Kemunculan media sosial membuat banyak orang menjadi tidak sungkan atau bahkan sengaja meng-update keadaan yang tengah mereka alami lewat “status”. Mulai dari yang menyedihkan, menggembirakan, menyedihkan yang nyatanya hanya “sok sedih” , menggembirakan yang nyatanya “agar terlihat bahagia”, sedih tapi sok tegar, kesal, marah-marah, dan masih banyak lagi rupa-rupa orang yang menuangkan kenyataan dan kepalsuannya. Tapi, dari sekian banyak aktivitas bermedsos ria, ada satu aktivitas yang sampai saat ini saya tidak tahu maksud dan tujuannya, apalagi faedahnya bagi khalayak per-sosmed-an. Yaitu update status screenshot WhatsApp atau chat pribadi.
Saya yakin sekali seratus persen pasti salah satu teman kalian di medsos entah Facebook, Twitter, Instagram, atau bahkan WA sekalipun ada yang pernah melakukan hal tersebut.
Okelah saya masih bisa memaklumi jika yang update status screenshot WhatsApp atau chat pribadi adalah orang-orang yang berjualan, biasanya mereka meminta customer-nya untuk melakukan testimoni produk. Tujuan ia mem-posting screenshot percakapannya seratus persen sungguh jelas, yaitu untuk meyakinkan orang lain bahwa produknya oke. Hal tersebut adalah salah satu strategi marketing. Saya juga masih bisa mengatakan itu wajar jika isi screenshot chat itu adalah informasi yang memang harus diketahui orang banyak karena memang isinya informatif dan berguna bagi khalayak ramai.
Akan tetapi ada tingkah anak manusia yang membuat saya gagal paham, merasa aneh, dan sekarang masuk ke level geli. Yaitu orang yang update status screenshot WhatsApp, tapi isinya tidak jelas. Hanya dia dan si partner chatnya yang paham. Belum lagi biasanya ada percakapan yang sengaja dicoret-coret biar ketutup dan hanya menyisakan percakapan tertentu. Dan saya tahu persis, orang yang membacanya pastilah tidak paham, lebih tepatnya nggak pengin paham.
Terus kalau udah dilihat story-nya sama orang lain atau bahkan sampai dikepoin, lalu dapat apa sih? Saya benar-benar tidak paham apa faedahnya, itu chat berbobot juga nggak, informatif apalagi. Tapi, hampir setiap hari ada saja teman-teman saya yang update screenshot WhatsApp semacam itu.
Saya menyadari di media sosial kita bebas berekspresi dan setiap orang juga bebas untuk melihat postingan orang lain atau tidak. Semuanya adalah pilihan masing-masing individu. Tapi, mbok ya dipikir dulu gitu kalau mau update status. Percakapan pribadi dua arah kok disebarin ke orang banyak, kan aneh. Iya kalau si partner chat suka dengan hal yang kamu lakukan, nah kalau tidak? Bukankah hal tersebut sama saja dengan mengganggu privasi orang lain? Iya kalau postingannya itu informatif atau paling tidak mengandung humor yang rasanya teramat disayangkan untuk dipendam sendirian, saya rasa itu sah-sah saja dan wajar dilakukan.
Memang tidak akan ada yang protes ketika kita memposting apa pun di media sosial, kecuali mungkin yang berbau SARA karena saya sendiri juga enggan berkomentar di status teman-teman saya yang sedikit aneh, entah apa pun itu isinya. Tapi, saya yakin jika kalian-kalian yang hobinya update status foto screenshot WhatsApp dan chat yang nggak jelas itu pasti juga bakalan merasa ilfeel jika ada teman yang melakukan hal serupa.
Kita diberi wadah media sosial untuk bebas berekspresi. Bebas bukan berarti apa pun yang kita lakukan bisa di-posting sesuka hati kan? Namanya juga sosial media, pastilah nanti endingnya akan dilihat orang banyak, pastilah kita tahu apa yang orang lain memang harus tahu dan apa yang orang lain tidak perlu tahu.
BACA JUGA Saya Membisukan Story WA Semua Orang dan Saya Tidak Menyesal dan artikel Elisa Erni lainnya.