim jengkol tiba dan stoknya mudah didapatkan di pasar, saya hampir selalu meminta ibu saya untuk memasak sayur jengkol.

Nafsu saya pada jengkol senantiasa terjaga. Ia tak pernah tergeser dari daftar pemuncak klasemen sayur kesukaan saya, posisinya dibuntuti ketat oleh sayur kulit melinjo, dan sayu kangkung.

Namun, setelah beberapa waktu yang lalu saya mengalami jengkolan yang sakitnya minta ampun itu, saya terpaksa menggeser jengkol dari daftar klasemen.

“Salah satu sebab jengkolan itu karena kamu makan jengkol sambil diselingi minum air,” kata Mas Alfi yang memang sudah punya pengalaman panjang dalam dunia perjengkolan. “Jadi teknis makannya seharusnya dimakan dulu sampai habis, baru minum air putih.”

“Lho, itu ngaruh, tho, Mas?”

“Ngaruh sekali.”

“Nah, kalau mau makan jengkol itu, bisa juga diawali dengan minum teh dulu, itu bisa menetralisir asam jengkolit,” terangnya.

“Eh, itu kamu sudah sampai tingkat keluar tepungnya di ujung penis?” Tanya Mas Alfi.

“Sudah, Mas. Perih sekali kalau pas kencing. Tapi yang lebih menyiksa itu rasa sakit di perut. Rasanya menyiksa. Perut serasa digiling tanpa berhenti.”

Iklan

“Kalau sudah begitu, satu-satunya cara mengurangi sakitnya ya dengan banyak minum soda, bisa Sprite, bisa Fanta. Soda itu menetralisir asam.”

“Iya, Mas. Kemarin itu saya sembuhnya juga begitu. Diglonggong Fanta.”

Pengalaman kena jengkolan beberapa waktu yang lalu yang sampai membuat saya dibawa ke Sardjito memang membuat saya jadi trauma dengan jengkol. Maklum, sepanjang saya hidup, baru kali itu saya kena jengkolan. Selama ini saya mengira tubuh saya sudah punya semacam antibodi dengan jengkol, sehingga saya tak mungkin bisa kena jengkolan.

“Lha memangnya pas kamu kena jengkolan itu, kamu makan jengkolnya berapa, Gus?” tanya Dokter Alim penasaran.

“Satu kilo, Mas. Saya gado sendiri.”

“Woooo, lha edan itu namanya.”

“Saya itu niatnya bawa jengkol sekilo ke kantor, karena ada dua kawan saya yang juga doyan jengkol. Eh, tapi pas itu kok ndilalah dua kawan saya itu nggak masuk, jadinya ya daripada nggak kemakan, akhirnya saya gado sendiri,” terang saya.

“Kalau itu ya memang salahmu, Gus,” timpal Mas Alfi. “Sekuat-kuatnya orang dengan jengkol, tapi kalau makannya satu kilo, dan digado sendirian, yo bakal remuk.”

“Bener, jengkolanmu itu memang karena kamu sendiri yang kebangetan,” sahut Mas Alim.

“Ya gimana, sayang kalau dibuang, je, Mas.”

“Tapi sakit jengkolanmu itu sebenarnya hanya efek lanjutan, Gus” kata Mas Alim. “Ia diawali dulu dengan gejala sakit mental.”

“Maksudnya gimana, Mas Dok?”

“Iya, maksudnya, hanya orang yang sakit mental yang nggado jengkol satu kilo, sendirian!”

Terakhir diperbarui pada 20 Mei 2019 oleh

Tags: jengkoljengkolan
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

jengkolan
Pojokan

Bagaimana Saya Kena Jengkolan, Merasakan Betapa Sakitnya, dan Bagaimana Saya Sembuh

24 November 2018
jengkol
Tokcer

Mengganyang Bau Jengkol Agar Minggat dari Toilet

19 Agustus 2017
Presiden Republik Jengkol berpose di daerah kekuasaannya. Andrey Gromico/TIRTO
Liputan

Menjadi Jihadis Jengkol di Republik Jengkol

26 Mei 2017
Nabati

Jengkol dan Bau Biadabnya

20 Mei 2017
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Riset dan pengabdian masyarakat perguruan tinggi/universitas di Indonesia masih belum optimal MOJOK.CO

Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan

18 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO

Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

22 Desember 2025
UMP Jogja bikin miris, mending kerja di Jakarta. MOJOK.CO

Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal

17 Desember 2025
Menteri Kebudayaan Fadli Zon dan Wali Kota Agustina Wilujeng ajak anak muda mengenal sejarah Kota Semarang lewat kartu pos MOJOK.CO

Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang

20 Desember 2025
Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur Mojok.co

Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur

17 Desember 2025
Sarjana nganggur digosipin saudara. MOJOK.CO

Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis

22 Desember 2025

Video Terbaru

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.