MOJOK.CO – Hakim Ziyech menyebut Chelsea bisa membuatnya bermimpi ketimbang Arsenal. Pembicaraan kontrak Bukayo Saka akan menjadi pembuktian ucapan Ziyech.
Saya tahu banyak yang meledek Chelsea setelah pembelian Hakim Ziyech selesai. Per 1 Juli 2020, pemain asal Maroko itu akan resmi berseragam Chelsea. Well, mulai detik ini pun sebetulnya Hakim Ziyech sudah resmi milik The Blues. Gelandang serang itu hanya perlu menghabiskan musim 2019/2020 bersama Ajax saja.
Musim panas yang lalu, Arsenal sempat mendekati Hakim Ziyech sebelum akhirnya menentukan pilihan ke Nicolas Pepe. Musim dingin, Januari 2020, The Gunners kembali melakukan pendekatan. Namun, seperti yang kita tahu, ada dua alasan yang membuat usaha Arsenal menemui jalan buntu.
Pertama, Mikel Arteta harus fokus ke dua posisi yang lebih urgent untuk ditambal, yaitu bek tengah dan bek kanan. Arsenal menutup Januari 2020 dengan dua transfer untuk dua posisi tersebut, yaitu Pablo Mari dan Cedric Soares. Kedua pemain itu diberi status backup di dalam tim. Alasan kedua, Arsenal sudah tidak punya uang untuk belanja di Januari.
Sebetulnya, ada alasan ketiga yang membuat Arsenal gagal membeli pemain. Alasan itu bisa kamu baca di wawancara Hakim Ziyech bersama beberapa media. Gelandang serang yang mengenakan nomor punggung 22 di Ajax itu mengakui kalau ada dua klub Inggris lainnya yang mendekati dirinya, yaitu Tottenham Hotspurs dan Arsenal.
“Ya, saya sangat bahagia bisa bergabung dengan Chelsea, salah satu klub terbesar di Eropa, yang bermain di kompetisi terbaik di dunia, Liga Inggris. Memang benar kalau Arsenal tertarik, tetapi mereka tidak bisa membuat saya “bermimpi” seperti Chelsea,” kata Hakim Ziyech yang katanya dikutip De Telegraaf.
Saya kesulitan menemukan artikel babon dari pernyataan Hakim Ziyech tersebut di situsweb De Telegraaf. Namun, pernyataan yang “dia buat” terlalu menarik untuk tidak dipikirkan.
Bagaimana menerjemahkan istilah “bermimpi” bagi seorang pemain. Tentu saja, istilah itu bisa diinterpretasikan ke dalam banyak makna. Untuk mempersempit pembahasan, mari gunakan betapa lambatnya Arsenal menyelesaikan pembicaraan kontrak baru untuk Bukayo Saka.
Saya mengelompokkannya ke dalam tiga konteks. Mari kita bahas satu per satu.
Bukayo Saka pantas naik gaji
Selama beberapa bulan terakhir, manajemen Arsenal sudah membuka pembicaraan kontrak baru dengan perwakilan Bukayo Saka. Kontrak wonderkid asal Inggris itu sudah menyisakan 18 bulan saja. Jika sampai musim panas nanti kontrak baru tidak kunjung disepakati, Bukayo Saka bisa diboyong klub lain secara gratis di ujung musim 2020/2021.
Kita tahu performa Bukayo Saka meningkat drastis. Bahkan ketika pemain berusia 18 tahun itu bermain sebagai bek kiri. Dia, yang tidak punya pengalaman bermain di posisi itu, justru mampu menunjukkan awareness seorang bek sayap. Bukayo Saka sangat tenang ketika bertahan, tidak mudah dilewati, dan agresif ketika menyerang.
Di sini ada dua catatan krusial. Pertama, agresivitas Bukayo Saka adalah kunci bagi performa Aubameyang. Misalnya bisa kamu cermati laga Burnley vs Arsenal. Ketika Bukayo Saka diganti di babak kedua karena cedera, Aubameyang tidak lagi mendapatkan support dari sisi kiri. Padahal, jika Aubameyang akan bergeser ke tengah dari sisi kiri, harus ada bek sayap yang melakukan overlap.
Kedua, silakan tengok laga Chelsea vs Arsenal. Bukayo Saka terlihat sangat tenang ketika bertahan. Dia sangat sulit dilewati berkat ketenangan dan akselerasinya. Dua atau tiga tahun lagi, saya yakin Saka akan menjadi salah satu bek sayap menjanjikan di Liga Inggris.
Apa yang akan terjadi ketika seorang pemain sudah bermain baik dan menjadi pilihan utama? Salah satunya adalah permintaan kontrak baru dengan kenaikan gaji di dalamnya. Saat ini, Saka menerima tiga ribu paun saja per pekan. Di mata agen, angka ini sangat kecil bagi kliennya yang sudah menyandang status pemain utama.
Keseimbangan keuangan Arsenal
Apalah Arsenal harus selalu menuruti keinginan agen? Ya jelas tidak. Manajemen punya perhitungan bisnis sendiri. Logika bisnis tentu berbeda dengan logika lapangan hijau. Raul Sannlehi sudah mau terbuka perihal kegagalan klub memperpanjang kontrak Aaron Ramsey. Salah satu alasannya adalah permintaan gaji dari agen Ramsey yang terlalu tinggi.
Mau tidak mau, suka tidak suka, manajemen harus memikirkan keseimbangan keuangan. Untuk kasus Bukayo Saka, berapa rentang gaji yang pantas? Saya pikir, gaji antara 15 ribu sampai 25 ribu paun per pekan sangat layak. Lompatan gaji Bukayo Saka memang terlihat sangat besar. Namun, angka tersebut adalah angka wajar untuk pemain utama.
Apakah manajemen Arsenal berani mewujudkan lompatan gaji Saka? Menurut saya, manajemen harus berani. Ini kaitannya dengan maksud kalimat Hakim Ziyech.
Mimpi pemain
Elemen gaji menjadi salah satu alat untuk mengukur kemampuan dan kepantasan seorang pekerja. Untuk sebuah perusahaan multinasional, sangat wajar kalau manajer digaji di atas, misalnya, Rp40 juta. Artinya, dia punya kemampuan dan keberadaannya sangat pantas untuk posisi itu.
Gaji juga salah satu alat menghargai seorang pekerja. Gaji adalah salah satu wujud nyata perhatian perusahaan akan hal-hal yang “abstrak”, misalnya determinasi, kedisiplinan, sampai kesetiaan. Belum lagi kalau kita ingin menilai ide dan visi seseorang. Harganya sangat tinggi.
Gaji, di sepak bola, punya banyak tujuan. Misalnya, mengikat si pemain dalam waktu yang lama untuk menjadi bagian penting sebuah long-term project. Artinya, dia akan dijadikan saka guru sebuah tujuan yang besar. Bukankah ini sebuah penghargaan yang besar ketika dirimu menjadi bagian penting sebuah rencana jangka panjang?
Rencana jangka panjang di sepak bola, misalnya berbunyi: dalam waktu tiga tahun, target Arsenal atau Chelsea adalah menguasai Liga Inggris. Setelah itu, dua tahun kemudian, menjadi salah satu kekuatan yang diperhitungkan di Eropa. Orang bilang ini mimpi, tetapi manajemen sebuah klub akan menyebutnya sebagai target. Apakah realistis? Ya tergantung alat-alat yang disiapkan.
Ketika Hakim Ziyech berkata kalau Chelsea bisa membuatnya “bermimpi” ketimbang Arsenal, sedikit banyak kita tahu target klub. Tidak ada pemain yang tidak mau juara, bahkan untuk mereka yang sangat setia. Bukayo Saka, menilik perkembangan dan konsistensinya, adalah aset untuk mewujudkan mimpi. Apakah Arsenal memang bernyali seperti Chelsea?
BACA JUGA Bukayo Saka dan Resonansi Awal Karier Bellerin di Arsenal atau tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.