Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Uneg-uneg

Street Food Indonesia, Musiman?

Redaksi oleh Redaksi
18 Desember 2022
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Beberapa tahun terakhir istilah street food tak jarang hinggap di telinga kita. Street food atau yang sebelumnya dikenal dengan pedagang kaki lima merupakan destinasi wisata kuliner yang bertempat di pinggir jalan.

Sebenarnya keberadaan street food ini menguntungkan baik bagi pedagang maupun pembeli. Street food mempermudah pedagang dan pembeli untuk bertemu di suatu kawasan. Pedagang mempunyai tempat untuk berjualan dan pembeli memiliki beragam pilihan makanan berjejer untuk dibeli. Namun, keberadaan street food sendiri masih sering diperdebatkan. Banyak ditemui street food yang menempati kawasan tanpa perizinan yang semestinya, seperti menempati trotoar dan bahu jalan sehingga mengacaukan tata ruang dan wilayah kota.

Street food tak dapat dipisahkan dari makanan dan minuman. Di Indonesia tak jarang kita mendengar istilah makanan atau minuman musiman. Masyarakat menilai makanan atau minuman musiman itu sebagai makanan dan minuman viral yang baru muncul diikuti dengan munculnya pedagang baru secara serentak yang sama-sama menjual produk tersebut kemudian meredup dan hilang dengan sendirinya. Es kepal milo, es krim pot, capucino cincau, garlic bread, dan kentang tornado merupakan beberapa contoh makanan dan minuman yang dianggap musiman dan sering kita jumpai di antara pedagang street food.

Memangnya apa yang salah dari makanan dan minuman musiman? Tidak mutlak salah memang, tetapi dinilai kurang baik bagi keberlanjutan usaha pedagang itu sendiri. Pedagang belum sempat mengembangkan usaha barunya itu karena produk tersebut terlanjur turun peminatnya dan tergantikan oleh makanan atau minuman baru yang lebih viral. Mau tidak mau pedagang tersebut mengikuti arus dengan mengganti produk dagangannya.

Tanpa disadari fenomena “musiman” hadir seiring munculnya globalisasi yang memudahkan masyarakat mengakses informasi dan ide tanpa batas. Maka, tak heran muncul seseorang yang terinspirasi dari suatu usaha di daerah lain kemudian membuka usaha tersebut di daerahnya hingga hal semacam ini dianggap sudah biasa.

Pernahkah terbesit dalam pikiran, mengapa fenomena “musiman” ini bisa terjadi? Produk street food ditawarkan dengan harga yang cenderung rendah dengan menyasar kalangan menengah ke bawah. Dengan harga yang terjangkau dan permintaan akan produk yang tinggi, tentunya pedagang produk street food yang dinilai musiman ini akan cepat mendapat untung. Meskipun begitu, harga tetap berpengaruh pada kualitas produk itu sendiri. Kebanyakan masyarakat membeli produk viral hanya untuk memuaskan rasa penasarannya dan rasa FOMO (fear of missing out). Kualitas produk yang di bawah standar dan tidak memenuhi ekspektasi masyarakat lambat laun menyebabkan permintaan akan produk tersebut menurun. Berakhir dengan pedagang yang beralih ke produk viral lain dan begitu seterusnya. Semua ini tidak lain dan tidak bukan dilatarbelakangi oleh niat pedagang yang hanya ingin untung cepat tanpa mempertimbangkan keberlanjutan usaha mereka.

Korean food merupakan salah satu contoh makanan musiman di Indonesia. Korean food telah hadir dan dikenal masyarakat Indonesia sejak beberapa tahun silam. Hal ini merupakan hasil globalisasi melalui K-Drama, K-Movie, dan K-Pop. Saat ini tak sulit mencari pedagang yang menjual Korean street food atau makanan luar negri lainnya dengan harga merakyat yang sebelumnya hanya ditemui pada resto dan café khusus. Tak heran apabila pedagang cimol, cilot, cireng, cilor, dan aci-aci lain bersandingan dengan tteokbokki, gimbab, corndog, odeng, dan permen dalgona di pinggir jalan.

Pada awal munculnya Korean street food di Indonesia antusiasme masyarakat sangat tinggi. Namun, kualitas dan keautentikan produk tidak dapat berbohong dan seakan menjadi bom waktu. Selain itu, perasaan bosan pun mulai muncul karena tidak adanya inovasi dan rasa makanan yang dinilai aslinya “ga enak-enak banget”. Ditambah muncul komplain bahwa makanan tersebut tidak menggunakan bahan-bahan yang seharusnya digunakan, tetapi yang penting bentuknya mirip lalu melabeli produknya sebagai Korean food. “Makanan frozen saos Korea skrg udah nggak ada yg enak, ngasih saos pada semena-mena bgt dan ga enak. Asal ada topokki doang udah dibilang Korea,” ungkap salah satu pengguna Twitter.

Saat ini Korean food memang masih satu-dua ditemui pada jejeran street food di Indonesia dengan permintaan yang tak setinggi dulu tentunya. Kualitas dan keautentikan produk ini dirasa kurang layak untuk dipromosikan sebagai daya tarik wisatawan. Penilaian dasar dari hidangan adalah rasa. Jika mengecewakan lalu apa? Selain rasa, hal menarik di balik suatu hidangan itu juga dibutuhkan untuk menarik para calon pelanggan. Maka, sebaiknya dalam memilih ide produk dagangan itu dipertimbangkan secara matang. Tidak harus autentik, tetapi juga tidak serta merta menelannya mentah-mentah. Ide tersebut dapat diinovasi lebih dahulu dan dapat dipertanggungjawabkan nantinya.

Perlu ditekankan bahwa street food tidak hanya menjual makanan musiman dan makanan luar non autentik tentunya. Masih banyak ditemui pedagang makanan asli Indonesia yang nilai keautentikannya masih terjaga. Jangan salah! Sekalipun pedagang street food menawarkan makanan dan minuman musiman atau non autentik mereka tetap membantu perputaran roda perekonomian. Meskipun akan sangat jauh dari keajegan apalagi perkembangan. Tentunya masih banyak pr yang harus digarap pemerintah mengenai hal ini. Masyarakat baik sebagai pedagang maupun pembeli juga harus lebih bijaksana dan ikut serta mendukung upaya dalam menciptakan budaya kuliner yang lebih ideal di Indonesia yang diharapkan dapat dijadikan daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara.

Defitri Dwi Nugraheni
Kab. Sleman
[email protected]

Uneg-uneg, keluh kesah, dan tanggapan untuk Surat Orang Biasa bisa dikirim di sini

Terakhir diperbarui pada 20 Desember 2022 oleh

Tags: street foodsurat orang biasauneg-uneg
Redaksi

Redaksi

Artikel Terkait

Overthinking Siswa SMA yang Akhirnya Berhasil Kuliah Jalur SNBP di Universitas Trunojoyo Madura MOJOK.CO
Uneg-uneg

Overthinking Siswa SMA yang Akhirnya Berhasil Kuliah Jalur SNBP di Universitas Trunojoyo Madura

20 April 2024
Kelakuan Pengemudi Mobil di Surabaya Bikin Orang Banyak-banyak Istigfar MOJOK.CO
Uneg-uneg

Kelakuan Pengguna Mobil di Surabaya Bikin Orang Banyak-banyak Istigfar

13 Maret 2024
Surat Cinta untuk Petugas Parkir Liar di Jakarta yang Cuma Modal Peluit MOJOK.CO
Uneg-uneg

Surat Cinta untuk Petugas Parkir Liar di Jakarta yang Cuma Modal Peluit

10 Maret 2024
Jalur Pantura Semarang-Kudus Adalah Alasan Saya Merem Melek dan Misuh! MOJOK.CO
Uneg-uneg

Jalur Pantura Semarang-Kudus Adalah Alasan Saya Merem Melek dan Misuh!

9 Maret 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

UGM.MOJOK.CO

Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

25 Desember 2025
Sarjana nganggur digosipin saudara. MOJOK.CO

Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis

22 Desember 2025
38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal. MOJOK.CO

Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal

26 Desember 2025
Pasar Kolaboraya tak sekadar kenduri sehari-dua hari. Tapi pandora, lentera, dan pesan krusial tanpa ndakik-ndakik MOJOK.CO

Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik

23 Desember 2025
Praja bertanding panahan di Kudus. MOJOK.CO

Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan

20 Desember 2025
Melalui Talent Connect, Dibimbing.id membuat bootcamp yang bukan sekadar acara kumpul-kumpul bertema karier. Tapi sebagai ruang transisi—tempat di mana peserta belajar memahami dunia kerja MOJOK.CO

Talent Connect Dibimbing.id: Saat Networking Tidak Lagi Sekadar Basa-basi Karier

24 Desember 2025

Video Terbaru

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.