Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

Pakaian Seragam Adalah Aksi Nyata Menumpas Kesenjangan Sosial dalam Ruang Pendidikan

Mohammad Maulana Iqbal oleh Mohammad Maulana Iqbal
8 Juni 2021
A A
Pakaian Seragam Adalah Aksi Nyata Menumpas Kesenjangan Sosial dalam Ruang Pendidikan terminal mojok
Share on FacebookShare on Twitter

Selama mengenyam pendidikan di bangku kuliah jurusan Sosiologi, saya selalu didoktrin oleh mata kuliah berbasis kritis, terutama mata kuliah pendidikan kritis bahwa seragam sekolah itu memiliki konotasi yang negatif.

Seragam sekolah adalah sebuah bentuk pendisiplinan kepada siswa dalam dunia pendidikan. Sehingga setiap siswa tidak dapat berekspresi secara bebas sesuai dengan kreativitasnya masing-masing. Siswa didoktrin dan terpaku pada seragam tertentu saja yang memaksakannya untuk mengurung berpikir secara inovatif. Siswa digiring bahwa yang benar hanyalah satu, yakni berseragam, sedangkan yang tidak berseragam adalah salah.

Ya memang, sih, kalau berangkat dari perspektif “kiri”, berbagai argumen tersebut dapat dibenarkan. Dalam artian siswa tidak bebas, tidak dapat berekspresi, tidak dapat kreatif, terutama dalam berpakaian ketika mengenyam pendidikan. Mereka terpaku pada pakaian tertentu yang diberi nama “seragam”.

Padahal loh ya, kalau mau beranjak ke sudut pandang yang berbeda sedikit saja, menurut saya justru seragam dalam dunia pendidikan nggak se-negatif itu juga. Namun, tetap dalam visi yang kritis dalam merespon suatu realita pendidikan.

Menurut saya, pakaian seragam dalam dunia pendidikan itu justru aksi nyata untuk mengaburkan, bahkan menumpas kesenjangan sosial yang ada dalam ruang pendidikan. Kelas sosial yang dimiliki peserta didik akan menjadi kabur dalam etika berseragam di sekolah.

Kenapa saya bisa katakan seperti itu?

Ya bisa dilihat sendiri di kebanyakan sekolah di Indonesia yang menggunakan seragam sekolah. Para siswa yang berstatus elite, kaya raya, berkelas menengah ke atas, memakai pakaian yang nggak berbeda dengan para siswa yang dari kelas menengah ke bawah. Mereka semua disamakan dalam hal berpakaian ketika menempuh pendidikan di sekolah.

Kalau untuk jenjang SD, maka akan menggunakan pakaian seragam putih merah. Kalau jenjang SMP, maka akan menggunakan pakaian seragam putih biru. Kalau jenjang SMA, maka akan menggunakan pakaian putih abu-abu. Mereka semua menggunakan pakaian seragam yang sama, tanpa membedakan kelas sosial yang dimiliki masing-masing.

Baca Juga:

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Dosa Pemilik Jasa Laundry yang Merugikan Banyak Pihak

Sekarang coba, deh, lihat kondisi sosial di jenjang pendidikan perguruan tinggi yang tidak memiliki pakaian seragam yang sama di seluruh Indonesia. Paling mentok jas kampus, itu pun tidak digunakan setiap hari ketika berkuliah dan setiap kampus memiliki model dan warna yang berbeda-beda pula.

Hanya dari berpakaian mahasiswa ketika berkuliah saja, dapat dilihat kelas sosial yang dimilikinya. Kalau anak sultan, elite, yang hartanya tak bakal habis tujuh turunan, pasti pakaiannya dengan merek terkenal, dan gonta-ganti setiap harinya.

Nah, dari sini saja sudah dapat terlihat bagaimana kesenjangan sosial dalam dunia pendidikan di kampus. Iya, kalau mahasiswanya berpola pikir sederhana, lah bagaimana dengan yang nggak seperti itu?

Saya di sini bukan berarti hanya asal bicara dan beropini secara liar belaka, melainkan saya sendiri pernah mengalami kesenjangan sosial tersebut secara langsung semasa saya berkuliah.

Jadi, saya pernah mendapatkan omongan dari teman saya bahwa pakaian saya ketika kuliah siklusnya itu-itu saja, tidak ada pakaian yang baru sama sekali. Kemudian, dia berbicara juga, bahwa pakaian dengan siklus itu-itu saja ketika berkuliah merupakan cerminan anak kos dengan kehidupan yang biasa-biasa saja.

Ya, memang benar analisis teman saya tersebut bahwa saya merupakan anak kos.

Tidak hanya sampai di situ saja, kemudian teman saya tersebut membandingkan dengan teman saya yang lain yang berstatus kelas menengah ke atas dalam hal berpakaiannya ketika kuliah. Teman saya yang berstatus kelas menengah ke atas tersebut berpakaian selalu berbeda di setiap harinya, bahkan dalam sebulan mungkin tidak ada pakaian yang digunakan dua kali, apalagi lebih.

Saya sendiri tidak mau ambil pusing dengan analisis kondisi sosial teman saya tersebut, yang kerjaannya merhatiin pakaiannya teman-temannya. Saya hanya menyimpulkan, berarti secara sederhananya, dalam dunia kuliah yang notabenenya tidak ada seragam dan berpakaian bebas asal sopan, justru menjadi ladang untuk menampakkan kesenjangan sosial dalam ruang pendidikan.

Sedangkan, dalam jenjang sekolah yang notabenenya memiliki pakaian seragam, justru malah mengaburkan, bahkan menumpas kesenjangan sosial dalam ruang pendidikan di sekolah. Melalui seragam, kelas sosial yang dimiliki peserta didik tidak dapat ditampakkan secara gamblang.

BACA JUGA Saran Warna Seragam Satpam biar Cocok dengan Jobdesknya dan tulisan Mohammad Maulana Iqbal lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 16 November 2021 oleh

Tags: Mahasiswapendidikan terminalseragamseragam sekolah
Mohammad Maulana Iqbal

Mohammad Maulana Iqbal

Terkadang sedikit halu.

ArtikelTerkait

Penampilan Serba Nanggung Khas Mahasiswa S-3 yang Saya Jumpai di Kampus Terminal Mojok

Penampilan Serba Nanggung Khas Mahasiswa S-3 yang Saya Jumpai di Kampus

14 Oktober 2022
Membayangkan Rasanya Jadi Mahasiswa KKN di Kampung Durian Runtuh Upin dan Ipin

Membayangkan Rasanya Jadi Mahasiswa KKN di Kampung Durian Runtuh “Upin dan Ipin”

9 Desember 2023
3 Dosa Penerima Beasiswa KIP yang Hanya Diketahui oleh Sesama Mahasiswa KIP Mojok.co beasiswa kip kuliah

3 Dosa Penerima Beasiswa KIP yang Hanya Diketahui oleh Sesama Mahasiswa KIP

15 Januari 2024
uang jajan

UKT Bayar, Kost Bayar, tapi Uang Jajan Dihentikan, Ah Dasar Pandemi Menyebalkan!

17 Juni 2020
tipe mahasiswa kelas sore mojok

4 Tipe Mahasiswa Unik yang Bisa Ditemukan di Kelas Sore

8 November 2020
4 Keunikan UIN SAIZU Purwokerto yang Nggak Ada di Kampus Lain purwasera uin saizu

4 Keunikan UIN SAIZU Purwokerto yang Nggak Ada di Kampus Lain

11 September 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

26 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.