Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Balbalan

Liverpool Menyelam di Habitat Medioker? Sebuah Periode yang Tidak Bisa Dihindari

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
21 Februari 2021
A A
Liverpool Menyelam di Habitat Medioker? Sebuah Periode yang Tidak Bisa Dihindari MOJOK.CO

Liverpool Menyelam di Habitat Medioker? Sebuah Periode yang Tidak Bisa Dihindari MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Kenapa Liverpool bisa secara tiba-tiba menyelam ke habitat medioker? Mari sini, silakan disimak dongeng saya tentang klub medioker ini.

All jokes aside. Pertanyaannya, apakah Liverpool benar-benar dalam krisis? Banyak orang akan langsung mengangguk dengan penuh semangat. Misalnya fans Manchester United. Namun, pada titik tertentu, kata krisis itu terlalu fantasi karena semuanya hanya soal periode saja.

Ada jenis periode yang terbayang di dalam kepala saya. Pertama, jenis periode untuk klub-klub yang memang terlalu dominan. Kedua, jenis periode untuk klub yang akan selalu menderita setiap beberapa musim untuk kemudian menjadi kuat di sebuah (bisa dua atau tiga) musim.

Maksudnya begini. Untuk jenis pertama, contoh yang paling pas adalah Bayern Munchen di Bundesliga. Kok bisa begitu? Bukankah mereka hampir selalu dominan setiap musimnya? Ya memang, karena periode buruk mereka hanya berjalan dalam rentang beberapa pekan saja.

Kalau kamu mencermati Bundesliga, Bayern tidak langsung dominan sejak awal musim. Mereka seperti kendaraan perang dengan mesin diesel. Ketika sudah panas, biasanya akan sulit dikejar. Misalnya musim ini, ketika mereka belum menemukan titik panas ideal, meskipun sudah menjadi pemuncak klasemen.

Nah, untuk jenis kedua, contohnya ada banyak. Misalnya Liverpool, Manchester City, Manchester United, Arsenal, Chelsea, Inter, AC Milan, Juventus, dan semua klub yang membutuhkan waktu untuk mencapai titik dominasi. Jika bagian “titik dominasi” terlalu tinggi untuk dibayangkan, kamu bisa menggantinya dengan “konsistensi”.

Liverpool dan periode menjadi medioker

Mengapa periode ini bisa terjadi ke banyak klub? Ada beberapa faktor yang saya bayangkan.

Pertama, ada suatu saat di mana revolusi skuat terjadi. Ketika periode ini hadir, sebuah klub ternyata belum siap. Misalnya periode awal Pep Guardiola bersama Manchester City. Pep dan manajemen harus membuang banyak pemain yang tidak akan mengangkat performa tim.

Contoh yang paling kentara adalah Arsenal setelah pindah stadion. Revolusi skuat terjadi terlalu lama, bahkan belum usai hingga sekarang. Arsenal yang pernah dominan di Liga Inggris, kehilangan periode terbaiknya karena revolusi skuat. City bisa melewati periode ini dengan cepat karena kekuatan duit minyak. Berbeda kasus dengan Arsenal yang mengandalkan stabilitas keuangan secara mandiri. Prosesnya lebih makan waktu.

Saya rasa, periode ini baru masuk bagian prolog untuk Liverpool. Jurgen Klopp membangun ulang skuat Liverpool sejak, katakanlah, musim 2015/2016. Bongkar dan pasang skuat terjadi hingga titik ideal tercapai di dua musim terakhir, ketika mereka menjadi juara Liga Champions dan Liga Inggris.

Saya merasa di akhir musim nanti, Liverpool akan menemui banyak masalah. Virgil van Dijk sudah bisa kembali. Namun, sembuh dari cedera parah pengaruhnya tentu berbeda untuk atlet dan bakul gorengan, misalnya. Level van Dijk sudah tidak akan lagi sama.

Jika Liverpool gagal lolos ke Liga Champions musim depan, terbuka kemungkinan beberapa bintang mereka akan hengkang. Mo Salah dan Sadio Mane adalah dua pemain yang bakal laku menjadi bahan gosip transfer musim panas.

Ketika Liverpool membeli Diogo Jota, saya curiga Klopp sudah ancang-ancang membuang bintang-bintang yang sudah berumur. Bahkan mungkin sudah mencapai titik jenuh. Klopp sudah tahu bahwa proyek pemain di sepak bola modern, paling lama cuma bertahan empat musim.

Perubahan skuat dengan datangnya Thiago Alcantara juga mengubah wajah Liverpool. Saya belum berani menegaskan apakah Thiago adalah pembelian yang gagal. Kenapa begitu? Karena jangan-jangan Klopp memang ingin mengubah cara bermain anak asuhnya, yang mana membutuhkan pemain khusus di sana.

Iklan

Faktor kedua yang membuat klub terjerumus dalam habitat medioker adalah perubahan cara bermain. Untuk faktor ini, lagi-lagi, Arsenal adalah contoh bagus untuk Liverpool.

Ketika masih bermain di Highbury, Arsenal sangat kuat di fase transisi menyerang. Sebagai tim dengan corak counter-based, Arsenal mendulang banyak keuntungan dari kecepatan dan kecerdasan para pemainnya untuk membuka ruang di sepertiga akhir lapangan.

Ketika bedol desa ke Emirates, Arsenal bersalin muka menjadi tim dengan corak possession-based. Sebuah tim yang lebih banyak menguasai bola. saya curiga, saat itu, Arsene Wenger terinspirasi oleh dominasi Barcelona di Eropa berkat positional play yang diterapkan Guardiola.

Perubahan cara bermain, ditambah komposisi pemain yang tidak seimbang, plus harus terus berubah demi kesehatan keuangan membuat Arsenal tertinggal dari rival. Di mata saya, Liverpool tengah berada dalam periode yang sama. Ke depan, bisa menjadi lebih baik, atau lebih medioker. Semuanya bisa terjadi.

Tesis yang sama juga terjadi kepada Manchester United. Pensiunnya Sir Alex Ferguson tidak hanya melunturkan kekuatan mental United, tetapi juga kecerdasan memilih cara bermain.

Sir Alex sering dianggap bukan pelatih yang kaya taktik. Beliau adalah sosok pelatih yang lebih mengedepankan bravery and gallantry. Namun, anggapan itu tidak sepenuhnya benar. Sir Alex cukup fleksibel dengan taktik. Dia tidak saklek dengan 4-4-2. Tidak percaya? Ya terserah. Saya malas menjelaskan.

Intinya, bersama David Moyes, Louis van Gaal, hingga Jose Mourinho, United malah kehilangan keluwesan bertarung. Nah, Liverpool tengah memasuki periode ini ketika Klopp mengubah pendekatan. Celakanya, perubahan cara bermain justru membuat Liverpool menyelam dalam habitat para medioker.

Melihat beberapa pemain yang dibeli sejak Takumi Minamino, saya sudah curiga Klopp tengah membangun periode baru. Masalahnya, terkadang, semua terasa seperti taruhan. Satu kali menembak dua nomor, si penjudi langsung mujur. Lima kali menebak ekor, si penjudi pulang cuma pakai kolor.

Klopp membangun ulang skuat Liverpool yang lama sekali berkubang di kolam medioker. Dia menginjeksikan cara bermain yang betul-betul baru. Dan akhirnya sukses di dua musim terakhir. Oleh sebab itu, untuk melewati periode yang tak bisa dihindari ini, sebaiknya Liverpool tidak mengganti pelatih.

Inilah faktor ketiga yang bikin klub terjebak periode medioker dalam waktu lama. Terlalu cepat mengganti dan salah memilih pelatih risikonya besar. United adalah contohnya. Baru musim ini saja, setelah pembelian pemain yang jitu, United kembali (agak) konsisten.

Salah memilih pelatih? Ada Arsenal, Barcelona, Chelsea, Inter, dan AC Milan,  adalah contoh terbaik untuk Liverpool. Tepat memilih pelatih? Bayern contohnya. Kalau medioker sejati? Tentu cuma Tottenham Hotspur. No debat.

Yah, tulisan ini cuma tesis belaka. Bisa jadi Liverpool jadi jelek hanya karena faktor badai cedera saja. Bisa jadi juga karena karma Mo Salah yang suka nari balet di tengah lapangan. Kamu mau menyalahkan Jokowi pun boleh saja. Padahal hanya di era Jokowi, Liverpool bisa juara Liga Inggris. Suka-suka kamu saja.

BACA JUGA Dari Rachel Vennya Kita Belajar Bahwa Liverpool Sudah Salah Beli Thiago, Seharusnya Beli Lord Jesse Lingard dan tulisan Yamadipati Seno lainnya.

Terakhir diperbarui pada 21 Februari 2021 oleh

Tags: ArsenalEvertonkloppliga inggrisLiverpoolManchester UnitedMohamed SalahSadio Mane
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

Harry Maguire Bek Dungu Manchester United Anti Bullying MOJOK.CO
Esai

Harry Maguire, Bek Dungu Milik Manchester United yang Mengajari Kita Makna Ketahanan Mental dan Cara Melawan Bullying

20 Oktober 2025
Untung Mohamed Salah Nggak Jadi Buruh di Indonesia MOJOK.CO
Esai

Beda Nasib Mohamed Salah dan Pekerja di Indonesia saat Menyuarakan Hak: Menghasilkan Ketimpangan yang Dinormalisasi

6 Januari 2025
Rokok Ilegal identik dengan Liga Inggris, yang Legal Liga Italia MOJOK.CO
Esai

Kenapa, ya, Rokok Legal Identik dengan klub Liga Italia, sementara Rokok Ilegal Lebih Dekat dengan klub Liga Inggris?

9 November 2024
Vidio vs Rp18 Triliun Live Streaming Ilegal Jelang Liga Inggris MOJOK.CO
Esai

Vidio Wajib Cemas. Menjelang Liga Inggris, Keuntungan Live Streaming Ilegal Mencapai Rp18 Triliun!

9 Agustus 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.