Sebat Dulu kali ini kedatangan Binasrul, atau yang akrab disapa Coip — seorang seniman dan kreator serba bisa. Karyanya menjelajah banyak bidang, dari musik, stand up comedy, hingga dunia konten digital.
Obrolan dimulai dengan cerita ringan seputar kuliner khas Bantul. Coip mengenang sate klathak legendaris yang menjadi ikon daerah, juga mie ayam dengan rasa unik yang punya penggemar fanatik dengan “sekte” tersendiri. Dari cerita makanan, suasana obrolan pun terasa akrab, seperti duduk di warung sambil menertawakan hal-hal kecil.
Dari kuliner, pembahasan mengalir ke dunia komunitas stand up comedy Jogja. Coip mengenang masa-masa awal komunitas yang hanya berisi komika nongkrong dan open mic. Seiring waktu, ruang ini berkembang menjadi ajang eksplorasi seni lain, termasuk membentuk band kocak bernama “Pensilalis” bersama rekan-rekannya.
Tak berhenti di situ, Coip membagikan lika-liku menjadi kreator: proses kreatifnya, pengalaman lucu saat membentuk band, hingga kisah pahit ketika akun media sosialnya diretas dan banyak karya viralnya hilang. Dari sana, ia juga menyinggung pandangannya tentang ekonomi akar rumput yang kian berat, dan bagaimana kondisi itu memengaruhi gaya ia bersuara di media sosial.
Menariknya, pembicaraan sempat menyentuh skenario “andai saja” — jika suatu hari ia menjadi bupati Bantul. Dengan nada setengah bercanda, ia membayangkan membentuk tim yang sefrekuensi, memperbaiki fasilitas, dan menyingkirkan pejabat yang tak beres. Tapi ia menegaskan, jabatan bukanlah cita-citanya.
Obrolan pun ditutup dengan refleksi: harapannya agar Bantul lebih maju dibanding lima tahun terakhir, sambil tetap mempertahankan kehangatan warganya. Semua itu ia sampaikan dengan gaya khasnya — membungkus pesan serius dengan kelakar ringan.
Sebuah perbincangan yang memadukan nostalgia, kritik sosial, dan humor yang hangat, membumi, dan penuh rasa.







