Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Alasan Saya Membenci Pramuka

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
14 Agustus 2019
A A
pramuka MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO –  Selamat Hari Pramuka buat Pembina, kakak-kakak berusia 60 tahun. Semoga sehat selalu, bahagia, ceria, dan masih hapal Dasa Dharma Pramuka.

Tapi maaf, nih, meskipun masih akan dipanggil kakak meski sudah berusia 60 tahun nanti, saya tetap sulit jatuh cinta kepada pramuka. Dari dulu, sejak saya SD, SMP, untungnya SMA nggak ada pramuka, hingga sekarang, mengikuti “pelajaran tambahan” ini begitu menyebalkan. Kenapa bisa begitu, berikut alasannya.

Bagi saya, pramuka adalah “pelajaran tambahan”

Bagi anak SD dan SMP, pulang sekolah adalah waktu yang dinanti. Saya nggak mau percaya sama anak yang sedih ketika jam pelajaran selesai. Meskipun jam pelajaran hati itu menyenangkan semua, diasuh oleh guru favorit, waktu pulang tetap yang dinanti. Dan keasyikan itu terusik di hari Jumat, jadwal pramuka.

Pramuka mengajarkan banyak hal. Beberapa di antaranya adalah mengajari kedisiplinan, setia kawan, dan tali-temali. Yang diajarkan sama sulitnya seperti Matematika atau Fisika. Sandi rumput, sandi morse, semaphore, dan lain sebagainya. Itu sulit banget dikuasi buat siswa yang pada dasarnya sudah malas tetap ada di sekolah setelah jam pelajaran selesai.

Atribut yang bikin repot

Tiap Jumat, saya harus pakai seragam yang berbeda, bawa tongkat dari bambu, bawa topi yang bikin gatal jidat, bawa tali yang bikin tas sekolah makin berat, dan kaos ganti kalau keringatan. Ini super repot.

Bayangin, kamu berangkat sekolah naik sepeda. Tangan kiri yang sudah sibut mengatur keseimbangan stang, masih harus disibukkan dengan memegang tongkat. Sering terjadi, tongkat pramuka diapit di antara ibu jari dan ujung stang. Gimana kalau tiba-tiba harus mengerem? Jari-jari harus berakrobat dan biasanya berakhir kegencet.

Lalu topi pramuka. Ini super merepotkan. Kamu tahu, topi ala tentara itu pakai bahan plastik di dalamnya. Kalau terlalu lama dipakai, ditambah keringat, maka gatal yang terasa di jidat.

Pernah suatu kali saya tak tahan dengan gatal di jidat. Topi saya buka dan jari tangan kiri menggaruk dengan brutal. Enak betul rasanya. Tapi, tiba-tiba, kakak pembina seusia bapak saya datang dan menegur. Saya dibilang nggak bisa disiplin dan dimarahi. Ha gatal mentok, je, Pak. Mbok dibantu garukin kan malah sama-sama enak.

Buku saku penuh dosa

Buku saku pramuka itu berwarna cokelat. Isinya adalah tugas dan keterampilan yang harus dikuasai. Misalnya bisa mengerjakan sandi rumput, sandi morse, semaphore, bikin simpul, dan hapal dasa dharma pramuka. Kalau bisa mengerjakan, kakak pembina berusia 60 tahun akan membubuhkan tanda tangan.

Pada akhir semester, kalau kolom tugas belum berisisi tanda tangan, kamu harus mengulang. Pokoknya sampai bisa. Oleh sebab itu, malas menunggu antrian maju mengerjakan tugas dan sudah merasa malas, saya palsukan tanda tangan kakak pembina. Saya sisakan beberapa tugas yang sudah saya kuasai. Hasilnya, saya bisa lulus dengan cepat.

Ini jangan ditiru, ya. Dosa. Ya tapi itulah, buku saku malah bikin saya berdosa. Yang bikin jengkel lagi, kakak pembina pramuka nggak curiga tanda tangannya sudah saya palsukan. Tapi jujur, saya pernah agak menyesal nggak serius menguasai teknik simpul. Saya jadi nggak bisa bantuin ibu memasang tali jemuran.

Persami

Sebagai anak yang menggilai sepak bola, Sabtu dan Minggu adalah waktu yang ditunggu-tunggu. Di akhir minggu, saya bisa menonton sepak bola dan begadang tanpa ada yang menggerutu.

Namun, pramuka dan persami atau perkemahan sabtu-minggu merusak kesenangan kecil itu. Ya memang nggak setiap minggu ada kemah, memangnya anak pecinta alam. Namun, ketinggalan satu pertandingan itu bikin sedih betul. Zaman dulu belum ada situsweb buat streaming full match atau Youtube buat nonton highlight kayak sekarang.

Persami khas pramuka juga membuat saya harus berada dalam satu kelompok bersama manusia yang lebih suka melanggar peraturan ketimbang susah-susah mematuhinya.

Iklan

Misalnya begini saya tergabung di sebuah kelompok bernama Regu Kelelawar. Hari Minggu, kami ikut dalam tugas susur jejak. Sederhana banget sebetulnya. Kami tinggi mengikuti peta yang sudah dibuat kakak pembina. Di sepanjang jalan, ada pita-pita yang menjadi petunjuk. Kalau tertib mengikuti peta dan petunjuk, susur jejak itu cepat selesai. Apa yang terjadi?

Kawan-kawan saya memutuskan untuk mencari jalan baru! Kalau pita petunjuk ada di kanan, mereka memutuskan belok kiri. Maunya apa coba! Kamu tahu, ketika garis finish tinggal sepelemparan batu, mereka memutuskan memutari pematang sawah sambil berbaris ala tentara. Sambil mulut mereka berteriak-teriak: “Tuk, wak, tuk, wak, satu duwak”. Dasar anak-anak setan! Kok ya saya mau saja mengikuti tingkah goblog itu.

Kakak pembina pramuka sudah berteriak-teriak memanggil kami. Meminta segera masuk garis finish. Hasilnya, butuh lebih dari 3 jam untuk menyelesaikan susur jejak itu. Dan goblognya, kami jadi yang paling pertama sampai!

Ternyata, ada teman saya yang melepas pita penunjuk jalan dan menyembunyikannya. Healah, dobol! Lebih goblog lagi, di akhir persami, kami jadi regu terbaik! Jadi ini siapa sih yang nyeleneh! Ini campuran antara jengkel karena capek betul sama perut sakit karena tertawa melihat regu lain tersesat. Untung persami waktu itu ada di dalam kampung. Gawat kalau ada di hutan.

I hate you pramuka.

Terakhir diperbarui pada 14 Agustus 2019 oleh

Tags: dasa dharma pramukaPersamipramuka
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

Di Era Digital, Gerakan Pramuka Perlu Terus Digalakkan  MOJOK.CO
Kilas

Di Era Digital, Gerakan Pramuka Perlu Terus Digalakkan 

14 Agustus 2025
Orang UGM Sebut Ada Ekstrakurikuler yang Lebih Penting dari Pramuka MOJOK.CO
Aktual

Bagi Orang UGM Wajib Pramuka Dihapus Tak Masalah karena Ada Ekstrakurikuler yang Lebih Penting, tapi Pembina Pramuka Nelangsa Tak Punya Pemasukan Tambahan

5 April 2024
Nasib Pembina Pramuka Tak Kalah Pahit dari Guru Honorer MOJOK.CO
Aktual

Pembina Pramuka, Profesi Penyelamat dari Ngenesnya Jadi Guru Honorer tapi Terancam Bernasib Pahit Gara-Gara Pemerintah

3 April 2024
Pembina Pramuka Rezekinya Dimatikan Pemerintah MOJOK.CO
Ragam

Cuma Ngajar Pramuka di Surabaya Bisa buat Bertahan Hidup, Gaji Jauh Lebih Layak dari Guru Honorer

1 Maret 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.