Bertani dan bercocok tanam bukan sekadar soal menanam, merawat, memanen, lalu memasarkan hasilnya. Lebih dari itu, penting juga membangun pola tanam yang berkelanjutan—termasuk memanfaatkan hal-hal yang selama ini dianggap tak berguna, menjadi sumber inovasi pangan.
Budhe Somplak, seorang petani dari Sleman, Yogyakarta, menunjukkan jalan itu. Ia gemar belajar dan bereksperimen dengan tanaman liar yang kerap dipandang sebelah mata. Bagi Budhe, tanaman liar bisa menjadi sumber pangan, obat, pupuk alami, bahkan tempat hidup bagi para polinator.
Apa yang dianggap gulma, bagi Budhe justru menyimpan potensi besar bagi ketahanan pangan dan kelestarian ekosistem. Lewat kebun kecilnya, ia mengajak kita mengubah sudut pandang terhadap sistem dan kalender pertanian konvensional.
Menurutnya, tanaman lokal bisa menjadi penanda musim yang lebih akurat. Misalnya, lempuyang. “Kalau daunnya mulai ngeripai atau menguning, itu tandanya musim kemarau mulai datang. Kalau sudah kering betul, itu artinya siap dipanen,” jelas Budhe.
Tak hanya itu, ia juga menyoroti potensi ubi sebagai sumber karbohidrat masa depan, serta pentingnya penggunaan pupuk dan pestisida alami sebagai solusi pertanian berkelanjutan.
Gagasannya tentang Festival Kiamat Ekosistem menjadi ruang diskusi lintas sektor untuk menyelamatkan ekosistem lewat kearifan lokal.
Saksikan kisah inspiratif Budhe Somplak di episode terbaru kalcersok dan temukan harapan baru dari tanaman liar—bagi petani dan juga bumi.







