Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Perempuan Memang Tak Pernah Bercanda dengan Tubuhnya

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
8 Maret 2019
A A
perempuan
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

“Mas, lihat deh, kebaya yang dipakai mbak’e ini cakep banget ya?” Kata pacar saya sembaru menunjukkan sebuah foto instagram milik salah satu akun gerai jualan kebaya.

“Kalau itu yang cakep bukan kebayanya, tapi memang mbaknya, hahaha” jawab saya.

Dia mrengut. “Aku serius, Mas.”

“Lha rumangsamu aku bercanda, apa?”

Dia kemudian Kembali sibuk nyekrol-nyekrol akun gerai kebaya itu. Berbagai komentar impulsif satu per satu mulai keluar. “Iiiiihhh, lucuk”, “Ya Tuhan, cantik banget!”, sampai “Ya ampun, kereeeeeen!”.

Pacar saya memang lumayan terobsesi dengan kebaya. Ia ingin sekali datang ke acara resepsian atau acara resmi pakai kebaya. Mangkanya, kalau ada akun-akun yang jual kebaya mampir di beranda temlen instagramnya, maka tak bisa tidak, ia pasti langsung menelusuri semua postingannya.

“Mas, aku sebenarnya pengin sekali beli kebaya yang ini,” katanya suatu saat sembari menunjukkan pada saya foto kebaya payet berwarna krem yang memang tampak begitu elegan saat dipakai oleh model yang ndilalah memang cantik.

“Ya beli aja kalau begitu,” jawab saya.

“Tapi…”

“Tapi apa?”

“Tapi lenganku kan besar, pasti nggak cocok kalau aku pakai kebaya yang ini.”

Saya tertawa terbahak. “Lha gene kamu sadar kalau lenganmu besar.”

Begitu saya bilang begitu, wajahnya langsung berubah. Wajahnya yang tadinya ceria beringsut kelabu. Agaknya ia tersinggung dengan kata-kata saya soal lengan. Wah, modiar.

Esok paginya, saat saya main ke kontrakan dia, saya melihat dia sedang duduk bersila sambil memutar-mutar lengannya dengan gerakan putar ke arah depan.

Iklan

“Lis, kamu ngapain, je?” tanya saya penasaran.

“Aku sedang senam lengan, biar lenganku kecil, biar kamu nggak ngungkit-ungkit masalah lenganku lagi,” katanya.

Nah tho. Padahal kemarin yang mengakui bahwa lengannya besar adalah dia sendiri. Saya sekadar mengaminkan apa yang ia katakan.

Hal tersebut tentu saja bukan pertama kalinya. Pacar saya berkali-kali sewot tiap kali saya tak sengaja membahas soal tubuhnya. Misal saat ia difoto dan ia meminta foto ulang karena di foto pertama, perutnya tampak sedikit progresif.

“Tuh kan, perutku kelihatan gedhe, coba fotoin sekali lagi.”

“Lha memang perutmu gedhe, mau diapain lagi?”

Kalau sudah begitu, ia akan langsung mrengut. Rasanya serba salah. Kalau saya bilang perutnya memag gedhe, ia akan menganggap saya sensitif dengan tubuhnya. Namun kalau saya bohon dengan bilang kalau perutnya kecil, ia akan mengira bahwa saya sedang bersandiwara untuk menghiburnya dengan tidak memberitahukan hal yang sebenarnya.

Pada titik tertentu, esok paginya, ia akan melakukan hal yang bagi saya susah dinalar. Dari mulai ndaftar jadi member gym seharga ratusan ribu, sampai berburu kolam renang. Tujuannya satu, untuk menunjukkan bahwa dirinya punya effort yang besar untuk mengecilkan perutnya.

Entah kenapa ia bisa sesentimental itu. Seimpulsif itu. Padahal dalam hati saya yang lumayan dalam, kejujuran saya dalam mengungkapkan kondisi tubuhnya semata karena saya ingin menunjukkan bahwa saya mencintainya apa adanya. Dengan segenap lengannya yang besar, dan perutnya yang mungkin agak barbar.

Toh, ia juga sudah mau mencintai saya dengan apa adanya juga, dengan tubuh saya yang kurus, dan tampang saya yang dekil di malam hari dan nglengo di siang hari.

Ah, mungkin memang begitulah wanita diciptakan. Ia diciptakan untuk tak pernah bercanda dengan tubuhnya.

Terakhir diperbarui pada 8 Maret 2019 oleh

Tags: perempuantubuh
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

pekerja hotel, surabaya, jogja.MOJOK.CO
Podium

Larangan Hijab dalam Industri Perhotelan: Antara Hijabophobia atau Upaya Mengatur Tubuh dan Penampilan?

14 Januari 2024
Pesan Anak Perempuan untuk Ayahnya: Perasaanku Hancur, tapi Aku Hebat Sejauh Ini  MOJOK.CO
Kilas

Pesan Anak Perempuan untuk Ayahnya: Perasaanku Hancur, tapi Aku Hebat Sejauh Ini 

31 Desember 2023
Uneg-uneg dari Perempuan Lajang Usia 28 Tahun yang Tinggal di Desa MOJOK.CO
Kilas

Uneg-uneg dari Perempuan Lajang Usia 28 Tahun yang Tinggal di Desa

13 Desember 2023
Hal Paling Menyebalkan Bagi Perempuan: Diragukan Bisa Merantau MOJOK.CO
Kilas

Hal Paling Menyebalkan Bagi Perempuan: Diragukan Bisa Merantau

1 Oktober 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Saat banyak teman langsungkan pernikahan, saya pilih tidak menikah demi fokus rawat orang tua MOJOK.CO

Pilih Tidak Menikah demi Fokus Bahagiakan Orang Tua, Justru Merasa Hidup Lebih Lega dan Tak Punya Beban

15 Desember 2025
Riset dan pengabdian masyarakat perguruan tinggi/universitas di Indonesia masih belum optimal MOJOK.CO

Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan

18 Desember 2025
UGM.MOJOK.CO

UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

18 Desember 2025
Sirilus Siko (24). Jadi kurir JNE di Surabaya, dapat beasiswa kuliah kampus swasta, dan mengejar mimpi menjadi pemain sepak bola amputasi MOJOK.CO

Hanya Punya 1 Kaki, Jadi Kurir JNE untuk Hidup Mandiri hingga Bisa Kuliah dan Jadi Atlet Berprestasi

16 Desember 2025
Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur Mojok.co

Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur

17 Desember 2025
Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.