Fenomena yang populer di kalangan lulusan bahasa Indonesia adalah sebuah guyonan ketika orang bertanya, “Kuliah jurusan apa?”
Sebagai masyarakat Indonesia yang senang berbasa-basi, entah itu di jalan, di angkot, menunggu kembalian di warung, bahkan neduh pas hujan, pasti akan saling bertukar tanya. Biasanya pertanyaan, “Masih sekolah atau udah kerja?”
Saya sebagai mahasiswa jurusan bahasa Indonesia, akan menjawab pertanyaan ini dengan nada mantap dengan suara yang tegas kalau saya masih kuliah.
Tapi, ada pertanyaan lanjutan “Oh, kuliah di mana?” menjawab pertanyaan ini pun masih dengan suara yang mantap, walaupun nadanya sudah makin lemah. Soalnya kalau bukan salah satu universitas favorit, rada gentar juga jawabnya hahaha. Dan sampailah di pertanyaan horor bagi mahasiswa jurusan bahasa Indonesia, “Ambil jurusan apa?” dan tentu saja jawabannya akan mengalun lemah lembut dan hampir tidak terdengar.
Kenapa? Malu? Bukan. Bukan masalah malu, tapi masalah pertanyaan berikutnya yang sungguh nggak habis pikir. “Lho, kok nggak ambil jurusan hukum atau matematika saja?”
Aneh kan? Emang kenapa sih kalau jurusan bahasa Indonesia? Nggak jarang bahkan ada pertanyaan, “Kan tiap hari udah ngomong bahasa Indonesia, kok ambilnya nggak bahasa Inggris aja?”
Haduh, sesungguhnya udah mau ngereog. Tapi akhirnya ya sudahlah. Mau dijelasin juga orang nggak bakal ngerti.
Orang nggak tahu susahnya anak jurusan bahasa Indonesia belajar fonologi. Ngucapin huruf “e” dengan segala bentuk. Belum lagi, belajar sastra yang isinya juga nggak cuma puisi doang. Jadi, mahasiswa jurusan bahasa Indonesia juga harus mengritik puisi, prosa, drama. Pernah juga harus tampil drama jadi kami mahasiswa jurusan bahasa Indonesia harus cosplay jadi anak teater. Kalau di dalam drama ada tarian, ya sekalian cosplay jadi anak seni tari.
Nggak sampai situ aja. Kalau ada tugas musikalisasi puisi yang harus take video, kami mahasiswa jurusan bahasa Indonesia tiba-tiba harus cosplay jadi anak sinematografi dan berakhir dengan anak seni musik karena harus nyanyi.
Anehnya, nggak hanya kampus yang jadi standar ‘nilai’ seorang mahasiswa, tapi juga jurusan. Padahal, semua jurusan itu pasti susah. Jadi mahasiswa jurusan bahasa Indonesia yang sering dianggap sebelah mata juga nggak gampang. Tiba-tiba disuruh buat 75 puisi atau mereview 10 novel dengan waktu yang mepet. Haduh, pusing deh pokoknya.
Mahasiswa jurusan bahasa Indonesia harus peka
Jadi anak bahasa Indonesia juga harus peka karena kalau nggak peka berarti pe’ak wkwk. Tapi, kalau ini bukan peka untuk mengartikan kode dari doi, tapi peka membedakan makna. Homonim, homofon, dan homograf jadi makanan sehari-hari yang harus dipahami. Apa beda bisa (dapat dan racun), apel (buah dan ngapelin kamu, eak), juga beruang (hewan dan punya uang).
Jadi anak bahasa Indonesia juga perlu belajar kesantunan berbahasa. Itu mengapa kami lebih memilih untuk mengakhiri topik pertanyaan, “Kuliah jurusan apa?”
Aku sendiri karena kesal dan malas menjelaskan jurusan bahasa Indonesia pada orang akhirnya hanya menjawab “Hehe” ketika ditanya mengapa tak mengambil jurusan hukum atau matematika.
Lalu, aku bertemu dengan saudaraku yang seorang dosen di universitas swasta. Pola pertanyaan yang sama dengan manusia-manusia sebelumnya, tetapi kali ini dengan respons yang berbeda. “Kuliah jurusan apa?”, tanyanya. “Bahasa Indonesia,” kujawab pelan seperti biasa dan menunduk.
“Susah ya belajar bahasa Indonesia?”
Untuk kali pertama aku mendongakkan kepala dan tersenyum sambil menjawab, “Iya, susah, tapi senang”. “Nggak gampang loh belajar bahasa Indonesia. Kayanya aja yang gampang, padahal harus banyak membaca, kreatif bikin puisi, cerpen, dan novel. Harus bisa drama juga. Beda banget, kan belajarnya sama SMA? Malah mungkin banyak ilmu baru yang didapet pas kuliah”.
Jawaban itu membuatku tertarik untuk mengobrol lebih banyak dan percaya diri. Tidak seperti biasanya. Nggak banyak yang tahu, bahasa Indonesia, bahasa sehari-hari yang tapi susah untuk dipelajari.
Kalau boleh sedikit sombong, nilai UN matematikaku mendapat nilai sempurna. Ya, 100. Tapi, nilai bahasa Indonesia? Cuma 88. Sedikit membuktikan bahwa bahasa Indonesia nggak semudah yang orang lain pikirkan hehe. Sejak saat itu, aku bangga menjadi mahasiswa bahasa Indonesia. Kalau kamu juga berada di jurusan yang orang sering anggap sebelah mata, nggak apa-apa ya. Mulai sekarang jangan malu menjawab dengan lantang jurusanmu. Semangat!
Erisa Septianingrum
Baran Kauman, Kecamatan Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah
[email protected]
Keluh kesah dan tanggapan Uneg-uneg bisa dikirim di sini