MOJOK.CO – Ada banyak nasihat kehidupan, beberapa merupakan nasihat yang bermakna, sebagian lagi merupakan nasihat omong kosong belaka.
Dunia tidak akan pernah ideal. Kebaikan-kebaikan akan selalu hidup berdampingan dengan keburukan-keburukan. Dalam iklim yang seperti itulah sesuatu bernama “nasihat” eksis.
Semua orang tentu selalu membutuhkan nasihat, setidaknya hal itulah yang membuat seseorang bisa bertumbuh menjadi lebih baik dan berintrospeksi atas sikap atau apa saja yang sudah ia lakukan.
Banyak nasihat yang kemudian membuat seseorang yang dinasihati tergerak dan terpengaruh, dan bertumbuh, pun tak sedikit nasihat yang membuat seseorang tidak terdampak apa-apa, sebab nasihat yang ia dapatkan ia anggap sebagai omong-kosong belaka. Utamanya nasihat yang tidak praktikal dan abstrak.
Tentu saja nasihat yang berhasil membuat seseorang berubah tidak akan saya bahas, sebab ini Mojok.co, bukan akun @Kata2Bijak. Saya tertarik membahas poin kedua, tentang deretan nasihat-nasihat kehidupan yang tidak banyak memberikan pengaruh sebab ia kerap dianggap sebagai omong kosong belaka.
Uang bukanlah segalanya
Nasihat ini sebenarnya adalah nasihat yang amat sangat bagus. Namun seiring dengan kehidupan yang makin lama makin keras dan brutal, di mana semuanya semakin diukur dengan uang, maka uang kini mau tak mau memang semakin relevan untuk menjadi “segalanya”.
Uang itu penting, dan akan terus penting, dan akan semakin penting. Benar bahwa uang tak akan bisa membeli kebahagiaan, namun banyak hal yang membahagiakan yang bisa didapatkan dengan uang.
Keluarga yang damai itu penting, namun ingat, kedamaian keluarga itu bisa lebih terjaga dengan baik jika rumah tempat berteduhnya nyaman, makanannya enak, uang sekolah terjamin, tidak terlilit utang, dan hal-hal yang berkaitan dengan uang lainnya.
Maka, nasihat “Uang bukanlah segalanya” ini tampaknya memang tepat jika hanya diberikan kepada orang yang benar-benar sedang tidak punya uang. Selebihnya ya, omong kosong saja.
Tetap semangat, jangan menyerah
Nasihat kehidupan yang sederhana, sepele, dan sangat simpel. Namun justru karena itulah nasihat ini sering dianggap sebagai omong kosong belaka, sebab ia tak menawarkan sesuatu atau solusi apa pun.
Nasihat macam itu makin lama justru menjadi ajang formalitas saja. Ia tak ubahnya seperti pertanyaan “Lha tadi hilangnya di mana?” kepada orang yang baru saja kehilangan kunci mobil.
Keluarlah dari zona nyaman
Ini jenis nasihat yang banyak diberikan oleh motivator-motivator bisnis, kerap dipakai untuk mendorong orang-orang untuk keluar dari tempat kerjanya dan mencoba untuk membangun bisnis yang baru.
Pada titik tertentu, ini nasihat yang bagus, namun pada titik yang lain, ini adalah nasihat omong kosong.
Lha gimana, hidup itu sejatinya kan ya mencari kenyamanan. Kalau sudah dapat yang nyaman, kenapa justru harus keluar? Hidup kok sukanya dibikin susah.
Kalau keluar dari zona nyaman dianggap sebagai proses untuk bertumbuh pada hal yang lebih baik di mana untuk mencapainya kita butuh usaha yang lebih keras, maka itu bakal menjadi lucu, sebab pada akhirnya, kita akan mencoba meraih kenyamanan yang baru.
Mungkin nasihat ini akan lebih tidak omong kosong jika diganti menjadi “Carilah kenyamanan yang baru.”
Cintai kekasihmu apa adanya
Bullshit. Mencintai kok apa adanya. Mencintai itu ya karena ada apanya. Ada sesuatu yang membuatmu mencintai seseorang. Bisa kebaikannya, bisa parasnya, bisa humornya, bisa sikapnya, bisa kekayaannya, dan bisa-bisa yang lainnya.
Jangan naif. Ingat apa kata Mas Tulus: “Jangan cintai aku apa adanya jangan, tuntutlah sesuatu biar kita jalan ke depan.”
Maka, nasihat kehidupan “Cintai kekasihmu apa adanya” ini pada akhirnya memang hanya indah saat diteorikan, namun susah dilakukan pada praktiknya.
Semua jenis nasihat yang tidak selaras dengan si pemberi nasihat
Semua nasihat akan menjadi omong kosong kalau si pemberi nasihat tidak selaras dengan nasihat yang ia berikan. Mario Teguh itu, yang sudah serupa gudangnya nasihat-nasihat bijak, sempat menjadi olok-olokan omong kosong belaka ketika ia memberikan nasihat tentang keluarga saat ia terjerat kasus perselisihan keluarga di mana ia tidak mengakui anak kandungnya.
Saya jadi ingat dengan kisah Kyai Lutfi di film Ketika Cinta Bertasbih. Ia menolak saat ditunjuk menjadi pemberi wejangan pernikahan (ular-ular temanten) di pernikahannya Azzam. Ia merasa tak pantas karena anaknya bercerai.
“Bagaimana mungkin saya memberi wejangan pernikahan padahal saya sendiri gagal mempertahankan pernikahan anak saya,” begitu kata Kyai Lutfi.
Ya, nasihat, wejangan, petuah, atau apapun itu, akan selalu nampak bagai sampah bila tak didukung dengan latar belakang dan kondisi keteladanan yang sesuai.
Kalau kata orang bijak dari seberang, “Selama kau belum atau sedang tidak menjadi orang yang sukses, jangan pernah berfikir menjadi motivator atau penasihat, karena orang-orang akan menganggap apapun yang kau katakan tentang kesuksesan tak lebih dari sebuah kentut. Tapi jika kau sudah sukses, jadilah motivator dan tukang ngasih nasihat, sebab saat kau sukses, bunyi kentutmu pun bisa terdengar seperti sebuah motivasi.”
BACA JUGA Berbahagia Menyambut Hadirnya Kembali Tazos Pokemon dalam Kemasan Chiki Balls dan artikel AGUS MULYADI lainnya.