MOJOK.CO – Hubungan kakak-adik memang akan selalu unik dan penuh warna.
Bagi banyak orang yang punya kakak atau adik, pastilah pernah merasakan hubungan aneh dan unik antara mereka dengan adik atau kakak mereka. Hubungan yang rumit, menjengkelkan, namun juga menyenangkan.
Tak bisa dimungkiri, hubungan yang terjalin antara kakak dan adik memang selalu menjadi hubungan yang kompleks. Ia sejenis hubungan di mana konflik dan rasa kasih sayang melebur menjadi satu.
Kompleksitas itulah yang membuat hubungan kakak-adik selalu penuh warna karena bukan hanya ada kompetisi, namun juga ada perasaan untuk saling mendukung dan saling menguatkan.
Selalu ada perasaan ingin menang, namun kadang juga ada kerelaan dan kebahagiaan tatkala harus kalah.
Hubungan yang rumit kakak-adik ini pasti kerap kita temukan dalam lingkaran pertemanan kita, atau malah kita sendiri yang mengalaminya.
Kalau Anda pernah menonton film The Raid, Anda pasti merasakan betul nuansa hubungan rumit itu dalam diri Rama (Iko Uwais) dan Jaka (Donny Alamsyah).
Kakak-beradik ini menempuh jalan yang berbeda dan saling berlawanan. Rama menjadi seorang polisi yang bertugas untuk menumpas sindikat narkoba, sedangkan Jaka justru menjadi tangan kanan dan otak bisnis salah satu gembong narkoba paling kejam di sebuah distrik.
Keduanya bersaing untuk menempuh keberhasilan melalui jalan masing-masing. Namun dalam perjalanannya, mereka toh saling membantu.
Dalam cerita The Raid itu, Jaka pada akhirnya mengkhianati kelompok jaringan gembong narkobanya itu demi bisa membantu Rama agar ia bisa keluar hidup-hidup dari apartemen maut yang menjadi markas gembong narkoba milik Tama yang punya banyak anak buah preman pembunuh.
Kelak, saat keduanya akhirnya bisa selamat, Rama mengajak Jaka untuk pulang, namun Jaka menolak. Ia mengatakan bahwa dirinya akan tetap menempuh jalan yang berbeda dari adiknya itu.
Kisah perseteruan kakak-adik yang penuh dengan persaingan namun juga kompromi untuk saling mengasihi juga bisa ditemukan pada film ‘F9: The Fast Saga’.
Dalam film tersebut, Dominic Toretto (Vin Diesel) harus berhadapan dengan adiknya, Jakob Toretto (John Cena) dalam misi menyelamatkan sebuah alat yang mampu mengontrol sistem satelit dunia.
Dalam film tersebut, diceritakan betapa Jacob amat merasa frustrasi karena hidupnya hampir selalu berada dalam bayang-bayang kakaknya yang selalu bisa lebih unggul dalam banyak hal, utamanya balap mobil. Kelak, ia pun akhirnya memilih untuk berkonfrontasi dengan kakaknya itu.
Pada akhirnya, melalui sebuah intrik dan pengkhianatan, keduanya pun kemudian saling membantu untuk menyelamatkan alat tersebut agar tidak jatuh ke tangan yang salah.
Nah, kalau mau melihat kisah yang lebih tragis, tentu saja bisa kita temukan dalam kisah serial Tutur Tinular melalui perseteruan antara Arya Kamandanu dan Arya Dwipangga.
Arya Kamandanu marah pada kakaknya, Arya Dwipangga, karena telah merebut kekasihnya, Nariratih. Kemarahan itu semakin memuncak saat kelak Arya Dwipangga ternyata menodai Mei Shin, kekasih Arya Kamandani setelah merelakan Nariratih untuk Arya dipersunting Arya Dwipangga.
Arya Kamandanu pun muntab, hingga dalam satu pertarungan, Arya Kamandanu menghajar Arya Dwipangga sampai ia terjatuh ke jurang.
Setelah jatuh ke jurang, Arya Dwipangga kemudian tumbuh menjadi pendekar yang sakti mandraguna dan dikenal dengan julukan pendekar syair berdarah. Ia amat dendam dengan adiknya yang telah menghajarnya dan membuatnya terjatuh ke jurang itu.
Namun, perjalanan justru membawanya untuk melahirkan naluri kekakakannya. Tak bisa tidak, ia dan Kamandanu adalah kakak-adik. Sedendam apa pun ia kepada Kamandanu, toh, ia juga yang akhirnya justru menyelamatkan Arya Kamandanu dari maut ketika hampir ditebas oleh Mpu Tong Bajil dengan pedang naga puspa.
Kelak, Arya Dwipangga pun menjadi tokoh yang paling tulus menebus dosanya kepada Mei Shin. Ia bahkan rela menjadi budak seumur hidup asal Mei Shin sudi memaafkannya.
Dalam dunia nyata, sejarah pun sudah membuktikan bahwa banyak perseteruan antara kakak-beradik yang kemudian ikut berpengaruh pada kepentingan banyak orang.
Perseteruan antara Vincent Rompies dan Cliff Rompies, misalnya, sempat membuat Clubeighties sangat susah untuk reunian. Belakangan, reuni Clubeighties akhirnya tercapai setelah keduanya didamaikan salah satunya oleh Oom Leo.
Dalam salah satu wawancara, Vincent mengatakan bahwa dirinya sebenarnya amat sayang dengan kakaknya, namun karena satu dan lain hal, ia mengaku bahwa dirinya harus berseteru dengan kakaknya itu.
Pada level yang lebih tinggi, kita bisa melihat persaingan antara Megawati Soekarnoputri dan adiknya, (almarhum) Rachmawati Soekarnoputri dalam konstelasi politik pemilihan presiden.
Di Pilpres 2019, Megawati sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan tentu saja mendukung Jokowi-Ma’ruf Amin. Sedangkan adiknya, Rachmawati Soekarnoputri yang menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra pastilah mendukung padangan Prabowo-Sandiaga Uno.
Tentu saja itu jenis persaingan yang unik. Dalam politik, keduanya bersaing melalui jalur politiknya masing-masing. Namun sebagai keluarga, keduanya “harus” bisa menghilangkan persaingan antara keduanya, sebab jika tidak, akan sangat aneh rasanya.
Bayangkan, sesaat sebelum pemilu, Rachmawati mampir ke rumah Megawati dan makan bersama. Kemudian di meja makan itu, Rachmawati nyeletuk kepada Puan, anak Megawati sekaligus keponakannya itu.
“Nduk, besok Pilpres nggak usah nyoblos Jokowi, udah, ikut budhe saja, coblos Prabowo.”
Saya sendiri pernah merasakan hubungan kompleks per-kakak-adik-an ini. Saya selalu merasa terganggu tiap kali adik saya berhasil menjadi peringkat pertama di kelasnya, sebab tiap kali itu terjadi, bapak dan ibu saya akan lebih memperhatikan adik saya dan lebih banyak menuruti apa yang ia minta. Namun, pada satu sisi yang lain, dalam hati, saya merasa bangga juga adik saya bisa menjadi peringkat pertama, bahkan saat lulus SMK, dia menjadi lulusan terbaik di angkatannya.
Ketergangguan saya sedikit banyak terhantam oleh rasa bangga yang hadir. Kepada kawan-kawan saya, saya kerap menceritakan tentang adik saya yang menjadi lulusan terbaik itu.
Adik saya pun mungkin merasa agak tidak nyaman ketika kelak, saya ternyata mendapatkan pekerjaan yang lebih mapan dan memungkinkan saya untuk memberikan “uang jajan” yang lebih besar untuk emak kami. Hal itu bisa saya tangkap ketika ia sering mengatakan “Kalau Kakak sih enak…”, namun di sisi yang lain, ia selalu memberikan saya ucapan selamat tiap kali saya mendapatkan proyek pekerjaan dengan nilai yang lumayan.
Saya pikir, hubungan yang kompleks inilah yang kelak justru menjadi penguat antara seorang kakak dan adik. Konflik, perselisihan, perseteruan, serta persaingan itulah yang kelak justru bisa menjadi amunisi kangen ketika seorang kakak dan adik saling berjauhan.
BACA JUGA Contoh Kediktatoran yang Sering Dilakukan Kakak kepada Adik dan tulisan AGUS MULYADI lainnya.