• Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Warteg Boleh Ada di Mana-mana, tapi Warsun Tetap Juaranya

Agus Dhiki Saputra oleh Agus Dhiki Saputra
29 Oktober 2020
A A
Warteg Boleh Ada di Mana-mana, tapi Warsun Tetap Juaranya terminal mojok.co

Warteg Boleh Ada di Mana-mana, tapi Warsun Tetap Juaranya terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Dulu saya tidak pernah tahu kalau ada jenis warung yang menjual nasi beserta sayur-mayur dan lauk-pauknya. Sejak kecil makanan yang saya santap sehari-hari hanya masakan ibu. Itu berlangsung hingga kelas 6 SD. Selanjutnya, dari SMP hingga SMA saya tinggal di pondok pesantren yang di dalamnya sudah disediakan makan sehari tiga kali. Tidak perlu memasak sendiri, cukup mengantre. Lagi-lagi saya tidak pernah punya pengalaman makan di luar.

Setelah lulus SMA, saya melanjutkan pendidikan ke salah satu perguruan tinggi di Kota Bandung, yang lokasinya cukup jauh dari rumah orang tua, dan tidak lagi tinggal di pesantren. Di sanalah saya baru mengenal warung nasi, itu pun karena diajak makan bareng teman.

Warung nasi di sekitaran kampus kami banyak sekali. Dan warung nasi itu punya nama yang sama: Warteg. Itu kali pertama saya makan di warung nasi, dan kali pertama juga mengenal warteg. Ya ampun~

Saat masih tinggal di rumah bersama orang tua maupun di pesantren, menu makanan saya tidak beragam. Itu-itu saja. Bosan memang, tapi mau bagaimana lagi, daripada lapar. Sedangkan di warteg, beragam menu tersedia, sampai-sampai saya ingin mencicipi semuanya. Namun, karena isi saku tidak mendukung, maka saya menyiasatinya dengan berganti menu setiap harinya. Semua warteg di sekitaran kampus sudah saya kunjungi. Semua menunya sama. Begitu juga dengan harganya, yang beda cuma lokasi dan mbak-mbak pelayannya.

Sekali waktu saya mampir ke kosan teman. Lokasinya cukup jauh dari kampus. Di dekat kosannya ada warung nasi yang berbeda dari yang biasa saya temui. Namanya Warung Nasi Sunda (Warsun). Teman saya langganan di warung nasi itu. Tentu karena jaraknya yang memang dekat dengan kosannya.

Dia juga menunjukkan kepada saya beberapa warsun di daerah tersebut. Ternyata dia punya kesamaan seperti saya, yakni sering makan di warung-warung nasi yang berbeda. Setelah mendapatkan informasi, dan melakukan survei ala kadarnya, saya menemukan beberapa ciri khas Warsun yang berbeda dengan Warteg.

Pertama, berbeda dengan warteg yang selalu membuka usahanya di lahan sewa, warsun justru dibuka tepat di halaman rumah pemiliknya. Maka ukuran warsun tidak seluas warteg, hanya secukupnya. Kebetulan lahannya cukup, uangnya ada, punya keahlian memasak juga, ya sekalian saja dijadikan peluang. Jadi, mereka hanya memanfaatkan peluang yang ada.

Kedua, jumlah warsun tidak sebanyak warteg. Mengapa? Karena warsun hanya dijadikan sebagai usaha sambilan. Biasanya, keluarga mereka sudah punya pekerjaan atau usaha pokok lainnya. Ada yang suaminya sudah jadi karyawan tetap di pabrik, ada yang sudah jadi juragan kos-kosan, punya usaha fotokopian, laundry, dll. Maka tak heran, warsun tidak beredar luas sebagaimana warteg, maksudnya nggak sampai buka cabang gitu lho. Lha ya, namanya juga usaha sambilan.

Ketiga, Warung Nasi Sunda selalu diimbuhi nama pemiliknya. Semisal, Warsun Bi Odah, Warsun Ceu Diah, Warsun Mak Een, dsb. Katanya, supaya namanya dikenal banyak orang melalui warsun yang didirikannya itu. Ya, semacam narsisme gitu, lha.

Keempat, di setiap meja makan selalu disediakan sambal dan lalapan ala-ala Sunda. Ada kemangi, lenca, terong hijau, mentimun, kol, petai, selada, dst. Kalau lalap-lalapan ini ada yang gratis, ada juga yang harus dibayar. Tiap warsun berbeda, juga tergantung jenis dan jumlah lalapan yang dimakan. Namun, harganya masih tetap terjangkau, kok. Dari Rp500 sampai Rp2.000. Nah, kalau sambalnya gratis. Anda boleh cocol sepuasnya. Semakin banyak sambal yang Anda cocol, maka semakin mulas perut Anda. Sambal-sambal di warsun itu, pedasnya nggak kira-kira.

Kelima, nasi dan lauknya ngambil sendiri. Harga dihitung dari lauk atau sayur yang kita ambil, nasinya mau banyak atau sedikit tetap dihitung rata. Jadi mending dibanyakin sekalian nasinya, toh harganya tetap terhitung murah. Bahkan kalaupun Anda minta dibungkus, si ibunya pasti dengan lembut akan bertanya, “Leu sanguna cekap teu?” (ini nasinya cukup nggak?) Kalau lauknya dua jenis, maksimal ya harganya dua belas ribu. Murah meriah, bukan?

Namun, menurut pengamatan saya selama makan di warsun, para mahasiswa biasanya akan makan di tempat karena kebanyakan dari mereka malu kalau harus bilang, “Tambihan deui atuh, Bu, sanguna!” (Tambahin lagi dong, Bu, nasinya!) Jadi, saran saya kalau Anda ingin makan kenyang dengan uang pas-pasan, ya mending makan di tempat. Apalagi kalau makannya bareng teman-teman, nggak akan malu tuh meski nasinya penuh sampai nutupin piring. Tapi awas, tempe dan tahunya jangan diumpetin di bawah nasi ya… Ingat, Allah Maha Melihat!

Sekian ulasan saya mengenai ciri khas Warung Nasi Sunda yang tidak saya temukan di Warung Nasi Tegal. Pokokna mah warsun teh cocok pisan lah (pokoknya warsun cocok banget) untuk siapa saja yang lagi pengiritan tapi kepingin kenyang. Warteg boleh ada di mana-mana, tapi Warsun tetap juara.

BACA JUGA Peringkat Kepopuleran Lauk Warteg di Daerah Jabodetabek dan tulisan Terminal Mojok lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 27 Oktober 2020 oleh

Tags: warsunwarteg

Ikuti untuk mendapatkan artikel terbaru dari Terminal Mojok

Unsubscribe

Agus Dhiki Saputra

Agus Dhiki Saputra

Susah tidur, susah bangun~

ArtikelTerkait

4 Dosa yang Sering Dilakukan Penjual Warteg (Shutterstock)

4 Dosa yang Sering Dilakukan Penjual Warteg

20 Januari 2023
Nasi Padang Lauk Telur Dadar, Comfort Food Terbaik di Rumah Makan Padang warteg

3 Alasan Nasi Padang Jadi Makin Murah Dibanding Nasi Warteg

26 Desember 2022
4 Dosa Warteg Mania yang Sebaiknya Dihentikan

Saat Warung Nasi Padang Makin Murah, Kenapa Warteg Tambah Mahal?

24 Desember 2022
5 Rekomendasi Menu Warteg Populer buat Vegetarian Terminal Mojok

5 Rekomendasi Menu Warteg Populer buat Vegetarian

12 November 2022
4 Dosa Warteg Mania yang Sebaiknya Dihentikan

10 Daftar Makanan Terlaris yang Ada di Warteg  

16 Oktober 2022
Rekomendasi Warteg di Tegal yang Wajib Dicoba terminal mojok

4 Ciri Khas yang Melekat pada Warteg di Tegal

5 September 2022
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
3 Kemampuan Tersembunyi Chef Arnold selain di Bidang Kuliner terminal mojok.co

3 Kemampuan Tersembunyi Chef Arnold selain di Bidang Kuliner

Romantisasi Bioskop Era 2000-an: Tiket Manual dan Promo Nonton Hemat Tiap Senin terminal mojok.co

Romantisasi Bioskop Era 2000-an: Tiket Manual dan Promo Nonton Hemat Tiap Senin

Beberapa Hal Ngeselin yang Sering Terjadi pada Headset Kita terminal mojok.co

Beberapa Hal Ngeselin yang Sering Terjadi pada Headset Kita



Terpopuler Sepekan

Surat Terbuka untuk Yuli Sumpil dari Fans Persis Solo yang Pernah Mengagumi Arema (Unsplash)
Pojok Tubir

Surat Terbuka untuk Yuli Sumpil dari Fans Persis Solo yang Pernah Mengagumi Arema

oleh Joko Yuliyanto
3 Februari 2023

Hati nurani dan akal sehatmu, di mana Yuli Sumpil tuwekan aneh?

Baca selengkapnya
4 Alasan Wajib Pakai Telkomsel meski Cuma Kartu Cadangan Terminal Mojok Farzand01 Shutterstock

Telkomsel, Provider Seluler yang Diskriminatif

4 Februari 2023
Warnet Bokep di Jogja yang Pernah Jaya Bersama Pornhub (Unsplash)

Warnet Bokep di Jogja yang Pernah Jaya Bersama Pornhub

1 Februari 2023
Dosa Penjual Es Kelapa Muda dan Amalan untuk Menghindarinya

Dosa Penjual Es Kelapa Muda dan Amalan untuk Menghindarinya

2 Februari 2023
Rekomendasi 3 Miedes di Bantul dengan Rasa yang Ngangenin

Rekomendasi 3 Miedes di Bantul dengan Rasa yang Ngangenin

4 Februari 2023

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=FyQArYSNffI&t=47s

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Cerita Cinta
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .