Dalam episode Putcast kali ini, Kepala Suku Mojok berbincang hangat dengan Kukuh Prasetya Kudamai. Ia adalah musisi dan aktor asal Madiun yang kini menetap serta berkarya di Yogyakarta. Kukuh, begitu ia akrab disapa, dikenal sebagai seniman yang aktif di dunia musik dan teater. Ia juga memiliki visi kuat tentang pentingnya membangun industri kreatif dari daerah. Baginya, berkarya tidak harus bergantung pada hiruk-pikuk ibu kota.
Obrolan ini menelusuri berbagai sisi hidupnya. Dari masa-masa sulit bertahan hidup di perantauan, hidup sederhana di kos Jogja, hingga akhirnya mampu merilis karya penuh makna. Ia tengah menyiapkan mini album bertema transportasi, hasil proses panjang selama bertahun-tahun. Lagu-lagu seperti “Kapal Kehilangan Pelabuhan” dan “Pesawat Mabur” sarat dengan cerita dan perasaan. Karya ini bukan sekadar lagu, tetapi cerminan dari pengalaman, kontemplasi, dan laku tirakatnya sebagai seniman.
Doa ibu dan jalan pulang
Kukuh juga bercerita tentang kehidupan pribadinya. Ia menyoroti peran besar sang ibu, seorang guru desa yang penuh kasih. Nilai-nilai seperti ketulusan, kerja keras, dan kesederhanaan membentuk cara pandangnya dalam hidup dan berkarya. Ia percaya, kesuksesan hari ini bukan hanya hasil kerja keras pribadi, tapi juga buah doa dan kebaikan dari orang tua serta leluhur.
Banyak momen jenaka dan menyentuh terselip dalam perbincangan ini. Dari kisah Vespa, mie ayam, hingga perjuangan mengolah tempe saat pandemi. Semua menjadi bagian dari spiritualitas keseharian yang kukuh jalani. Sebuah pengingat bahwa perjalanan seni bukan hanya soal panggung, tapi juga tentang bertahan, berbagi, dan mencintai hal-hal kecil dengan tulus.
Obrolan ini adalah perayaan atas seni yang membumi. Tentang perjuangan manusiawi dan cinta pada tanah kelahiran. Saksikan kisah inspiratif Kukuh. Temukan bagaimana keteguhan hati dan nilai keluarga bisa menjadi kekuatan dalam menapaki jalan kesenian.
Tonton video lengkapnya sekarang. Siapa tahu, kamu pun akan menemukan inspirasimu sendiri.







