ADVERTISEMENT
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kuliner

Rawon Warteg, Culture Shock Terbesar Saya di Dunia Kuliner

Bintang Ramadhana Andyanto oleh Bintang Ramadhana Andyanto
26 Mei 2023
A A
Rawon Warteg, Culture Shock Terbesar Saya di Dunia Kuliner

Rawon Warteg, Culture Shock Terbesar Saya di Dunia Kuliner (Ezagren via Wikimedia Commons)

Share on FacebookShare on Twitter

Kemarin, ketika saya tengah memilih-milih lauk di warteg, saya dibuat penasaran dengan hidangan berkuah kuning yang diletakkan dalam sebuah mangkuk berukuran sedang. Ketika saya bertanya kepada pemilik warteg, ia menjawab bahwa itu adalah rawon. Sontak saya langsung terkejut tatkala mendengar jawaban itu. Sebab, bagi saya, rawon warteg adalah culture shock terbesar yang pernah saya temui di dunia kuliner.

Daftar Isi

  • Rawon yang saya kenal selama ini
  • Semua berubah setelah saya berjumpa dengan rawon warteg
  • Culture shock terbesar saya di dunia kuliner

Rawon yang saya kenal selama ini

Sebagai informasi, ayah saya berasal dari Jawa. Maka nggak heran kalau sejak kecil saya cukup familier dengan berbagai masakan khas Jawa. Tentu saja rawon adalah salah satunya.

Selama ini saya mengenal rawon sebagai makanan berkuah hitam berisikan daging sapi yang dipotong kecil-kecil. Sepiring rawon akan terasa kurang lengkap jika tanpa telur asin, taoge, daun bawang, dan tetek bengek lainnya. Kombinasikan semuanya dengan nasi putih hangat, dijamin rasanya akan semakin sedap.

Begitu rawon yang saya kenal selama ini. Di beberapa rumah makan yang pernah saya singgahi pun, hidangan rawon selalu terlihat seperti itu, biasanya yang membedakan hanya rasa dan harganya. Akan tetapi secara garis besar, rawon nggak akan jauh-jauh dari daging sapi dan kuah hitam yang menggunakan kluwek.

Semua berubah setelah saya berjumpa dengan rawon warteg

Maka ketika saya berjumpa dengan varian rawon warteg yang memiliki kuah berwarna kuning serta berisikan tetelan, saya cukup terkejut. Nggak ada pula kawan-kawan rawon seperti taoge, daging sapi, daun bawang, dan telur asin. Saking kagetnya, saya sampai bertanya kepada pemilik warteg untuk memastikan blio nggak salah ucap dan saya nggak salah dengar.

“Iya, itu rawon, Mas.”

Selama makan di warteg tersebut, saya sulit mengalihkan pikiran dari rawon warteg yang saya lihat itu. Saya mengedarkan pandangan dan melihat cukup banyak pelanggan yang membeli rawon kuah kuning tersebut. Saya jadi kepikiran, apakah rawon memang banyak variannya sampai-sampai ada yang kuahnya kuning seperti yang saya jumpai ini.

Culture shock terbesar saya di dunia kuliner

Sebenarnya ini bukan pertama kalinya saya merasakan culture shock soal kuliner. Sebagai orang Palembang, saya sedikit terkejut ketika mencicipi kuah cuko untuk pempek di Depok yang cenderung nggak pedas seperti yang saya rasakan di kampung halaman saya. Begitu juga ketika melihat orang-orang di Kota Belimbing menyantap gorengan dengan saus kacang. Saya sempat dibuat heran dan nggak habis thinking.

Akan tetapi, pada akhirnya saya dapat memaklumi itu. Toh, menurut saya hal-hal tersebut masih berada di taraf yang dapat dimengerti. Di Depok, cuko pempek dibuat nggak begitu pedas mungkin untuk mengikuti selera pasar. Cuko yang pedas membuatnya jadi lebih segmented dan hanya bisa dinikmati oleh orang-orang yang tahan pedas. Bagi mereka yang nggak tahan pedas, bisa jadi mereka malah nggak akan menyukai pempek yang disajikan secara keseluruhan. Makanya kuah cukonya dibikin nggak pedas.

Sementara gorengan yang dinikmati dengan saus kacang, sejatinya saya melihat ini sebagai sebuah percampuran yang mampu menaikkan level kenikmatan gorengan. Pasalnya, ketika saya masih tinggal di Palembang, gorengan selalu dipadukan dengan cabai rawit atau kuah cuko. Makanya ketika saya mencicipi gorengan dengan saus kacang untuk pertama kalinya, saya merasakan sensasi kelezatan yang belum pernah saya rasakan sebelumnya.

Lantas gimana dengan rawon warteg? Nah, warna kuah rawon yang menjadi kuning membuat hidangan ini tak ubahnya seperti gulai atau opor. Nggak ada keunikan yang semula terletak pada pekatnya warna hitam kuah rawon. Dan sebagai orang yang kurang menyukai tetelan, tentu saja saya lebih suka rawon “asli” yang berisikan daging empuk berukuran kecil-kecil.

Akan tetapi jika perubahan-perubahan tersebut dilakukan dengan maksud tertentu, saya dapat memakluminya. Misalnya, pemilik warteg mengganti daging sapi dengan tetelan karena ingin menekan modal, maka saya dapat mengerti mengapa ia sampai melakukan modifikasi tersebut.

Jadi nggak perlu heran kalau saya menyebut rawon warteg sebagai culture shock terbesar saya di dunia kuliner. Sebab, versi satu ini memang berbeda dari yang saya kenal selama ini. Melihat rawon dengan tampilan kuah kuning jauh lebih mengagetkan daripada melihat Arsenal nggak jadi juara Premier League. Wqwqwq.

Penulis: Bintang Ramadhana Andyanto
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Gulai Bumbu Kuning ala Warteg Jakarta kok Dibilang Rawon, Ra Mashok!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 26 Mei 2023 oleh

Tags: culture shockRawonrawon wartegwarteg
Bintang Ramadhana Andyanto

Bintang Ramadhana Andyanto

Anak negeri. Tukang ngopi. Pakar senjalogi.

ArtikelTerkait

Bendungan Semantok Nganjuk, Bendungan yang Mengangkat Derajat Warga Nganjuk Mojok.co kabupaten nganjuk, surabaya

Nganjuk di Mata Orang Surabaya: Warganya Begitu Ramah, tapi Kotanya Tak Bergairah

29 Februari 2024
4 Dosa Warteg Mania yang Sebaiknya Dihentikan

Menu Warteg itu Nggak Ada yang Red Flag, kalau Punya Masalah Bilang Aja ke Warung atau Orangnya, Bos!

9 Juli 2023
5 Hal yang Bikin Orang Jawa Timur Culture Shock Saat Pergi ke Bulukerto Wonogiri

5 Hal yang Bikin Orang Jawa Timur Culture Shock Saat Berkunjung ke Bulukerto Wonogiri

13 September 2024
5 Hal yang Bikin Orang Korea Selatan Bingung kalau ke Indonesia terminal mojok.co

5 Hal yang Bikin Orang Korea Selatan Bingung kalau ke Indonesia

15 Februari 2022
Culture Shock Mahasiswa Solo yang Merantau ke Jogja, Ternyata Biaya Hidupnya Lebih Mahal  Mojok.co politik jogja

Culture Shock Mahasiswa Solo yang Merantau ke Jogja, Ternyata Biaya Hidup Lebih Mahal 

27 Oktober 2023
Culture Shock Ngekos di Jogja Gara-gara Kipas Angin Terminal Mojok

Ternyata Kipas Angin Nggak Penting Amat kalau Ngekos di Jogja

5 Maret 2021
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Membela Boger Bojinov yang Dihujat: Teruslah Bergoyang, agar Dunia Tetap Seimbang

Membela Boger Bojinov yang Dihujat: Teruslah Bergoyang, agar Dunia Tetap Seimbang

Wisuda Hanya Sebuah Seremoni, Rayakan Secukupnya Tak Perlu Berlebihan b

Mengapa Perempuan Harus Mengenakan Kebaya, Sedangkan Laki-laki Hanya Kemeja Saat Wisuda?

Lampu Pocong Medan Itu Nggak Nakutin Warga, yang Nakutin Itu Anggaran dan Kegagalannya

Lampu Pocong Medan Itu Nggak Nakutin Warga, yang Nakutin Itu Anggaran dan Kegagalannya

Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Ormek Adalah Kumpulan Mahasiswa Gila Hormat yang Sebaiknya Diwaspadai Mojok.co

Ormek Lebih Cocok Disebut Kumpulan Mahasiswa Haus Pujian daripada Organisasi Mahasiswa

18 Juni 2025
4 Ciri Nyentrik Mahasiswa Jurusan Hukum yang Membuat Mereka Begitu Mudah Dikenali Mojok.co

4 Ciri Nyentrik Mahasiswa Jurusan Hukum yang Membuat Mereka Begitu Mudah Dikenali

17 Juni 2025
5 Kasta Toga Wisuda dengan Desain Paling Unik hingga Biasa Aja Mojok.co

5 Kasta Toga Wisuda dengan Desain Paling Unik hingga Biasa Aja

13 Juni 2025
Cari Kos Murah di Jogja Makin Susah, 600 Ribu Cuma Dapat Fasilitas Seadanya dan Terletak di Pinggiran Mojok.co

Cari Kos Murah di Jogja Makin Susah, 600 Ribu Cuma Dapat Fasilitas Seadanya. Ada sih yang Mewah, tapi di Pinggiran

19 Juni 2025
Banyudono, Kecamatan “Mewah” di Pinggiran Boyolali yang Jarang Dilirik Orang Mojok.co

Banyudono, Kecamatan Pinggiran Boyolali yang Paling Sempurna untuk Menikmati Hidup

14 Juni 2025
Perang Iran Israel Panasnya Sampai Pantat Orang Bantul (Unsplash)

Perang Iran Israel: Meledak di Langit, Imbasnya Dirasakan Warga Bantul yang Lagi Bingung Caranya Beli Gas 3 Kilo

17 Juni 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=jxGwBYZnCJg

DARI MOJOK

  • Bahagianya Mahasiswa Amikom Yogyakarta, Bisa Lulus Cepat dan Nggak Pusing Mencari Kerja bahkan Sebelum Wisuda
  • Lintang dan Ayla, Dari Pertanyaan “Perempuan Kok Main Bola” Jadi Inspirasi Sepak Bola Putri di Jogja
  • Lulus Kuliah IPK 3,7 tapi Susah Dapat Kerja Gara-gara Tidak Mendengarkan Nasihat Orang Tua
  • POCO X5 5G Bukan Hape Jelek karena Pernah Menyandang Status Price to Performance, tapi Cuma Nggak Tahu Malu Aja
  • Muslihat Penulisan Ulang Sejarah Mei 1998: Memberikan Penghargaan kepada Soeharto dan Menyangkal Bukti Pemerkosaan
  • Setia Temani Pacar dari Gagal CASN hingga Nganggur Lama, Setelah Jadi ASN Malah Ditinggal Bahagia sama Orang Lain

AmsiNews

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.