Berita hengkangnya Pepsi dari bisnis minuman ringan berkarbonasi di Indonesia cukup mengagetkan saya. Apalagi hengkangnya Pepsi itu juga bakal berdampak tidak akan ada lagi Pepsi di menu KFC. Bagi pencinta ayam goreng khas restoran cepat saji itu, saya akan merasa kehilangan. Apalagi bagi saya—dan mungkin sebagian dari kita—Pepsi adalah pasangan yang tepat untuk ayam goreng KFC. Memakan ayam goreng KFC tanpa Pepsi bisa diibaratkan sebagai memakan nasi goreng—atau makanan khas Indonesia lainnya—tanpa kerupuk: tetap nikmat tapi rasanya kurang afdal.
Beberapa hari yang lalu media massa ramai memberitakan mengenai hengkangnya Pepsi dari Indonesia. Mengutip berita dari tirto.id berjudul Putus Kerja Sama dengan Indofood, PepsiCo Hengkang dari Indonesia, bahwa hengkangnya Pepsi merupakan buntut dari keputusan perusahan untuk tak lagi memperpanjang kerja sama dengan PT Anugerah Indofood Barokah Makmur (AIBM) yang bakal berlaku efektif pada 10 Oktober 2019 lalu. Di luar berbagai polemiknya, tentu sangat disayangkan keputusan hengkanya Pepsi.
Awalnya saya tak benar-benar percaya pada informasi hengkangnya Pepsi. Hingga pada Kamis, 24 Oktober 2019 kemarin saya datang ke KFC untuk membeli ayam crispy. Saya coba tanya ke mbak kasir KFC apakah ada Pepsi, mbak kasir jawab tidak ada, yang ada hanya coca-cola.
Saya cukup terenyuh mendengar jawaban mbak kasir. Pepsi dan coca-cola memang sama-sama minuman bersoda, tapi tentu saja rasanya beda. Mungkin saya akan dianggap lebay tidak merelakan kepergian Pepsi. Namun, hubungan terhadap minuman atau makanan jenis tertentu tidak sekadar pada rasa, tapi juga kenangannnya. Ini soal perasaan, tidak semua dari kita memiliki perasaan yang sama.
Soal Pepsi dan kenangannya terasa cukup berkesan bagi saya. Saya bukan berasal dari keluarga yang berada. Ketika kecil dulu, kakak saya sampai harus menabung agar bisa mengajak saya makan di KFC. Bagi seorang anak kecil yang tidak pernah pergi liburan ke banyak tempat, makan di KFC jadi hiburan yang menyenangkan, semacam merayakan rekreasi. Perasaan canggung saat memesan, pergi mencuci tangan, dan mengambil sambal jadi pengalaman berharga bagi seorang anak kampung di kota kecil kala itu. Salah satu yang spesial dari pengalaman makan di KFC itu, tentu saja meminum minuman bersoda yang jadi ciri khas KFC, yaitu Pepsi.
Perasaan nyesss di kerongkongan saat meminum Pepsi seusai memakan ayam goreng KFC sangatlah menyenangkan, apalagi bagi seorang anak kecil yang sangat menggemari apa saja yang berasa manis. Terlebih lagi Pepsi bukan minuman bersoda yang bisa dengan mudah ditemui di warung kampung saat itu. Kenyataan itu bikin Pepsi punya tempat tersendiri di daftar minuman favorit saya dan mungkin juga sebagian dari kita. Kala masih kecil dulu, minuman bersoda memang sangatlah terasa enak. Belakangan ini setelah gaya hidup sehat mulai menjadi tren, pengetahuan tentang kandungan minuman bersoda ternyata tidak baik bagi kesehatan dan banyak orang mulai meninggalkan minuman bersoda.
Pepsi dan KFC memang sudah bekerja sama dalam jangka waktu yang sangat lama. Oleh karena itu kesan klop antara keduanya terbangun di benak banyak orang. Jika makan ayam KFC, wajib minumnya Pepsi. Kenangan masa kecil yang terasa berharga itu terus melekat di benak saya.
Ketika saya sudah memiliki penghasilan sendiri, makan di KFC bukan lagi jadi sesuatu yang mewah, saya bisa kapan saja makan di sana. Namun ada satu yang wajib dipesan untuk menemani ayam KFC, yaitu Pepsi. Ternyata tidak hanya saya saja yang merasakan ayam KFC klop dengan Pepsi, teman dekat saya juga mengamini itu. Ketika ia nongkrong di KFC dan tidak memesan ayam, teman saya itu bisa saja memesan minuman lainnya. Namun ketika memakan ayam, dia lebih suka meminum Pepsi.
Tentu saja kaitan antara ayam KFC dan Pepsi terlihat sangat sepele. Namun kenangan yang terbangun bertahun-tahun sulit untuk dilupakan, mereka seperti sepasang kekasih yang terlihat sangat ideal dan kompak memutuskan berpisah. Banyak orang yang menyesali keputusan itu, saya salah satunya. Tanpa Pepsi, ayam KFC tetap akan terasa nikmat, tapi seperti yang saya sampaikan di awal tulisan, rasanya pasti kurang afdal seperti memakan nasi goreng atau gado-gado atau makanan Indonesia apa saja, tanpa dilengkapi kerupuk, tanpa pelengkap yang bisa bikin rasanya kian sempurna. (*)
BACA JUGA Merayakan Era Dark Mode dengan Richeese Black: Seberapa ‘Dark’ Kamu? atau tulisan Atanasius Rony Fernandez lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.