Semua orang baik laki atau perempuan, baik tua maupun muda pasti pernah mengalaminya. Walaupun kecenderungan gejala ini lebih banyak dialami oleh ibu-ibu atau emak-emak. Saya sendiri pernah mengalaminya. Sering tiba-tiba lupa.
Pernah suatu ketika bertemu dengan seorang kenalan di jalan dan saya harus memeras otak untuk mengingat namanya dan sampai di rumah barulah nama itu tiba-tiba muncul. Atau misalnya saat ingin mengatakan sesuatu, tiba-tiba saja mendadak “amnesia”. Padahal belum lama berselang kita sedang memikirkannya, namun sekelebat semua itu hilang dalam ingatan atau memori kita.
Ada juga pengalaman teman yang lupa mematikan kompor. Dia baru ingat ketika sudah berada di salah satu mal dengan keluarganya. Secepat kilat dia memutar otaknya dan memutuskan naik gojek sengebut-ngebutnya untuk pulang ke rumah, tentunya tanpa sepengetahuan anggota keluarganya. Hal yang dia khawatirkan benar terjadi. Asap di dapur sudah naik sampai ke langit-langit rumahnya. Untungnya api belum sempat menjilat seluruh atap rumahnya.
Ada lagi pengalaman teman saya yang note bene ’emak-emak’ juga dengan usia paruh baya. Dia bercerita pernah meninggalkan mobilnya dalam keadaan mesin sedang menyala di depan rumahnya. Waktu itu dia masuk ke dalam rumah untuk mengambil sesuatu tetapi dia lupa mematikan mesin mobil.
Untungnya, sopir tetangga menyelamatkannya dengan buru-buru mematikan mesin mobil dan menyerahkan kunci padanya. ” Bu, kunci mobil kenapa ditinggal dalam mobil yang sedang menyala? apa nga takut di gondol maling bu??” ujar sang sopir pada teman saya yang hanya bisa ‘melongo’.
Ada rasa geli campur haru mendengar cerita teman-teman saya itu. Beruntunglah semua bisa terselamatkan. Mungkin kita berpikir kok bisa sampai separah itu ya lupanya, padahal belum tua-tua amat. Kadang ada rasa khawatir yang hinggap; jangan-jangan ini gejala awal dimensia?
Doorway Effect
Sebetulnya kondisi yang pernah dialami di atas secara psikologis disebut dengan “doorway effect,” yaitu kondisi saat pikiran kita teralihkan dalam beberapa detik saja. Keadaan ini terjadi ketika otak kita sedang sibuk. Suatu peristiwa psikologis yang diketahui di mana ingatan seseorang menurun.
Fenomena ini juga dapat terjadi akibat adanya distraksi (pengalihan pikiran). Distraksi tersebut dapat mengganggu fokus kita, sehingga dapat melupakan maksud atau tujuan dalam pikiran awal kita.
Disamping itu, kelelahan fisik seperti kurang tidur bisa juga menjadi pemicu. Demikian pula perubahan hormon atau sedang dalam terapi pengobatan tertentu dan diet ketat yang kesemuanya itu bisa mempengaruhi cara kerja otak manusia yang menyebabkan sering lupa dan sulit berkonsentrasi atau “telmi” alias telat mikir bahkan sulit mencari solusi dalam memecahkan suatu persoalan.
Nah, untuk mengatasi terjadinya penyakit sering lupa ini, maka anda perlu fokus pada pikiran awal sebelum pikiran lain mulai bercabang, selain membuat catatan penting (list) mengenai rencana yang akan dilakukan. Ada baiknya anda melatih otak agar tetap aktif dengan cara melakukan aktivitas atau keterampilan yang bisa menstimulasi pikiran dan fisik.
Seperti rutin berolah raga, bermain musik atau hobi yang menantang. Bisa juga anda menghabiskan waktu dengan teman-teman. Membuat janji temu atau traveling untuk meng-eksplor tempat-tempat yang baru. Selain itu menjaga pola makan yang sehat, hindari mengkomsumsi alkohol dan tentunya istirahat yang cukup.
Hidup sehat dan teratur akan menjadikan otak tetap sehat untuk mudah mengingat sesuatu alias tidak mudah lupa.
Hj. Erlies Erviena M.Ag (Penulis buku: “Kepemimpinan Perempuan dalam Al-Qur’an”
Cirendei-Tangsel 15418, [email protected]
Uneg-uneg, keluh kesah, dan tanggapan untuk Surat Orang Biasa bisa dikirim di sini