Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Benarkah Langkah Norman Kamaru Akan Segera Diikuti Briptu Eka Frestya?

Iqbal Aji Daryono oleh Iqbal Aji Daryono
12 September 2014
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Media memang ngehek. Saya nggak tau ini problemnya ada di kebijakan framing pemberitaan oleh dewan redaktur, atau di tingkat intelegensi wartawan dan editornya.

Ini mengenai anggota Brimob Gorontalo yang dulu kala mendadak nyeleb. Waktu itu, semua orang tua-muda tau siapa Briptu Norman Kamaru. Di saat yang sama, ribuan anak sekolah lupa bahwa di atas sana ada seorang lelaki bernama Profesor Boediono. Bayangkan, bahkan si Brimob itu mengalahkan popularitas seorang wakil presiden sebuah negara sebesar Indonesia!

(Syukurlah balada chaiya-chaiya itu tidak terjadi menjelang musim pemilu. Jika Norman jaya satu-dua bulan sebelum jadwal pendaftaran caleg untuk pemilu 2014, misalnya, saya yakin Oktober nanti dia sudah nangkring di Senayan).

Menyambut fakta indah bahwa dirinya ngetop total, Norman memilih keluar dari dinas kepolisian. Banting setir jadi artis, meski disambut cercaan kiri-kanan yang mencemaskan masa depannya. Ia pun tampil di sana sini. Sekejap saja. Dunia hiburan mengulumnya sesaat, lalu melepehkannya.

Hari ini, media dapat santapan lagi. Norman jualan bubur. Dulu Brimob kondang, sekarang cuma tukang bubur!

Segala jenis media pun mengangkat berita itu. Karakter isi beritanya hampir semuanya seragam. “Norman sekarang jatuh dan harus merangkak lagi dari bawah”, “Warungnya Norman sangat sederhana”, “Badannya tampak kurus”, “Norman tampaknya harus mengakui keputusannya dulu salah”, dan setumpuk nada-nada iba lainnya.

Tak satu pun media yang memajang judul besar-besar “Mantap! Tersingkir dari Panggung Hiburan, Norman Kamaru Bangkit Jadi Pengusaha!”, atau “Norman Kamaru, Dari Polisi Menjadi Entrepreneur”.

Memang akan terdengar lebih mirip suara motivator bisnis. Tapi saya setuju dengan teori bahwa sebuah negara akan maju dan kaya jika 20 persen penduduknya menjadi wirausahawan. Merekalah yang aktif memutar roda ekonomi yang sesungguhnya. Nah, alih-alih terus menjadi benalu APBN dengan makan gaji Brimob, Norman sekarang ambil bagian dalam barisan para pemutar roda itu.

“Iya memang dia pengusaha sih, tapi kan kasihan, mulainya dari bawah banget gitu..” Mungkin itu yang mau kalian katakan.

Jangan salah. Sepuluh tahun silam, beberapa saat menjelang wisuda sarjana, saya dan seorang teman melakukan survei ke warung-warung burjo dan kantin-kantin kecil. Dari situ kami tahu bahwa laba bersih tiap warung saja per bulan bisa mendekati 2 juta. Ingat, itu angka Yogya di tahun 2004. Di saat UMR di kota tersebut hanya sekitar 700 ribu.

Baiknya kita simpan rasa kasihan untuk Norman Kamaru. Emang kalian tahu berapa gaji bulanan seorang Brimob dengan pangkat Briptu? Apa kalian kira dengan jualan bubur, di kota seriuh Jakarta, artinya Norman lebih miskin? Hohohooo!! Ditambah lagi dengan karakter Norman yang pede, kreatif, juga supel dan lucu, kalau dia bisa meramu semua itu dengan jalan bisnisnya, tiga-empat tahun ke depan ketebalan dompetnya cuma bisa disaingi sama Kasatlantas Polresta setempat.

Sekali lagi, media memang ngehek. Mungkin mereka sejatinya tahu bahwa tukang bubur lebih kaya daripada Brimob. Tapi berita full nada iba itu memang disengaja. Tau apa sebabnya? Ya, sebab berita mengenaskan tentang seorang figur publik memang akan selalu laku. Kenapa laku? Ya karena kita suka itu. Kenapa kita suka? Karena kita bisa menontonnya sambil membatin, “Ah kalo gitu hidupku lebih mendingan ketimbang dia ya.. Hehehe.”

Jadi bukan cuma media yang ngehek. Kita juga ngehek. Kamu, terutama. Iya, kamu.

Hari ini saya kasih jempol buat Norman yang jadi tukang bubur. Sembari nunggu kabar dia naik haji, saya juga berdoa Briptu Eka Frestya akan menyusul langkahnya. Ehm, kalau yang satu itu, saya.. mau kok jadi kolega bisnisnya.

Terakhir diperbarui pada 29 Mei 2017 oleh

Tags: eka frestyanormantukang bubur
Iqbal Aji Daryono

Iqbal Aji Daryono

Penulis dari Bantul. Lulusan Sastra Jepang, UGM.

Artikel Terkait

No Content Available
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Gagal dan tertipu kerja di Jakarta Barat, malah hidup bahagia saat pulang ke desa meski ijazah S1 tak laku dan uang tak seberapa MOJOK.CO

Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia

19 Desember 2025
Gedung Sarekat Islam, saksi sejarah dan merwah Semarang sebagai Kota Pergerakan MOJOK.CO

Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik

20 Desember 2025
UAD: Kampus Terbaik untuk “Mahasiswa Buangan” Seperti Saya MOJOK.CO

UNY Mengajarkan Kebebasan yang Gagal Saya Terjemahkan, sementara UAD Menyeret Saya Kembali ke Akal Sehat Menuju Kelulusan

16 Desember 2025
Peringatan Hari Monyet Ekor Panjang Sedunia di Jogja. MOJOK.CO

Pilu di Balik Atraksi Topeng Monyet Ekor Panjang, Hari-hari Diburu, Disiksa, hingga Terancam Punah

15 Desember 2025
ugm.mojok.co

UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar

20 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.