MOJOK.CO – Biarkan rakyat terinspirasi oleh kesukaannya, sepak bola, yang ditunjukkan oleh kebaikan AS Roma dan Arsenal untuk memerangi kelaparan karena pandemi corona.
Sejak Maret yang lalu, kesimpulan saya terkait liga-liga di dunia cuma satu, yaitu null and void. Hentikan dan tiadakan. Atas nama kemanusiaan. Titik. Tidak ada yang lain. Semuanya harus rela. Energi untuk berdebat tentang cara melanjutkan liga sebaiknya dialihkan ke ranah yang lebih penting untuk dipikirkan, yaitu kehidupan banyak orang.
Kehidupan banyak orang yang terdampak oleh pandemi virus corona ini. Orang banyak yang menggantungkan diri dari sepak bola. Bukan para pemain, pelatih, dan staf pelatih yang menerima gaji cukup besar. Pikiran dunia harus dicurahkan kepada orang-orang yang digaji mingguan dengan nominal kecil.
Lalu cakupannya melebar. Kepada orang-orang yang bakal kehilangan gaji atau bahkan kehilangan pekerjaan karena pandemi corona. Dan sepak bola, dengan segala kekayaan dan kemegahannya, punya kekuatan untuk berkontribusi. Tarik dan ulur terjadi. Setelah dua bulan, kita menyaksikan kebesaran hati dan AS Roma dan Arsenal.
“Kita selalu berbicara soal persatuan di AS Roma, dan merelakan gaji untuk dipotong untuk sisa musim ini baik para pemain, para pelatih dan stafnya, menjadi bukti bahwa kami semua bersatu untuk mengatasi masalah ini,” kata Guido Fienga, Chief Executive AS Roma.
Tidak cuma “dipotong”, para pemain AS Roma, pelatih dan stafnya, sudah iklas tidak digaji selama empat bulan. Gaji, yang seharusnya mereka terima, diiklaskan untuk meringankan beban keuangan klub dan memastikan para pekerja lainnya menerima gaji secara utuh. Para pekerja yang dimaksud adalah penjaga stadion, petugas kebersihan, penjaga rumput, dan lain sebagainya.
Para pekerja ini memang masuk dalam jaring pengaman sosial pemerintah Italia. Namun, pandemi corona yang belum akan mereda dalam waktu dekat membuat kekuatan ekonomi mereka jauh melemah. AS Roma memastikan para pekerja yang terancam kehidupannya ini tidak kelaparan selama beberapa bulan ke depan.
“Kapten klub, Edin Dzeko, dan pelatih, Paolo Fonseca, beserta stafnya mendemonstrasikan nilai-nilai kemanusiaan yang diperjuangkan oleh AS Roma. Kami berterima kasih kepada mereka atas sikap istimewa yang ditujukan untuk membantu staf klub ini,” lanjut Guido.
Sebenarnya tidak hanya AS Roma yang melakukan hal ini. Beberapa klub Serie A sudah mengambil keputusan yang sama. Namun, nama-nama klub tersebut belum dibuka ke publik. Sebuah sikap terpuji, sikap yang sebenar-benarnya manusia untuk membantu sesama, menjaga orang lain dari ancaman kelaparan.
Di Inggris, Arsenal mendemonstrasikan hal yang sama. Mayoritas para pemain Arsenal sudah sepakat untuk menerima pemotongan gaji sebesar 12,5 persen. Terima kasih kepada pendekatan personal yang dilakukan oleh Mikel Arteta dan Hector Bellerin. Dua sosok ini yang meyakinkan staf pelatih dan pemain untuk menerima pemotongan gaji.
Manajemen Arsenal sendiri menjanjikan kepada para pemain dan staf kalau gaji yang dipotong 12,5 persen itu bisa kembali. Syaratnya, tim ini berhasil mencapai beberapa target di musim depan.
“Kami bangga dan berterima kasih kepada para pemain dan staf pelatih yang bersatu untuk membantu klub, para staf, dan komunitas Arsenal di waktu yang belum pernah kita alami bersama, yang mana merupakan sebuah keprihatinan besar di sepanjang sejarah klub ini,” klub memberikan penjelasan.
“Langkah ini kami ambil setelah melewati beberapa diskusi yang positif. Di dalam diskusi tersebut, kami merasa prihatin atas situasi yang berat karena pandemi Covid-19. Para pemain dan staf menunjukkan niat yang besar untuk membantu keluarga-keluarga Arsenal.”
Keikhlasan yang ditunjukkan AS Roma dan Arsenal, serta klub-klub yang namanya belum dibuka ke publik, adalah sikap yang kita butuhkan bersama. Tahun 2020 adalah tahun kolaborasi, bukan sekadar kompetisi. Ada sisi manusia yang harus selalu dijaga. Sisi kepedulian kepada sesama dengan saling membantu.
Pandemi corona masih akan berlangsung dalam waktu lama. Belum kalau kita membicarakan dampaknya selama beberapa tahun ke depan. Rakyat, yang masuk ke dalam jaring pengaman sosial pun belum tentu “selamat”, seperti di Italia. Bagaimana dengan orang yang tidak tertangkap radar kebaikan banyak orang?
Apalagi kalau pemerintah di negara tersebut adalah sekumpulan orang sombong, bajingan bebal, meremehkan, tidak tahu malu, tidak bisa bekerja, anti-sains, dan geraknya seperti siput ketika mengambil kebijakan yang menentukan nyawa rakyat. Rakyat di negara tersebut harus menjelma menjadi AS Roma dan Arsenal.
Rakyat harus bersatu. Jangan takut kepada represi salah alamat dari negara. Rakyat berkumpul dan bersolidaritas untuk sesama, kok, malah dibubarkan. Seakan-akan negara sudah paling benar. Mengurusi dan jujur dengan data saja tidak becus, kok malah membubarkan rakyat yang berdaya mandiri untuk sesama. Bajingan betul.
Niat adalah kata yang luhur di tengah masalah dunia. Niat, menggerakkan kesadaran orang untuk membantu. Terutama di tengah ancaman kelaparan yang akan melanda dunia kalau negara dan orang-orang punya kuasa sibuk menutup kuping dan nurani dari kenyataan.
Kemalangan yang menimpa Yuli, warga Kecamatan Serang, yang meninggal dunia karena kelaparan tidak boleh lagi terjadi. Yuli, meninggal dunia di Puskesmas Singandaru, Senin (20/4), pukul 14.30 WIB. Yuli meninggal dunia setelah dikabarkan dua hari tidak makan lantaran kesulitan ekonomi di tengah pandemi Covid-19.
Ini ironi yang sangat menyayat hati. Ketika rakyat mengorganisasi diri untuk membantu sesama dengan menyediakan bahan pangan, malah dibubarkan. Ketika rakyat mau peduli, malah direpresi oleh negara. Perut yang lapar bisa menjadi awal dari semua masalah. Kalau negara tidak becus merawat rakyat, biar rakyat yang mengikuti jalan AS Roma dan Arsenal.
Jangan ganggu rakyat yang tengah berkonsolidasi untuk kebaikan. Kalau negara tidak becus, sebaiknya tutup mulutmu yang penuh racun itu. Biarkan kebaikan mengalir. Biarkan rakyat terinspirasi oleh kesukaan mereka, sepak bola, seperti yang ditunjukkan oleh AS Roma, Arsenal, dan orang baik lainnya.
BACA JUGA Liverpool yang Malang: Tentang Kegagalan Paling Puitis Abad Ini atau tulisan-tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.