Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Puan Maharani, ketimbang Menambah Periode Jabatan Presiden, Mending Lakukan 3 Hal Ini

Ang Rijal Amin oleh Ang Rijal Amin
29 Desember 2020
A A
puan maharani dpr Pak RT mojok

puan maharani dpr Pak RT mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Tidak ada angin, tidak ada hujan, dan Indonesia masih tampak begini-begini saja. Tiba-tiba Puan Maharani kepikiran untuk memperpanjang masa jabatan presiden yang sebelumnya hanya diperbolehkan dua periode saja menjadi tiga periode.

Banyak yang akhirnya mengkritik usulan Puan Maharani yang memang tidak ada bagus-bagusnya itu. Jelas saja bahwa dari usulannya itu, Puan Maharani telah melupakan karakter mendasar yang dimiliki umat manusia yang hidup di abad ke-21, yakni cepat bosan.

Seperti halnya film Tukang Bubur Naik Haji yang menghabiskan total 2.185 episode, hanya dalam kurun waktu lima tahun saja menonton film itu sudah cukup membuat mabuk para penonton setia televisi gara-gara dianggap terlalu bertele-tele dan tak kunjung berkesudahan sekalipun tokoh utamanya telah lama tiada.

Kalau saja film tersebut terus diperpanjang hingga hari ini tanpa mengindahkan betapa muaknya orang-orang menantikan akhir cerita, dampak terparahnya bukan saja akan menyebabkan mabuk nasional, melainkan juga berdampak pada hilangnya pangsa pasar bagi para tukang bubur yang betul-betul serius menjadi tukang bubur karena dikira bersekutu dengan Haji Sulam.

Sialnya, yang direpotkan dari fenomena mabuk semacam itu bukanlah golongan non-blok yang tidak peduli apakah bubur itu harus diaduk atau dibuang ke selokan. Yang direpotkan justru DPR karena harus mempertimbangkan bagaimana cara menerbitkan larangan peredaran bubur ke dalam RUU Minuman Beralkohol.

Nah, kalau perkara film TBNH saja yang semata-mata dibuat sebagai produk kenikmatan sampai bisa membuat mabuk nasional, apalagi dengan masa jabatan presiden? Kita tahu kalau akar kebosanan dari film TBNH diperparah oleh kualitas film yang begitu-begitu saja. Lantas, apakah Puan mengira kualitas pengelolaan negara jauh lebih fantastis ketimbang film TBNH?

Selain itu, ketiadaan sosok Haji Sulam jelas-jelas telah membuat film TBNH kehilangan jati dirinya. Sama dengan bangsa Indonesia yang kehilangan sosok Jokowi. Jujur saja, Jokowi yang dipilih 2014 silam adalah sosok yang berbeda dengan Jokowi yang menjabat presiden hari ini. Orang-orang memilih Jokowi yang hilang itu, bukan Jokowi yang memiliki anak dan menantu yang menang di Pilkada Solo dan Medan.

Alhasil, tidak heran jika film TBNH dan kepemimpinan Jokowi dianggap hambar, bertele-tele, dan lekas membosankan.

Baca Juga:

Gaji Guru 25 Juta per Bulan Itu (Baru) Masuk Akal, Kualitas Baru Bisa Ditingkatkan kalau Sudah Sejahtera!

Isu Ijazah Jokowi Palsu Adalah Isu Goblok, Amat Tidak Penting, dan Menghina Kecerdasan, Lebih Baik Nggak Usah Digubris!

Usulan Puan Maharani untuk menambah periode jabatan presiden memanglah tidak secara terang-terangan diperuntukkan kepada Jokowi. Tapi, siapa pun, bahkan tanpa perlu memiliki IQ berbintang seperti Sujiwo Tejo akan paham kalau hanya ada dua orang di antara 268.583.016 jiwa yang bisa menambah periode jabatan untuk ketiga kalinya, yakni SBY dan Jokowi.

Di antara keduanya, tentu saja yang paling mungkin mencalonkan diri adalah Jokowi. Usulan tiga periode ini, tentu saja tidak diarahkan untuk mengadu domba Jokowi dan SBY, melainkan sebagai jalan agar Jokowi tidak lekas menganggur setelah Pilpres 2024. Dalam artian, PDIP masih akan menjadi partai penguasa.

Pertanyaannya, mengapa Puan Maharani berharap Jokowi ikut Pilpres sekali lagi? Padahal, dalam survei elektabilitas yang dilakukan oleh Indikator Politik pada Oktober lalu menunjukkan bahwa Ganjar memiliki elektabilitas tertinggi untuk Pilpres 2024.

Artinya, PDIP sebetulnya masih memiliki peluang menguasai negara sekali lagi tanpa harus mengandalkan Jokowi seorang jika survei elektabilitas itu akurat. Tetapi, nampaknya Puan meragukan hasil survey tersebut. Ganjar pun tidak punya brand tertentu yang membuat publik bisa betul-betul fanatik kepadanya. Apalagi, setelah menjabat sebagai gubernur, ia mengkhianati janji kampanyenya yang menolak tambang dan membela para petani.

Sementara lawannya yang paling mungkin tentu saja adalah Anies Baswedan. Blio punya massa fanatik hasil akuisisi yang dilakukannya pada Pilkada DKI. Apalagi, belakangan Anies tampak semakin dekat saja dengan Habib Rizieq.

Jika dibiarkan begitu terus, tidak menutup kemungkinan kalau Anies akan mengakhiri era kejayaan PDIP dan mengalahkan Ganjar. Maka tidak heran, jalan pintas yang hendak diambil Puan begitu polos dan terang-terangan, yakni menambah periode jabatan presiden agar yang melawan Anies adalah Jokowi, bukan Ganjar.

Tapi, Puan lupa kalau peluang Jokowi memenangkan Pilpres 2024 belum tentu semudah seperti pada periode-periode sebelumnya. Apalagi, Jokowi memang telah berniat menghabisi masa jabatannya kali ini dengan tanpa memberi citra-citra tertentu yang membuatnya masih layak dijunjung tinggi. Oleh karena itu, ketimbang membuat Jokowi harus berepot-repot membuka peluang menang, saya punya saran apa saja yang harus dilakukan Puan untuk mengalahkan Anies Baswedan.

Pertama, memperpanjang periode jabatan Gubernur DKI Jakarta.

Hal ini sebetulnya lebih gampang ketimbang memperpanjang periode jabatan presiden. Sebab, kalau memperpanjang periode jabatan presiden artinya harus mengubah konstitusi. Kita tahu untuk melakukan amandemen dibutuhkan syarat-syarat yang sulit dipenuhi seperti yang diatur dalam pasal 37 UUD.

Sebaliknya, kalau Puan hendak memperpanjang periode gubernur, Puan hanya perlu merevisi UU Pilkada. Dan, kalau bikin UU Cipta Kerja saja bisa, mustahil Puan tidak sanggup merevisi sebuah UU yang memang sudah langganan direvisi.

Apa yang direvisi? Puan hanya perlu mengatur agar gubernur DKI wajib menjabat selama 45 tahun berturut-turut tanpa pensiun. Tentu angka itu sudah mengakomodir peluang menjabat presiden untuk Ganjar, Gibran, Bobby, dan Puan sendiri. Alhasil, Anies tidak punya kesempatan mencalonkan diri sebagai presiden.

Kedua, meminta Jokowi agar berjanji akan menerapkan syariat Islam di Indonesia.

Sebetulnya yang membuat Habib Rizieq kurang sreg dengan negara adalah hilangnya tujuh kata dalam sila pertama. Hal itu bahkan sudah blio tulis dalam disertasinya di Malaysia. Dengan berjanji untuk menerapkan syariat Islam, Jokowi telah melemahkan tuntutan dan keresahan Sang Habib beserta umatnya.

Tidak penting Jokowi beneran mau menepati janjinya. Yang penting janji saja dulu. Belum lagi kalau Jokowi tiba-tiba melakukan sweeping malam tahun baru, menutup rumah ibadah non muslim, dan membakar bendera PKI. Otomatis, massa fanatik Habib Rizieq yang mendukung Anies akan beralih mendukung Jokowi dan PDI-P.

Tapi, saran ini terlalu berisiko, mending ikuti saran ketiga.

Ketiga, membuat hoax kalau Anies akan menjadi pelatih MU.

Saya kira, klub paling diolok-olok di dunia ini adalah MU. Alih-alih menjadi presiden, hoax semacam itu akan membuat Anies jadi bahan tertawaan seluruh dunia. Mau aja nglatih tim medioker.

Sumber gambar: Akun Twitter @Harian_Jogja

BACA JUGA Hal yang Menyebalkan dan Sering Bikin Bingung di Resep Masakan dan tulisan Ang Rijal Amin lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 29 Desember 2020 oleh

Tags: dprJokowipdipresidenpuan maharani
Ang Rijal Amin

Ang Rijal Amin

Tinggal di Facebook Ang Rijal Amin

ArtikelTerkait

aksi 22 mei

Kenapa Kita Susah Menerima Aksi Damai 22 Mei Apapun Alasannya

24 Mei 2019
DPR 'Pemburu Sunrise': Wakil Rakyat yang Nir-Empati dan Kita yang Pelupa terminal mojok.co

DPR ‘Pemburu Sunrise’: Wakil Rakyat yang Nir-Empati dan Kita yang Pelupa

29 Juni 2021
dewan perwakilan

DPR Tuh Singkatan dari Dewan Perwakilan Ramashook Kan, Ya?

28 September 2019
macron jokowi komentar motif mojok

Menebak Alasan Jokowi Merasa Perlu Berkomentar Soal Pernyataan Macron

4 November 2020
pak prabowo

Pak Prabowo, Katakan pada Pak Jokowi Bahwa Saya Sudah Siap Bersama Rakyat untuk Mendukung dan Mengontrol Kepemimpinan Bapak

30 Juni 2019
Combo Nggak Tahu Diri dan Nggak Tahu Malu Gubernur Lampung (Unsplash)

Yang Nggak Tahu Diri Gubernur Lampung, tapi Kenapa Saya yang Malah Malu, ya?

7 Mei 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

30 November 2025
Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang Mojok.co

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

3 Desember 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.