Beberapa minggu lalu sempat ramai di jagat Twitter, mantan panglima TNI, Andika Perkasa, diumumkan maju di Pilgub Jawa Tengah 2024. Pencalonan Andika jadi perbincangan karena ia tampil dengan baju ketat yang memperlihatkan otot-ototnya. Netizen pun membuat guyonan terkait tampilan Andika Perkasa itu. Paling banyak dicuit adalah “Program satu desa, satu gym”. Cuitan ini memang lucu, tapi sebenarnya kalau ditelaah, itu bukan ide yang buruk loh.
Sebagai disclaimer, saya bukan expert di bidang kesehatan atau bodybuilder, saya hanya orang biasa yang pernah menjajal nge-gym. Karena merasakan manfaatnya, makanya saya ingin membagi pengalaman saya dan memberikan alasan bahwa “satu desa, satu gym” ide yang perlu dipertimbangkan.
Daftar Isi
Gaya hidup tidak sehat ada di mana-mana, gym jadi penting
Orang sering kali menganggap orang desa lebih sehat dari orang kota. Misalnya, udara desa dianggap lebih bersih, makanan di desa lebih sehat, orang desa banyak aktivitas fisik, dll. Mungkin anggapan itu lebih relevan saat zaman bapak saya ya. Sayangnya, saat ini yang jadi pemandangan umum anak SMP naik motor ke sekolah, pulang-pulang nongkrong, main game, ngerokok, minum-minuman manis kemasan.
Makanya saya tidak heran, membaca berita banyak anak zaman sekarang yang sudah mengidap gagal ginjal. Orang kota sih enak ya, kalau ingin olahraga mereka punya banyak pilihan fasilitas. Kalau kita masih menganggap lirik “Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya” penting, maka sebenarnya memeratakan pusat olahraga hingga ke desa-desa sama pentingnya dengan memeratakan sekolah.
Oleh karena itulah, ide “satu desa, satu gym” itu ide yang bagus, brilian, dan efeknya nggak hanya badan sehat, tapi jauh lebih banyak dari itu.
Takut ototmu gede? Belum tentu bisa juga sih
Saya paham sebagian orang masih punya pandangan miring soal nge-gym. Makanya terkadang jadi guyonan. Misalnya, beberapa orang tidak suka dengan otot badan yang terlampau besar. Ada yang geli bahkan. Ini sih soal preferensi ya. Terserah saja.
Hanya saja, perlu diketahui bahwa otot badan seperti pak Andika Perkasa atau bahkan Ade Rai tidaklah mudah didapat. Selain itu, ada pilihan lain bentuk otot yang lebih kecil (tipe lean), seperti Randy Pangalila dan Jefri Nichol. Artinya, kalau soal tipe bentuk tubuh, sebenarnya bisa dipilih. Disesuaikan saja nanti dengan program latihannya. Itu pun sama-sama tidak mudah didapat.
Jadi, tidak perlu punya bayangan liar, seolah-olah kamu masuk tempat gym sekali dua kali, keluar-keluar langsung jadi seperti Ade Rai. Banyak kok orang yang bertahun-tahun nge-gym ototnya nggak gede-gede.
Yang lebih penting dari otot gede
Di luar soal bentuk fisik, sebenarnya ada manfaat nge-gym yang lebih penting, yaitu memperkuat otot. Di kehidupan kita sehari-hari, aktivitas seperti berjalan, naik-turun tangga, angkat galon, adalah aktivitas yang lumrah saja. Tidak spesial. Tapi pernah tidak, kita berpikir kalau semua aktivitas itu bisa kita jalankan karena kita punya otot?
Seperti kata-kata bijak, “Nikmatnya sehat baru terasa ketika sakit”. Otot pun demikian. Kita baru akan merasakan pentingnya otot yang kuat saat berdiri sebentar sudah pegel dan angkat galon langsung encok. Buat saya, inilah manfaat utama nge-gym, memperkuat otot-otot kita. Pertengahan pandemi lalu adalah bobot terberat saya, menyentuh 72 kilogram. Karena resah dengan bobot yang terus meningkat, saya putuskan coba nge-gym. Tentunya dibarengi dengan pola hidup sehat ya, seperti jaga makan dan istirahat cukup. Hasilnya, bobot saya turun cukup drastis. Efek yang paling saya suka adalah badan jadi terasa ringan, tidak gampang capek dan ngantuk. Soal postur tubuh sih, biasa-biasa saja ya. Tapi lumayan lah, kalau foto nggak perlu tahan napas. Hehe
Dari sejumlah manfaat yang saya rasakan itu, makanya saya mendukung kalau Pak Andika ingin membangun pusat gym di Jawa Tengah. Mungkin untuk awal, programnya bisa disesuaikan dulu dengan kebutuhan, satu kabupaten satu gym saya rasa lebih realistis. Selain itu, pastinya saya berharap Pak Andika tidak lupa dengan program prioritas seperti masalah kemiskinan, pengangguran, dan akses pendidikan. Yaa, kita nggak mau kan warga Jawa Tengah pada berotot tapi bloon.
Penulis: Ridho Nugroho
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Nge-Gym doang mah Gampang, yang Susah Istiqamahnya!