Dilema P3K untuk Guru TK Swasta

Dilema P3K untuk Guru TK Swasta MOJOK.CO

Ilustrasi Dilema P3K untuk Guru TK Swasta MOJOK.CO

Saya adalah seorang Kepala TK di lembaga swasta yang sudah mengabdikan diri selama 14 tahun menjadi seorang pendidik PAUD. Menjadi seorang pendidik PAUD sebenarnya bukanlah cita-cita saya, namun karena tuntutan kondisi sosial yang membawa saya untuk menjadi sorang guru PAUD. 

Berawal dari tahun 2019 karena mengikuti tugas suami mengharuskan saya berpindah tempat tinggal atau domisili. Awalnya saya berdomisili di Pulau Jawa harus pindah ke Pulau Kalimantan. 

Kebetulan orang tua dari suami saya memiliki lembaga PAUD, karena saya tidak memiliki kesibukan selain mengurus anak, oleh ibu mertua saya disuruh untuk ikut mengajar di lembaga PAUD tersebut. 

Setelah berbincang dan meminta izin suami, maka bergabunglah saya menjadi guru di PAUD tersebut. Saya tidak memiliki pengalaman dalam mengajar dan background guru. Namun, pengalaman selama saya menunggui anak sewaktu sekolah PAUD dulu saya terapkan. 

Saya dahulu sering melihat bagaimana cara guru TK anak saya mengajar dan menstimulasi anak-anak. Dari pengalaman itulah saya gunakan untuk mengajar di kelas. 

Awalnya saya merasa bingung dan terkendala dengan bahasa yang digunakan, karena saya adalah orang Jawa asli sedangkan bahasa pengantar yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar adalah bahasa Banjar. 

Apabila kita menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar anak-anak nampak kebingungan dengan bahasa kita…. He..he.. Namun seiring waktu berjalan saya bisa beradaptasi.. banyak anak-anak tertarik dengan metode saya mengajar.

Semakin cinta menjadi guru PAUD

Seiring waktu berjalan kemudian saya semakin mencintai pekerjaan saya dan saya tertarik untuk meningkatkan kualifikasi dan kompetensi saya. Kemudian pada tahun 2012 saya melanjutkan studi ke S1 PAUD dan kebetulan pada waktu itu ada program percepatan dari Kampus yang bekerjasama dengan pihak Kementerian yakni Program S1 PAUD Konversi. 

Kami para mahasiswa sangat diuntungkan dengan adanya program tersebut karena dalam waktu 2,5 tahun kami bisa menyelesaikan S1. Dan alhamdulillah pada tahun 2015 saya lulus dengan predikat cumlaude. Banyak ilmu yang saya dapatkan dari para dosen tempat saya kuliah. Dan kemudian saya terapkan dalam mengajar di lembaga. 

Kemudian pada tahun 2018 yayasan mengangkat saya menjadi kepala sekolah. Saya sebenarnya merasa belum pantas untuk menyandang tanggung jawab tersebut, karena masih banyak beberapa guru yang lebih senior masa kerjanya dari saya. 

Namun, berdasarkan rapat bersama dengan yayasan, teman-teman memilih saya untuk menjadi kepala sekolah yang baru. Dengan adanya jabatan yang baru saya merasa semakin mempunyai beban tanggung jawab moral yang besar karena harus menjadi nahkoda untuk kemajuan lembaga. 

Baca halaman selanjutnya

Apresiasi yang kurang dari pemerintah daerah untuk guru swasta

Apresiasi yang kurang dari pemerintah daerah untuk guru swasta

Saya mempunyai prinsip bahwa jabatan yang saya emban tersebut hanyalah sebuah nama yang mewakili di struktur organisasi. Namun, kerjasama dan komunikasi bersama teman-teman guru yang lain adalah kunci utamanya.

Saya tidak pernah merasa menjadi seorang kepala sekolah, tapi saya merasa saya sebagai wakil kepanjangan tangan dan lidah dari teman-teman guru di sekolah saya untuk menyelesaikan administrasi kerja. Alhamdulillah saya memiliki teman-teman guru yang solid dan membuat saya merasa nyaman di lembaga.

Saya termasuk orang yang suka menambah ilmu dari berbagai sumber, karena saya tipikal orang yang suka penasaran terhadap suatu hal-hal yang baru dan senang mencoba. Banyak program dari Kementerian yang sudah saya ikuti.

Di antaranya saya terpilih sebagai salah satu guru yang mewakili daerah saya sebagai Instruktur Nasional pada program Guru Pembelajar karena nilai UKG saya tinggi. Beberapa tahun berikutnya menjadi Guru Inti. Kemudian mencoba mendaftar menjadi Asesor PAUD dan alhamdulillah lulus tahapan testnya dan terakhir kemarin mengikuti program Guru Penggerak.

Namun, segala prestasi yang sudah saya raih tersebut terkadang tidak sebanding dengan apresiasi yang saya dapatkan dari Pemerintah Daerah. Dan saya tetaplah menjadi seorang kepala sekolah di lembaga swasta yang menjalankan tugas dan kewajiban seperti biasanya. 

Kebijakan pemerintah alihkan sekolah swasta ke negeri

Seiring perkembangan zaman dan kebijakan pemerintah, sekarang ini ramai di daerah saya banyak yayasan yang mengalihkan sekolah swasta menjadi sekolah negeri. Alasannya supaya guru-gurunya dapat diangkat statusnya menjadi guru PPPK. 

Secara pesat dalam jangka waktu kurang dari 1 tahun banyak bermunculan TK Negeri dan guru-gurunya secara bertahap menjadi PPPK. Hal ini yang memicu guru-guru PAUD di sekolah swasta beralih haluan mengikuti test PPPK dengan Kategori Umum, dengan harapan supaya bisa menjadi guru PPPK. Walaupun harus mengajar di Sekolah Dasar Kelas 1 atau Kelas 2. Mereka juga siap ditempatkan di pelosok sekolah manapun yang kekurangan tenaga guru. 

Saya suka mengamati dan menganalisa perubahan kondisi sosial tentang fenomena tentang banyaknya guru-guru PAUD yang berbondong-bondong mengikuti test PPPK tersebut. Karena memang tidak dapat dimungkiri semua itu berawal dari minimnya kesejahteraan yang para guru PAUD dapatkan. 

Menunggu kebijakan pemerintah pusat mengangkat tenaga honorer yang mengajar di sekolah swasta

Honor yang dalam sebulan jika dikalkulasikan dengan tenaga yang harus keluar tidak sebanding. Mau tidak mau mereka harus menerima semua itu dengan kelapangan dada dan senyuman yang lebar. Dari hal itu adanya celah atau peluang test PPPK yang pemerintah daerah buka tentunya tidak disia-siakan oleh teman-teman saya. 

Namun, beda lagi dengan pola pikir saya dan sebagian kecil teman-teman saya yang lain. Kami masih setia tetap bertahan dan mengelola serta mengajar di lembaga TK swasta. Harapannya suatu saat nanti akan ada kebijakan dari pemerintah pusat yang akan mengangkat tenaga-tenaga honorer guru yang mengajar di sekolah swasta.

Tentunya dengan syarat dan ketentuan berlaku yang pemerintah pusat tentukan. Karena dengan adanya program PPPK ini banyak sekolah TK swasta yang kehilangan guru-gurunya karena mereka pindah tugas ke sekolah negeri. 

Banyak lembaga-lembaga yang tidak mempunyai guru. Lalu kalau sudah seperti itu kondisinya bagaimana nasib anak-anak yang sudah bersekolah di tempat tersebut. Hal itu akan menambah pekerjaan rumah pemangku kepentingan daerah lagi, karena akan timbul masalah-masalah baru lagi.

Wika Wuri Utami Jl. Berangas Timu Gg. Pelopor RT. 01 Kec. Alalak Kab. Barito Kuala Prov. Kalimatan Selantan wikawuriutami@gmail.com

BACA JUGA Jadi Guru PAUD Sekaligus Operator dan Bendahara Sekolah: Sangat Melelahkan dan keluh kesah lain dari pembaca Mojok di UNEG-UNEG

Keluh kesah dan tanggapan Uneg-uneg  bisa dikirim di sini

Exit mobile version