Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Jangan Buka Warteg di Kendal, Dijamin Nggak Laris!

Muhamad Iqbal Haqiqi oleh Muhamad Iqbal Haqiqi
2 Februari 2024
A A
Jangan Buka Warteg di Kendal, Dijamin Nggak Laris! Mojok.co

Jangan Buka Warteg di Kendal, Dijamin Nggak Laris! (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Warteg di Kendal gampang gulung tikar. Rumah makan andalan perantau ini sulit bersaing dengan penjaja makanan lain. 

Warteg atau warung tegal menjadi pilihan banyak orang sebagai “pemadam kelaparan”. Benar-benar istilah yang tepat. Kelaparan seketika bisa diredam dengan banyaknya menu dan porsi makanan di warteg. 

Tidak heran kalau warteg banyak menjadi tempat makanan pilihan di berbagai daerah, termasuk di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Harganya yang relatif murah sangat ramah di kantong pekerja-pekerja dengan gaji cekak. Sebenarnya tidak hanya di kota-kota besar, warteg juga populer di berbagai pelosok daerah. 

Akan tetapi, saya mengamati ada perbedaan nasib ketika warteg masuk ke Kendal. Bukannya digemari, banyak warteg justru terpaksa gulung tikar karena tidak laris. Seolah-olah berbagai keunggulan yang ditawarkan warteg tidak cukup menarik hati warga kendal. 

Saya heran kenapa warga Kendal ini cenderung tidak tertarik dengan warung makan yang satu ini ya. Lebih heran lagi, masih ada teman dan kerabat yang mencoba peruntungan membuka warteg di Kota Santrinya Jawa Tengah ini. Berbisnis warteg di Kendal berisiko tinggi. 

Tidak banyak warteg di Kendal

Keberadaan Warteg di Kendal saat ini bisa dihitung dengan jari. Di pusat ekonomi Kendal seperti kawasan Weleri misalnya, hanya ada satu warung Tegal bernama Warteg Bang Jun. Itu satu-satunya warteg yang bisa bertahan selama bertahun-tahun. Sebenarnya secara keotentikan, Warteg Bang Jun tidak begitu orisinil karena penjualnya bukan berasal dari Tegal. Warung itu hanya meminjam konsep warteg yang ada daerah-daerah lain.  

Sebelumnya sebenarnya pernah ada warteg asli Tegal berukuran besar yang berusaha mencoba peruntungan di Weleri. Lokasinya berada di sekitar Pasar Weleri, tepatnya di seberang Kantor Pos. Bisa ditebak bagaimana nasibnya, seperti warteg-warteg lain, tidak sampai satu tahun warung tegal ini akhirnya gulung tikar.

Warteg kurang cocok dengan orang Kendal

Saking penasarannya, saya pernah bertanya kepada nenek saya perihal kelangkaan warteg di Kendal. Menurutnya, warteg kurang digemari karena secara rasa kurang cocok dan secara menu terlalu monoton. Semua yang dijual di warteg bisa ditemukan di penjual-penjual lauk rumahan. Penjual lauk ini menggunakan gerobak atau meja alakadarnya yang biasanya ngetem di pinggir jalan. 

Baca Juga:

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

4 Alasan Kamu Wajib Coba River Tubing di Kebumen yang Sungainya Masih Bersih 

Selain itu, menu-menu yang ditawarkan warteg mudah diolah sendiri di rumah, tidak perlu repot-repot membeli. Berbeda dengan rumah makan Padang misalnya, tidak semua orang Kendal bisa memasak makanan padang yang enak.  

Alasan lain, segmentasi pembeli di Kendal tidak beragam. Masyarakat mayoritas bekerja sebagai petani, nelayan, dan pekerja informal yang memiliki kondisi ekonomi dan daya beli yang mirip. Mereka lebih memilih mampir angkringan atau warung nasi kucing yang lebih simpel dan murah daripada warteg. Mereka juga lebih sering ke warung pecel dan penjual lauk pauk yang tersebar di banyak titik di Kendal. 

Apabila ingin makanan yang agak mewah dan mahal, warga setempat biasa ke rumah makan Padang. Cita rasa kuliner dari Padang lebih digemari daripada warteg. Intinya, warteg punya banyak saingan di Kendal. 

Warteg identik dengan makanan perantau

Hal yang tidak kalah penting adalah citra warteg yang identik dengan tempat makan perantauan. Sementara, Kendal bukanlah daerah perantauan. Daerah ini  bukan kota industri atau metropolitan yang menjadi tujuan para pencari kerja. Masyarakat di dalamnya tidak dibentuk oleh populasi heterogen yang berasal dari berbagai suku atau daerah di Indonesia. Ya isinya kebanyakan orang Jawa asli dari Kendal dan sekitarnya. 

Sangat jarang ada orang luar daerah yang memilih merantau ke Kendal. Termasuk orang-orang Tegal sendiri, tidak banyak di Kendal. Justru sebaliknya, orang Kendal yang malah banyak merantau ke daerah lain, minimal ke kota atau kabupaten tetangga seperti Semarang atau Pekalongan. 

Komposisi masyarakat Kendal itu lebih banyak masyarakat asli setempat dan orang rumahan. Kalau mereka ingin makan di luar rumah, paling mereka makan di angkringan atau rumah makan Padang. Kalau mau nongkrong, mereka lebih memilih ke kafe atau warmindo yang sekarang kian menjamur.

Jadi, bagi kalian yang ingin membuka warteg di Kendal, mohon dipikirkan ulang ya. Jangan sampai investasi kalian menjadi sia-sia. Di Kendal lebih baik buka bisnis lahan parkir atau wc umum saja, prospeknya lebih cerah dan meyakinkan. Bagaimana tertarik?

Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Kenia Intan

BACA JUGA Weleri Kendal Baik-baik Saja Tanpa Mie Gacoan, Waralaba Ini Lebih Baik Incar Daerah Lain

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 2 Februari 2024 oleh

Tags: alun-alun tegalkendaltegalwartegwarteg di kendal
Muhamad Iqbal Haqiqi

Muhamad Iqbal Haqiqi

Mahasiswa Magister Sains Ekonomi Islam UNAIR, suka ngomongin ekonomi, daerah, dan makanan.

ArtikelTerkait

5 Rekomendasi Menu Warteg Populer buat Vegetarian Terminal Mojok

Hal yang Bikin Saya Jengkel Saat Beli Makan di Warteg: Lauknya Basi, tapi Nggak Segera Diganti dan Kebersihan Lauk yang Nggak Diperhatikan

17 Februari 2024
Warteg Jakarta dan Surabaya Terlihat Serupa, tapi Aslinya Tak Sama Mojok.co

Warteg Jakarta dan Surabaya Terlihat Serupa, tapi Aslinya Tak Sama

23 Juni 2025
Ada Cerita tentang Manusia Purba dan Kesabaran di Museum Semedo

Ada Cerita tentang Manusia Purba dan Kesabaran di Museum Semedo

24 Juli 2023
Di Desa Jejeg Bumijawa Tegal, Penjual Nasi Nggak Akan Pernah Bisa Kaya orang miskin nasi gubernur NTT

Di Desa Jejeg Bumijawa Tegal, Penjual Nasi Nggak Akan Pernah Bisa Kaya

22 Juni 2023
5 Culture Shock Orang Jogja Datang Kondangan di Tegal. Ada Welcome Drink seperti di Hotel-hotel Mojok.co

Culture Shock Orang Jogja Datang Kondangan di Tegal. Ada Welcome Drink seperti di Hotel-hotel

16 Desember 2023
Sejarah Martabak Telur, Berawal dari Lebaksiu Tegal hingga ke Penjuru Indonesia Terminal Mojok

Sejarah Martabak Telur, Berawal dari Lebaksiu Tegal hingga ke Penjuru Indonesia

10 April 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Drama Puskesmas yang Membuat Pasien Curiga dan Trauma (Unsplash)

Pengalaman Saya Melihat Langsung Pasien yang Malah Curiga dan Trauma ketika Berobat ke Puskesmas

14 Desember 2025
Mio Soul GT Motor Yamaha yang Irit, Murah, dan Timeless (Unsplash) yamaha mx king, jupiter mx 135 yamaha vega zr yamaha byson yamaha soul

Yamaha Soul Karbu 113 cc: Harga Seken 3 Jutaan, tapi Konsumsi BBM Bikin Nyesek

17 Desember 2025
Isuzu Panther, Mobil Paling Kuat di Indonesia, Contoh Nyata Otot Kawang Tulang Vibranium

Isuzu Panther, Raja Diesel yang Masih Dicari Sampai Sekarang

19 Desember 2025
Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

15 Desember 2025
Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

15 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.