Siapapun menteri pendidikannya, Indonesia butuh menteri yang melek apresiasi ke guru. Toh, ini nanti juga akan mempengaruhi nasib jurusan pendidikan. Jika tidak, saya khawatir di masa depan jurusan pendidikan ini nggak diminati lagi loh…
“Enak ya jadi anak jurusan pendidikan, materi yang dibahas gampang dan mahasiswanya santai-santai” ucap mahasiswa jurusan lain.
Loh, belum tahu aja gimana rasanya jadi mahasiswa pendidikan yang setiap hari prekognisi ketika lulus nanti jadi guru nggak ya. Belum lagi, ditekankan untuk selalu bisa memahami keheterogenan pribadi setiap siswa.
Dilema di dunia pendidikan tidak hanya dirasakan bagi guru di seluruh pelosok negeri ini. Rupanya juga dirasakan oleh Cagur (Calon Guru) loh, istilah tersebut selalu melekat di hati mahasiswa jurusan pendidikan. Seperti yang dirasakan sekarang, dimana kemendikbud akan meluncurkan program baru di tahun 2024 berupa marketplace guru.
Sebagai Cagur hal ini menimbulkan kegundahan yang berarti bagi kita, di mana permasalahan guru honorer dan kurikulum saja belum diselesaikan dengan baik, justru malah ditambah lagi dilema pendidikan Indonesia.
“Apakah lebih baik ganti jurusan saja ya, kok semakin ke sini prospek dunia pendidikan semakin miris”. “Belum lagi kalau dihitung-hitung kurangnya penghasilan, tapi kalau nggak ada guru siapa yang akan mencerdaskan anak bangsa?” ucapnya.
Sejatinya pendidikan Indonesia ini mau dikemanakan? Lalu bagaimana nasib para mahasiswa jurusan pendidikan nantinya? Apakah lapangan pekerjaan akan terjamin. Toh sekarang banyak lulusan jurusan pendidikan, yang kerjanya tidak sesuai dengan basickeilmuannya loh.
Fresh graduate yang bingung mau jadi apa
Setelah menempuh masa kuliah selama empat tahun, pastinya fresh graduate jurusan pendidikan memikirkan mau jadi guru di sekolah mana ya? Biar ilmu yang dipelajari bisa diajarkan dan pekerjaan sesuai dengan basic keilmuan.
Banyak juga fresh graduate merasa bingung loh, jika mengambil profesi sebagai guru. Hal ini tidak lain dipengaruhi karena sistem pendidikan sekarang yang kurang adanya apresiasi bagi seorang guru. Apakah kurangnya apresiasi dari pemerintah ini dilatar belakangi oleh istilah yang melekat pada seorang guru “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”, sungguh naif sekali jika istilah itu disalahartikan.
Fresh graduate jurusan pendidikan pasti juga berpikir dua kali jika mengambil prospek menjadi seorang guru. Di mana kebijakan pemerintah sekarang menjadi guru PNS saja sudah dihilangkan, yang diganti dengan P3K.
Kebijakan ini merupakan salah satu faktor fresh graduate berat hati untuk jadi guru, karena syarat P3K harus mengabdi dulu sesuai batasan yang ditentukan. Sebenarnya ada cara lain yang dapat ditempuh bagi mereka, yaitu masuk di PPG prajabatan selama satu tahun untuk mendapatkan sertifikasi. Namun, cara ini juga bukan solusi karena setelah lulus nanti masih digantungkan dengan tempat pengabdian.
Meskipun kebijakan pemerintah seperti itu, rupanya masih terdapat sekolah yang membuka lowongan guru honorer loh. Tapi, apakah fresh graduate akan berminat menjadi seorang guru honorer? Sejatinya tidak perlu dirisaukan wahai para fresh graduate, nggak jadi guru boleh-boleh saja kok. Misal nanti jadi sekretaris dinas pendidikan, kepala sekolah, ketua yayasan, atau menteri pendidikan dan kebudayaan kan bisa saja. Toh, ilmunya nanti juga masih bisa diterapkan.
Mahasiswa jurusan pendidikan dikenal karena pakaiannya
Sebagai anak pendidikan, dipandangan anak jurusan lain, kami mudah sekali dikenali loh. Karena di kampus tepatnya di UIN Surakarta, kami identik dengan pakaian yang terkenal sangat rapi dan sopan. Hakikatnya di fakultas kami (tarbiyah), akan jarang sekali menemui mahasiswi yang menggunakan celana, make up tebal dan memakai tren gaya berpakaian.
Apalagi mahasiswanya, kalian tidak akan bisa menemukan anak yang memakai outfit kaos polos dan kemeja yang tidak dikancing, padahal berpakaian seperti itu sudah menjadi tren dimana-mana. Namun, rasanya mustahil jika jadi mahasiswa jurusan pendidikan ingin menggunakan pakaian seperti itu apalagi ini UIN Loh.
Jangan kaget kalau jadi anak pendidikan, karena akan sering mengenakan atau menemui mahasiswa memakai pakaian batik. “Pakai batik terus mau ke hajatan ya mas” ucapan tersebut sering didengar, jadi jangan tercengang loh ya.
Tidak ada salahnya kok mengenakan pakaian batik, hitung-hitung melestarikan warisan budaya Indonesia. Pakaian yang dikenakan tersebut memang sudah naluri yang harus dibentuk sebagai Cagur. Hal ini merupakan bagian investasi anak pendidikan, yang nantinya menjadi panutan di sekolah bagi anak didiknya. Jika kalian tidak nyaman dengan aturan pakaian yang diterapkan, jangan coba-coba jadi mahasiswa jurusan pendidikan deh.
Keluh kesah mahasiswa jurusan pendidikan
Kebanyakan kampus, jurusan pendidikan merupakan jurusan paling tua dan memiliki daya tampung mahasiswa yang banyak tetapi tidak dengan fasilitasnya. Di Kampus saya, seringkali mahasiswa jurusan pendidikan cemburu dengan fasilitas fakultas lain yang lebih baik.
Apalagi fakultas kami sudah disendirikan dan pindah gedung, kok fasilitas yang diberikan masih kalah. Apakah ini karena kami hanya mahasiswa jurusan pendidikan? entahlah.
Seorang sarjana pendidikan dalam proses pembelajaran, diharapkan untuk bisa menguasai dan memahami betul kurikulum yang ada. Coba bayangkan, selama perkuliahan harus bisa memahami kurikulum KTSP, K13 dan Kurikulum Merdeka.
Faktor tersebut imbas dari adanya gonta ganti kurikulum, di mana lembaga pendidikan Indonesia realitanya belum seragam dalam menerapkan kurikulum yang digunakan. Sehingga sarjana pendidikan harus mampu menerapkan semua kurikulum tersebut, sesuai kebutuhan kurikulum sekolah yang telah ditentukan nantinya.
Belum lagi, jika bertemu dengan dosen yang memiliki latar belakang basic keilmuan berbeda di setiap semesternya. Harus banyak-banyak bersabar deh, karena rasanya “ngeri-ngeri sedap”. Oya jika kalian suka tantangan tersebut kami tunggu login jurusan pendidikan ya, asik kok. Sukses untukmu.
Achfan Aziz Zulfandika,
Jl. Pantai Klayar, KM. 02, Donorojo, Pacitan, Jawa Timur,
[email protected]
BACA JUGA Saya Frustasi dengan Polusi di Jakarta dan keluh kesah lain dari pembaca Mojok di UNEG-UNEG
Keluh kesah dan tanggapan Uneg-uneg bisa dikirim di sini