Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Kolom

Melarang Mudik dan Membolehkan Wisata Adalah Bentuk Kepedulian Pemerintah Terhadap Science

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
19 Mei 2021
A A
mudik
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Libur lebaran memang sudah usai, namun permasalahan yang menyertainya masih terus dibicarakan oleh orang-orang. Salah satu yang paling kerap dibicarakan, utamanya dengan nada olok-olok, adalah kebijakan pemerintah yang melarang masyarakat untuk mudik, namun tidak melarang masyarakat untuk piknik.

Isu tersebut menjadi amat meriah tatkala foto keramaian di berbagai tempat wisata banyak tersebar di media sosial. Obyek wisata Taman Impian Jaya Ancol, misalnya, menurut pihak pengelola, sempat dikunjungi oleh 39 ribu orang pada hari kedua libur lebaran. Foto keramaian di pantai Ancol bahkan kerap disandingkan dengan foto aktivitas mandi massal di sungai Gangga, India, yang disebut sebagai salah satu sebab meledaknya angka kasus Covid-19 di India.

Itu belum termasuk kerumunan di banyak tempat wisata lain yang, kalau mau hitung-hitungan jumlah pengunjung, jumlahnya nggak kalah dengan pengunjung Ancol.

“Mudik dilarang, tapi piknik boleh. Mengunjungi orang tua dan kakek-nenek di kampung dilarang, tapi lihat monyet rame-rame di kebun binatang boleh.”

Begitu guyonan yang kerap ditulis.

Kalau dilihat sepintas, hal tersebut tampak seperti sebuah kebodohan kultural yang dilakukan oleh pemerintah melalui kebijakan yang dibuat, padahal kalau mau melihat dari kacamata yang lebih dalam, ada pesan penting yang ingin disampaikan pemerintah kepada masyarakat.

Mudik mengunjungi orang tua dan kakek-nenek di kampung dilarang, tapi lihat monyet rame-rame di kebun binatang boleh. Orangtua, monyet, kakek-nenek, monyet. Lihat, ada pesan tersembunyi.

Ini sejatinya adalah sinyal penting, bahwasanya pemerintah sebenarnya punya agenda ingin mengenalkan masyarakat kepada pendalaman keilmuan biologi, utamanya diawali dengan teori evolusi Darwin. Pemerintah sadar betul bahwa keilmuan yang berkaitan dengan biologi semakin lama semakin berperan penting dalam peradaban.

Pemerintah tampaknya mulai mengetahui fakta, bahwa kini, science and nature mulai menjadi isu yang menarik. Buku populer yang membahas peradaban manusia utamanya melalui sudut pandang science seperti seperti Sapiens, Gen, Kosmos, Kanker, sampai Kepunahan Keenam kini mulai menemukan masa puncak popularitasnya.

Pemerintah pun bertindak cepat sebab mereka mencium potensi yang layak untuk dikembangkan. Itulah kenapa pemerintah melarang masyarakat mudik menemui bapak, ibu, kakek, dan nenek, namun justru mengizinkan masyarakat untuk bertemu dengan monyet di kebun binatang.

Ini langkah yang layak diapresiasi. Jika sampai agenda ini berhasil, maka bukan mustahil masyarakat kita akan menjadi masyarakat yang sangat science dan sangat biologi. RPAL akan setara dengan GBHN. Kalau perlu, tes wawasan kebangsaan diganti dengan tes wawasan kealaman.

Seluruh stasiun televisi hanya boleh tayang asalkan di jam-jam tertentu me-relay siaran National Geographic.

Pendidikan keagamaan akan difokuskan kepada apa saja yang berbau tadabbur alam. Pokoknya semuanya alam, alam, dan alam.

Ini adalah revolusi besar. Setelah Poros Jakarta-Peking, Poros Jakarta-Pyongyang, dan Poros Jakarta-Moskow, tampaknya negeri kita ini sedang menuju poros yang lebih baru: Poros Jakarta-Galapagos.

Iklan

Dan itu semua dimulai dengan melarang masyarakat mudik namun tidak melarang berwisata.

BACA JUGA Lebaran yang Sendu bagi Para Kakek dan Nenek yang Tahun Ini Tak Bisa Melihat Wajah Anak-Cucunya dan artikel AGUS MULYADI lainnya

Terakhir diperbarui pada 19 Mei 2021 oleh

Tags: MudikSotar Satir
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

pulang ke rumah, merantau.MOJOK.CO
Catatan

Duka Setelah Merantau: Ketika Rumah Menjadi Tempat yang Asing untuk Pulang

16 September 2025
Berkendara motor malam hari di jalan pantura Surabaya-Semarang taruhannya nyawa MOJOK.CO
Ragam

Kengerian Motoran saat Malam di Jalan Pantura, Hati-hati Saja Tak Cukup kalau Tak Mau Celaka

26 Maret 2025
Sialnya Mudik dari Jogja ke Sumatra karena Percaya Pelni-ASDP MOJOK.CO
Esai

Nasib Sial Mudik dari Jogja ke Sumatra via Merak-Bakauheni Akibat Terlalu Berharap ke ASDP dan Pelni

26 Maret 2025
PT Pertamina Patra Niaga Jawa Bagian Tengah menjamin kualitas BBM dan layanan SPBU di Jogja selama musim mudik lebaran 2025 MOJOK.CO
Kilas

SPBU Jogja Selama Musim Mudik 2025: Stok dan Kualitas Dijamin Aman, 18 Titik Buka 24 Jam

25 Maret 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.