MOJOK.CO – Pidato Prabowo dianggap miskin gagasan, normatif, dan menjiplak kerja Jokowi saja. Dasar Cebong, kebiasaan “mana ngerti” yang beginian.
Selama 1,5 jam, Prabowo Subianto berpidato di JCC Plenary Hall, Jakarta. Dibuka dengan sambutan Sandiaga Uno, wakilnya di Pilpres 2019, Prabowo memaparkan visi, misi, dan lima fokus program kerja apabila terpilih sebagai presiden nanti.
Namanya lagi bertarung di panggung pemilu, apa saja yang dikatakan pasti dicela oleh kubu lawan. Ya tidak terkecuali pidato Prabowo tadi malam yang dibilang miskin gagasan. Tidak hanya soal terbatasnya paparan gagasan baru, pidato calon 02 juga disebut hanya menjiplak pemikiran dan kerja Jokowi. Apalagi, Jokowi diklaim sudah melakukan semua yang dijanjikan oleh Ketum Partai Gerindra itu.
Prabowo sendiri memberi nama visi dan misinya dengan tajuk “Indonesia Menang”. Nah, untuk mewujudkan visi dan misi “Indonesia Menang”, paslon 02 menggunakan strategi khusus yang diberi nama “Strategi Dorongan Besar”. Ada empat strategi yang termuat, yaitu swasembada pangan, swasembada energi, swasembada air bersih, dan lembaga pemerintahan yang kuat.
Sementara itu, lima fokus kerja Prabowo antara lain, mewujudkan ekonomi yang mengutamakan rakyat, meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan sosial, memastikan keadilan hukum dan menjalankan demokrasi yang berkualitas, menjadikan Indonesia rumah aman, dan penguatan karakter dan kepribadian bangsa.
Setelah mendengar pidato Prabowo, kritikan langsung deras meluncur. Johnny G Plate, Wakil Ketua TKN Jokowi menyebut gaya Prabowo itu gaya retorika. “Apalagi dibaca melalui teleprompter. Rakyat jangan kecele seolah-olah orator tanpa teks, kan nggak itu hanya dibaca melalui teleprompter.”
Wah, mas Johnny belum pernah menonton video Barack Obama. Ahli orator, mantan Presiden Amerika Serikat itu juga menggunakan teleprompter ketika berpidato. Memang ada yang salah? Mungkin mas Johnny mainnya kurang jauh, pulangnya kurang malam. Maaf, sekadar mengingatkan.
Kritik pedas juga dilontarkan Ace Hasan Syadzily, Jubir TKN Jokowi-Ma’ruf. Ace menyebut bahwa, “Tidak ada yang baru dari pidato visi-misi Prabowo mala mini. Dua jam membaca teleprompter, hanya dipenuhi retorika tapi tetap klise, miskin gagasan segar.”
“Prabowo baru berjanji, Jokowi sudah memberikan bukti. Lima fokus dan agenda aksinya banyak menjiplak program Jokowi. Semua sudah dikerjakan oleh Pak Jokowi. Jadi tidak ada yang baru,” lanjut Ace.
Pak Ace ini bagaimana. Yang namanya visi, misi, dan fokus kerja kan memang garis besar saja. Namanya juga kampanye. Kalau detail nanti malah disebut seminar. Serba salah memang.
Inti dari program kerja yang akan dilakukan Prabowo ketika terpilih nanti. Kalau gagasan kudu dipaparkan secara detail, apa betah orang-orang mendengarkan pidato beliau? Ini saja sudah 1,5 jam. Nanti kalau ada yang tertidur, kena masalah lagi.
Lebih baik detail gagasan disampaikan ketika debat capres Kamis (17/1) nanti. Kalau ketika pidato Prabowo menyampaikan gagasan andalannya secara lebih detail, nanti dicontek kubu Jokowi. Eh tapi, Pak Prabs punya gagasan yang lebih detail dan baru, kan? Ada kan, Pak? Pak? Pak?…
Ya jelas ada lah. Cebong mana ngerti yang beginian. Kalau pingin tahu gagasan yang detail dan baru, kalau berani, coba Cebong kasih kesempatan Pak Prabs jadi presiden. Kasih lah, sekali aja. Udah nyoba tiga kali ini ikut kampanye. Apa nggak kasihan? Dasar nggak pengertian. Nggak sensitif.
Lagipula, apa salahnya kalau visi dan misi paslon 02 sama seperti paslon 01. Itu namanya peka dengan masalah bangsa. Soal gimana di lapangan ya pikir belakangan. Kan jadi presiden saja belum. Bener-bener, deh, nggak mau lihat Pak Prabs bahagia. Pas visi dan misi bagus dibilang menjiplak, nanti kalau pidato marah-marah dibilang galak, kalau orasi Indonesia bubar dibilang hoaks.
Seperti kata Fahri Hamzah, bahwa pidato Prabowo ini sudah gagal. Maksudnya, gagal menunjukkan kepada publik bahwa Prabowo itu berbahaya dan menakutkan, seperti keinginan kubu lawan. Tidak ada bagian pidato Prabowo yang berbahaya atau menyiratkan dirinya nasionalis radikal atau Islam radikal.
Lagian, kalau pidatonya normatif, susah kan mau mengkritiknya. Jatuhnya cuma sebatas serangan-serangan yang juga normatif. Gitu aja ndak paham. Dasar IQ sekolam.