MOJOK.CO – Kiai Ma’ruf Amin ingin menemui Sandiaga Uno untuk rekonsiliasi. Ini 5 kegiatan asik yang bisa mereka lakukan bersama-sama. Sungguh, syaaahdu.
Setelah coblosan, kabar pertemuan antara Jokowi dan Prabowo berhembus dengan kencang. Bahkan, konon, Jokowi mengutus Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, untuk bertemu secara langsung dengan Prabowo. Namun, kubu BPN sendiri membantah akan terjadi pertemuan itu.
Selain pertemuan dua calon presiden 2019-2024, pertemuan dua cawapres, Kiai Ma’ruf Amin dengan Sandiaga Uno, juga menyeruak. Konon, demi membangun kembali komunikasi, demi hubungan yang lebih baik, pertemuan antara wakil Jokowi dengan wakil Prabowo itu ingin diwujudkan oleh pihak paslon 01.
Namun, seperti rencana pertemuan Jokowi dengan Prabowo, silaturahmi antara Kiai Ma’ruf Amin dengan Sandiaga Uno juga ditampik oleh kubu BPN. Juru Bicara BPN, Dian Fatwa, mengatakan, rencana bertemu Kiai Ma’ruf Amin belum menjadi fokus Sandiaga Uno dan BPN.
“Bertemu dengan Kiai Ma’ruf bukan fokus Mas Sandi dan BPN. Tidak ada yang perlu direkonsiliasikan. Fokus kami sekarang memastikan agar justice is being served ketika ketidakpercayaan terhadap proses pemilu terjadi di semua lini masyarakat,” kata Dian sepeti dilansir oleh Kompas.
Padahal, Kiai Ma’ruf Amin sudah menyampaikan kepada media bahwa, “Belum, nanti lagi diupayakan. Pasti, pasti. Kita harus rekonsiliasi.” Kubu BPN ini memang nggak pengertian blas. Mau diajak damai-damai kok nggak mau. Padahal, Kiai Ma’ruf Amin dan Sandiaga Uno bisa melakukan banyak hal yang asik, dan satu pun nggak ngomongin politik. Misalnya:
1. Sandiaga Uno belajar ngaji sorogan kepada Kiai Ma’ruf Amin.
Salah satu metode klasik pengajaran di pesantren adalah “sorogan”. Secara harfiah, “sorogan” berarti menyodorkan. Metode “sorogan” kira-kira berarti pelajaran yang dilakukan secara tatap muka dan dilakukan secara individual antara santri dengan guru atau kiai.
Disebut “sorogan” karena santri menghadap kiai sembari membawa kitab yang hendak dipelajarinya (baik Qur’an maupun kitab yang lain). Masing-masing santri bisa berbeda halaman yang disodorkan.
Santri A bisa menyodorkan halaman 12, santri B bisa halaman tujuh atau yang lain bahkan 30. Tergantung kemajuan masing-masing. Sangat mungkin selama beberapa hari seorang santri tidak beranjak di halaman yang sama karena dianggap tidak memperlihatkan kemajuan.
Sebagai santri post-Islamisme, belajar lagi bersama Kiai atau guru tentu sangat menyenangkan. Siapa tahu, Kiai Ma’ruf terinspirasi dan bikin kurikulum pembelajaran untuk mereka yang mengaku “post-Islamisme”.
2. Olahraga ringan untuk lanjut usia.
Bagi mereka yang masuk kategori lanjut usia, olahraga, sebaiknya, tidak ditinggalkan. Nah, Sandiaga Uno kita kenal sebagai sport buddy yang baik. Tiada hari tanpa lari. Bahkan melayat pun blio pakai setelah olahraga. Dedikasi tiada dua.
Bayangkan, setiap pagi, Sandiaga Uno menemani Kiai Ma’ruf Amin berolahraga. Yang ringan-ringan saja, misalnya jalan kaki selama 30 menit.
Jalan kaki baik untuk kesehatan jantung. Hal ini karena jalan kaki dapat meningkatkan denyut jantung, meningkatkan sirkulasi darah di dalam tubuh, dan memperkuat jantung. Tidak hanya itu saja, jalan kaki secara teratur juga bisa menurunkan kadar kolesterol, gula darah, dan tekanan darah.
Sungguh asik, bukan. Melihat Sandiaga Uno mengajari Kiai Ma’ruf pemanasan sebelum jalan kaki. Sebuah persahabatan yang kuat tidak hanya dibangun lewat medan perang saja. Persahabatan juga bisa dirintis dari bersama-sama menyongsong matahari terbit setiap hari. Syaaahdu…
3. Nonton bola, sebagai variasi hobi Sandiaga Uno.
Sandiaga Uno pernah mengakui kalau selain lari, olahraga favorit lainnya adalah berenang dan basket. Bahkan, bermain basket sudah blio lakoni sejak kecil. Basket mengajari pengusaha sukses itu tentang endurance, team work, dan speed.
Nah, sebagai variasi, Pak Sandi bisa mulai nonton bola. Nonton saja dulu, bangun cinta itu perlahan-lahan. Seperti selayaknya cinta sejati, yang tumbuh perlahan dan perlu dirawat dengan telaten. Nggak ada ruginya kalau Pak Sandi suka sepak bola.
Sementara itu, Kiai Ma’ruf adalah penonton sepak bola yang taat. Klub favoritnya adalah Manchester United dan Manchester City. Kok ya kebetulan, tengah minggu ini United akan melawan City. Bakal jadi tontonya yang seru sebagai awalan jatuh cinta dengan sepak bola.
4. Main PES sebagai “pendalaman materi”.
Setelah nonton bola, biar makin hapal dengan nama-nama pemain, Pak Sandiaga dan Kiai Ma’ruf bisa mencoba main game sepak bola. PES, misalnya, bisa jadi pilihan. Kalau nggak PES ya FIFA. Nggak perlu jadi bahan twitwar, dua-duanya game yang asik.
Jadi terbayang ketika kalah main PES, Kiai Ma’ruf akan bilang:
“Ini sudah takdir Allah SWT. Kalah itu biasa dalam kompetisi. Pak Sandi, kita ngeteh dulu sebentar, nanti lanjut lagi. Saya mau ganti pakai Arsenal. Manchester United kok jelek, ya.”
Sementara itu, Pak Sandi akan melontarkan alasan klasik:
“Wah, stik saya rusak ini, Pak Kiai Ma’ruf. KW ya ini? Padahal kelihatan asli. Minta saya beli ini pabrik stiknya? Kemarin saya ketemu Pak Ega Fansuri di Ngaglik. Pak Ega juga mengeluhkan masalah yang sama. Stik KW rusak itu bukan keadilan sosial!”
5. Bersama-sama mendesain slop untuk para kiai.
Slop yang mahal biasanya diciptakan lewat tangan-tangan tekun dan terlatih. Otentik, slop jadi ciri khas Kiai Ma’ruf. Namun, kalau dilihat-lihat lagi, slop yang biasa digunakan Kiai atau bapak-bapak terkesan monoton dengan warna dasar hitam.
Oleh sebab itu, pengalaman Pak Sandi meluncurkan sepatu lari dengan merek nineten (910), bakal bermanfaat untuk membangun brand slop yang khas. Saya membayangkan keduanya berkolaborasi mendesain slop yang tetap elegan, tapi menonjolkan kemudaan yang dinamis. Slop yang bakal cocok sekaligus nyaman untuk dibawa mengajar dari pesantren ke pesantren.
Siapa tahu, saking kuat dan lentur, slop ini bisa dibawa naik gunung. Nah, kalau sudah ngomongin naik gunung, Pak Sandi dan Kiai Ma’ruf bisa ngajak Pak Jokowi yang berpengalaman naik gunung. Nanti ketiganya naik gunung pakai helikopter, yang disewain sama Pak Prabowo. Pak Prabowo sendiri nggak ikut naik gunung karena lupa belum nyetok makanan kucing.