Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Balbalan

Dunia Sempurna Arsenal, yang Gagal Digapai City, Bisa Dikejar Liverpool

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
15 September 2019
A A
Dunia Sempurna Arsenal, yang Gagal Digapai City, Dikejar Liverpool MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Jika ada sebuah tim yang punya modal untuk mendekati “dunia sempurna” Arsenal 2003/2004, tim itu adalah Liverpool 2019/2020.

Saya selalu skeptis ketika ada yang bilang ada sebuah klub yang bisa menyamai “dunia sempurna” Arsenal musim 2003/2004. Menyelesaikan satu musim penuh tidak kalah itu sungguh pekerjaan yang teramat berat. Namun, menarik juga membayangkan ada sebuah klub yang bisa mengejar dunia itu di masa sekarang.

Sebagai gambaran, pada musim 2003/2004, Arsene Wenger, pelatih Arsenal kala itu, memandang ada 4 klub yang bisa menjadi rival klub asuhannya untuk mempertahankan gelar juara Liga Inggris. Mereka adalah Newcastle United, Liverpool, Chelsea, dan Manchester United. Klub-klub di luar itu adalah klub yang bisa dikalahkan, atau paling tidak akan sulit mengalahkan Arsenal.

Bandingkan dengan masa sekarang. Kita ambil contoh Manchester City yang baru saja kalah dari Norwich City. Untuk bisa menjadi juara saja, mereka perlu berhati-hati dengan banyak klub. Mulai dari Liverpool, Spurs, Chelsea, Manchester United, Everton, Wolves, Leicester City, West Ham United, hingga Crystal Palace. Lima klub terakhir bukan tim papan atas, tetapi punya rekam jejak selalu menyulitkan tim jagoan juara.

Liga Inggris kini lebih sulit diarungi, apalagi bisa menggenggam status tak terkalahkan sampai akhir musim. Besarnya pemasukan dari hak siar dan sponsor membuat tim-tim semenjana bisa membeli pemain bagus. Salah satu aspek yang membuat tim papan atas tidak bisa menang dengan mudah setiap minggunya.

Nah, hingga pekan ke-5, ada satu klub yang, di mata saya, punya modal mengejar dunia sempurna Arsenal. Mereka adalah Liverpool.

Pertama-tama yang terbayang di benak saya adalah determinasi dan stamina. Kemauan keras untuk tidak kalah dari siapa saja justru menjadi modal pertama, bukan cara bermain. Stamina tidak hanya soal kekuatan fisik untuk terus berlari selama 90 menit. Stamina yang saya maksud adalah kekuatan mental yang mengiringi determinasi.

Kamu bisa melihatnya ketika Liverpool come back ketika melawan Newcastle United. Sebelum laga, Jurgen Klopp memilih menggunakan Divock Origi alih-alih Roberto Firmino. Klopp ingin The Reds punya keunggulan udara di dalam kotak penalti, mengingat Newcastle pasti bertahan cukup dalam. Penguasaan bola hingga 80 persen di babak pertama cukup menjadi gambaran.

Skenario ini tidak berjalan dengan lancar. Selain tertinggal lebih dulu, Origi malah cedera. Firmino, yang dianggap kurang memberikan keuntungan di duel-duel udara justru menjadi penentu kemenangan. Determinasinya untuk turun dan merebut bola, kecerdasannya menjadi playmaker, berujung dua asis untuk Sadio Mane dan Mo Salah.

Arsenal musim 2003/2004 berulang kali melewati situasi yang sama. Mereka cukup sering tertinggal lebih dulu dan harus bermain dengan skuat yang tidak ideal. Misalnya ketika tandang ke Anfield, The Gunners tidak bisa memainkan Sol Campbell, Patrick Vieira, dan Roy Parlour. Sementara itu, Thierry Henry berduet dengan Jeremie Aliadiere.

Arsenal kebobolan terlebih dahulu di menit 11, sebelum akhirnya menang dengan skor 1-2. Selepas laga, Oliver Kay, jurnalis The Times menulis:

“Pengalaman mengajari mereka untuk lebih mementingkan isi ketimbang gaya. Cara bermain ini mungkin menjadi tidak menarik bagi fans militan mereka, tetapi pendekatan baru dengan bermain lebih keras ini justru membuat Arsenal lebih menakutkan. Musim lalu, mereka memproduksi sepak bola yang megah, yang belum pernah terlihat di negara ini atau tempat lain. Musim ini, mereka bisa mendapatkan hasil dengan efisiensi yang sulit dipahami.”

Liverpool, dua musim terakhir, menunjukkan kecenderungan yang sama. Mereka sangat efektif memanfaatkan kesempatan memegang bola. Ketika inferior dalam duel-duel udara, Liverpool bermain efektif ketika counter-pressing mereka sukses. Hebatnya, lewat corak kemampuan individu tridente di depan, permainan cantik bola-bola bawah, The Reds sukses membungkus liatnya determinasi mereka.

Liverpool musim ini juga punya kesamaan dengan Arsenal 2003/2004 dalam soal kedalaman skuat. Kedua tim ini sama-sama punya skuat yang ramping. Banyak yang memandangnya sebagai kekurangan, tetapi penegasan Wenger bisa menjadi gambaran:

Iklan

“Kami sudah bermain bersama selama beberapa tahun dan kami punya pengalaman juara sebelumnya. Ketika ditantang, kami justru semakin bersatu.” Musuh terbesar bagi skuat ramping adalah cedera. Namun, ketika performa back-up player bisa mendekati pemain tim utama, klub tersebut tidak perlu risau.

Arsenal sangat fleksibel ketika harus mencadangkan Freddie Ljungberg dan Vieira untuk memainkan Edu dan Parlour. Pemain utama berganti, tetapi kualitas tetap ada. Liverpool juga demikian ketika Xherdan Xhaqiri dan James Milner punya standar tinggi yang selalu mereka tawarkan ketika dibutuhkan.

Maka, ketika berada dalam keadaan tertinggal, kesiapan untuk “win ugly”, dan pemain cadangan yang berkualitas, membuat Liverpool siap menghadapai lawan jenis apa pun. Arsenal 2003/2004 berbeda dengan musim 2019/2020 di mana kini mereka lebih stylish, manja, dan belum sepenuhnya bersatu. Keakraban yang terlihat sering hanya menjadi berharga menjadi konten Instagram atau kanal Youtube klub.

Determinasi di atas lapangan yang kini justru ditunjukkan Liverpool. Bahkan fans The Gunners paling militan pun tak akan bisa membantah argumen ini. Imbang dengan Spurs menggambarkan kekurangan itu. Kesalahan individu masih rutin mereka lakukan.

Musim 2019/2020 masih sangat panjang. Liverpool masih mungkin kalah, mengingat “kutukan” mereka di liga masih saja terjadi. Kutukan itu seperti tembok yang sulit untuk dipanjat. Namun, musim ini, mereka lebih matang dan siap sebagai sebuah tim.

Maka, izinkan saya membuat prediksi lebih dini. Jika ada sebuah tim yang punya modal untuk mendekati “dunia sempurna” Arsenal 2003/2004, tim itu adalah Liverpool 2019/2020. Jika gagal lagi, The Reds bisa jadi tak akan mendapatkan kesempatan kedua. Ingat, Liga Inggris sangat dinamis dan makin sulit ditaklukan.

BACA JUGA Liverpool Menjadi Manusia Unggul Bersama Jurgen Klopp atau tulisan Yamadipati Seno lainnya.

Terakhir diperbarui pada 15 September 2019 oleh

Tags: ArsenalArsene WengerJurgen Kloppliga inggrisLiverpoolManchester Cityunai emery
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

Harry Maguire Bek Dungu Manchester United Anti Bullying MOJOK.CO
Esai

Harry Maguire, Bek Dungu Milik Manchester United yang Mengajari Kita Makna Ketahanan Mental dan Cara Melawan Bullying

20 Oktober 2025
Untung Mohamed Salah Nggak Jadi Buruh di Indonesia MOJOK.CO
Esai

Beda Nasib Mohamed Salah dan Pekerja di Indonesia saat Menyuarakan Hak: Menghasilkan Ketimpangan yang Dinormalisasi

6 Januari 2025
Rokok Ilegal identik dengan Liga Inggris, yang Legal Liga Italia MOJOK.CO
Esai

Kenapa, ya, Rokok Legal Identik dengan klub Liga Italia, sementara Rokok Ilegal Lebih Dekat dengan klub Liga Inggris?

9 November 2024
Vidio vs Rp18 Triliun Live Streaming Ilegal Jelang Liga Inggris MOJOK.CO
Esai

Vidio Wajib Cemas. Menjelang Liga Inggris, Keuntungan Live Streaming Ilegal Mencapai Rp18 Triliun!

9 Agustus 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.