Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Balbalan

Real Madrid, Juventus, dan AS Roma Kehilangan Pemain dengan Rasa Berbeda

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
13 Januari 2020
A A
Real Madrid Juventus Roma Serie A Liga Italia MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Dini hari yang menyenangkan ketika kamu diajari makna kehidupan dari dua pertandingan sepak bola; Roma vs Juventus dan Real Madrid vs Atletico.

Rasanya seperti membaca puisi. Tentang sebuah peristiwa perubahan yang dialami manusia. Tentang kesedihan-kesedihan yang terus memayungi. Tentang kepahlawanan yang muncul dari pengorbanan. Laga Roma vs Juventus dan Real Madrid vs Atletico Madrid mengajari kamu cara memahami perubahan dan beradaptasi dengan kesulitan.

Komentaror laga Roma vs Juventus memberi sebuah gambaran sesaat sebelum Cristiano Ronaldo menendang penalti. Komentator berkata kalau Juventus seperti turun tanding dengan keyakinan penuh kalau mereka akan menjadi winter champions. Mereka tidak terlalu dominan di babak pertama. Namun, pemain Roma tidak pernah bisa sampai menemukan jaring gawang Si Nyonya Tua.

Keyakinan itu juga terasa dari final Supercopa. Zinedine Zidane sudah sembilan kali masuk final dan tidak pernah kalah. Zidane memang lahir untuk sesuatu yang grande. Dia bukan pelatih dengan kekayaan taktik. Namun, di tangan Zidane, Real Madrid hampir selalu bisa menerjemahkan petunjuk mempertebal mental.

Pengalaman, mental, dan keyakinan membuat Real Madrid sangat sulit dikalahkan di momen-momen penting. Real Madrid akan bermain buruk sepanjang babak knockout. Namun, di laga puncak, mereka selalu dominan. Tiga gelar Liga Champions tiga kali berturut-turut memberi gambaran paling jernih.

Real Madrid bukannya tidak pernah terjebak dalam kesulitan. Bukan hanya Juventus yang punya mantra lo spirito Juve, Real Madrid juga memilikinya. Salah satu final Liga Champions harus diselesaikan dengan babak tambahan. Dari posisi tertinggal 0-1 hingga menit 89, Real Madrid berhasil menyamakan kedudukan di detik terakhir lalu meledak di babak tambahan.

Lawannya sama seperti final Supercopa, Atletico Madrid. Keyakinan untuk tidak kalah itu masih tidak goyah juga dari diri Real Madrid. Federico Valverde, jebolan akademi Penarol itu tahu betul apa yang dibutuhkan untuk menang perang. Dia mengorbankan dirinya demi menjaga keperawaan gawang Real Madrid. Tekelnya di detik akhir menggagalkan sprint berbahaya Alvaro Morata.

Valverde dihadiahi kartu merah, Real Madrid bermain dengan 10 orang. Namun, final itu mengganjarnya dengan status man of the match. Tekel dari belakang itu mendapat apresiasi dari Diego Simeone, pelatih Atletico.

Dia akan melakukan hal yang sama jika berada di posisi Valverde. Pun Zidane, mengapresiasi pengorbanan Valverde. Padahal, kita tahu yang Valverde lakukan tidak profesional.

Namun, itulah bentuk kepahlawanan. Tidak mungkin putih bersih di mata orang lain. Tetapi bermakna sangat dalam bagi fans Real Madrid. Mengajarimu bahwa akan ada dua sisi mata uang di kehidupan ini. Mengajarimu bahwa final tidak melulu ditentukan oleh kecanggihan taktik, melainkan kekuatan tekad.

Juara sebuah turnamen tidak melulu ditentukan oleh betapa canggihnya sebuah taktik yang dipakai. Terkadang, keyakinan diri itu yang menjadi perbedaan. Saya yakin, ungkapan win ugly itu sepenuhnya diciptakan khusus untuk Juventus. Setelah unggul 2-0 dari Roma, mereka kehilangan kontrol laga. Namun, mereka tak pernah kehilangan kontrol akan kemenangan, seperti Real Madrid.

Roma sendiri tengah dalam periode mendung. Setelah membuka 2020 dengan kekalahan dari Torino, il Lupi menjamu Juventus di tempat yang sama, Stadio Olimpico. Di mata saya, Roma sama seperti Juventus. Mereka turun dengan keyakinan kalau mendung itu bisa digiring pergi. Anak-anak muda mereka bermain dengan keyakinan.

Namun, seperti selarik elegi, perubahan itu dilewati dengan cara paling pahit. Kesalahan di tengah detail kecil sebuah laga membuat mereka tertinggal 2-0. Namun, tidak ada rasa putus asa dari cara mereka menendang bola kemudian. Adalah Nicolo Zaniolo yang untuk kesekian kali meyakinkan saya kalau pemain muda Roma itu ditakdirkan untuk hal-hal besar.

Zaniolo, bagi saya, adalah seorang pembeda. Di tengah sekumpulan pemain Roma yang lambat, dia menginjeksikan kecepatan dan keteguhan untuk terus mencoba. Sebuah momen menggambarkan itu semua.

Iklan

Menerima bola di depan kotak penalti sendiri, dia berkelit dari dua pemain Juventus. Zanilo melakukan penetrasi secara vertikal. Sebuah garis lurus seperti terbuka untuk dirinya sendiri. Detik demi detik itu kembali mengingatkan saya akan kecerdasan Daniel Fonseca, si pencari ruang. Dia memberi warna berbeda.

Namun, satu momen magis itu juga yang membuat Zaniolo akan meninggalkan Roma dalam waktu yang lama. Satu momen sebelum masuk kotak penalti Juventus, badan Zanilo ditabrak oleh Matthijs De Ligt. Dia jatuh dengan lutut kanan membentur tanah. Setelah laga, setelah pemeriksaan, Zaniolo menderita cedera ACL. Salah satu cedera paling menyebalkan di sepak bola.

Cengiz Under masuk menggantikan Zaniolo. Namun, momen of magic yang ditawarkan Zaniolo tidak pernah terlihat lagi. Roma dipaksa beradaptasi dengan perubahan. Dipaksa untuk sadar kalau mendung itu belum akan bergeser.

Real Madrid kehilangan pemain dengan kebanggaan di dada. Roma kehilangan pemain dengan kesedihan yang terasa.

Roma menipiskan jarak menjadi 2-1. Namun, pada akhirnya, keyakinan Juventus tak goyah. Mereka bermain buruk untuk kesekian kali, tetapi tak tumbang juga pada akhirnya.

Roma mencoba memahami perubahan yang terjadi. Mereka bermain semakin lambat, meskipun ini bukan keputusan yang salah. Juventus bertahan cukup dalam setelah Merih Demiral cedera dan kemungkinan absen dalam waktu yang lama. Juventus, hingga akhir, memang tak pernah melepaskan laga.

Real Madrid dan Juventus menegaskan makna klub besar. Mereka tak selalu indah di atas lapangan. Namun, mereka punya sesuatu untuk mengakhiri laga dengan ucapan syukur. Sementara itu, Roma dan Atletico memberi gambaran betapa butuh kerja sangat keras untuk menggeser mendung yang memayungi.

Dini hari yang menyenangkan ketika kamu diajari makna kehidupan dari dua pertandingan sepak bola.

BACA JUGA Luka Jovic dan Cahaya Suram di Tengah Pesta atau tulisan Yamadipati Seno lainnya.

Terakhir diperbarui pada 13 Januari 2020 oleh

Tags: AS Romaatletico madridfede valverdeJuventusliga italiaReal MadridRomaRonaldoSerie Asimeonesupercopazaniolozidane
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

Kegilaan Cinta Sejati di Napoli: Antara Sepak Bola dan Maradona MOJOK.CO
Esai

Menyaksikan Kegilaan Cinta Sejati di Kota Napoli: Antara Copet, Kota Bau Pesing, Sepak Bola, dan Maradona

31 Desember 2024
Rokok Ilegal identik dengan Liga Inggris, yang Legal Liga Italia MOJOK.CO
Esai

Kenapa, ya, Rokok Legal Identik dengan klub Liga Italia, sementara Rokok Ilegal Lebih Dekat dengan klub Liga Inggris?

9 November 2024
Mungkinkah Cristiano Ronaldo Pindah ke Liga Indonesia?
Video

Mungkinkah Cristiano Ronaldo Pindah ke Liga Indonesia?

16 Agustus 2023
Silvio Berlusconi Abadi Bersama Angka 3 di Universe AC Milan MOJOK.CO
Esai

Silvio Berlusconi Abadi Bersama Angka 3 di Universe AC Milan

13 Juni 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.