Kali pertama saya melihat Komeng tampil di televisi nasional adalah waktu SD. Kala itu, saya melihatnya di acara Spontan, ia menjadi pengisi acara sekaligus pengisi suara untuk segmen bincang hewan. Bagi saya, sejak pertama menonton penampilannya, Komeng adalah sosok komedian yang paripurna. Selalu bisa menghibur sekaligus membuat para penonton tertawa melalui celetukan.
Masih dalam periode yang sama, tidak lama setelah saya rutin menonton Komeng di acara Spontan, hadir juga acara sketsa komedi yang dipadupadankan dengan lawakan ala lenong Betawi dalam acara Pepesan Kosong. Acara tersebut dibintangi beberapa seniman kenamaan asal Betawi. Dua nama besar di antaranya adalah Malih Tong Tong dan Bolot.
Bagi saya, Komeng tampil sendiri atau bersama grup lawaknya kala itu, Diamor, itu sudah sangat lucu. Selalu lucu. Begitu pula saat Haji Malih dan Haji Bolot melawak dalam satu panggung atau layar kaca. Ledakan tawanya pasti pecah.
Pada masanya, dalam acara Pepesan Kosong (bahkan sampai dengan saat ini), Komeng, Haji Malih, dan Haji Bolot, sering kali beradegan dan melawak dalam satu layar. Ttiap kali mereka bertiga beradu lucu, hasilnya adalah letupan tawa saya bersama anggota keluarga lainnya. Nggak jarang, kelucuan yang saya tonton, selalu saya ceritakan kembali kepada teman-teman pada keesokan harinya di sekolah.
Tidak bisa tidak, Komeng, Haji Malih, dan Haji Bolot adalah komedian yang sangat sulit tergantikan di Indonesia. Mengingat, mereka bertiga memiliki ciri khas yang, jika ditiru oleh orang lain, tingkat kelucuannya belum tentu sama. Bahkan, dapat dikatakan bahwa ciri khas antara Komeng, Haji Malih, dan Haji Bolot itu berkesinambungan dan saling melengkapi satu sama lain saat sedang satu panggung atau satu layar. Betul-betul menjadi satu kesatuan yang solid.
Sketsa atau alurnya kurang lebih seperti ini. Pertama, Haji Bolot dengan ciri khasnya yang budeg, membuka obrolan dengan Haji Malih atau Komeng. Kemudian, saat direspons oleh salah satu dari mereka berdua, jawabannya malah nggak nyambung dan berakhir dengan ekspresi mangkel sekaligus misuh dari keduanya.
Sedangkan Komeng, biasanya punya tugas untuk menenangkan Haji Malih yang kadung tersulut amarah karena Haji Bolot budegnya kelewat menyebalkan. Namun, apa daya, Komeng yang punya celetukan mumpuni pun sering kali ikut mangkel dan malah misuh bareng bersama Haji Malih.
Dari dahulu hingga sekarang, meski sketsa tersebut selalu diulang, format dan template-nya sama, entah kenapa dan bagaimana caranya, selalu lucu. Sangat, sangat lucu. Tak jarang, rekan satu acara juga sering terlihat ngakak saat mereka bertiga “beraksi”. Sebut saja Andre dan Sule di Ini Talk Show yang sering kali ikut tertawa sampai terkekeh-kekeh. Bahkan, sampai nangis karena saking lucunya.
Wajar saja jika saya, mungkin juga banyak orang sekaligus penonton di mana pun, berpikir bahwa mereka bertiga adalah legenda hidup komedian yang tidak akan tergantikan sampai kapan pun. Bisa saja orang lain meniru ciri khas tersebut, tapi, hasilnya bisa jadi akan jauh berbeda. Mereka betul-betul jeli memilih persona dalam dunia komedi.
Nggak heran saat Haji Malih bersinggungan dengan Ade Londok beberapa waktu yang lalu, Komeng langsung mengklarifikasi hal tersebut di kanal YouTube-nya. Menurut pernyataan Haji Malih, Haji Bolot juga sempat menghubungi dan merasa kurang sreg dengan insiden tersebut. Namanya juga sahabat, wajar jika Komeng dan Haji Bolot merasa khawatir satu sama lain.
Mau bagaimanapun, mengenai persoalan tersebut, semoga Haji Malih selalu baik-baik saja dan segala masalah bisa segera diselesaikan baik-baik.
Sampai dengan saat ini, Indonesia memang tidak pernah kehabisan bibit pelawak. Selalu saja ada pelawak atau komedian baru yang bermunculan. Apalagi, saat ini genre komedi semakin luas dengan format dan persona yang semakin beragam. Tapi, sebagaimana diketahui, tidak semuanya dapat diterima oleh masyarakat dengan baik. Terlebih soal dark jokes. Aduh. Rasa-rasanya belum familiar aja gitu.
Barangkali memang benar. Untuk menghibur banyak orang dengan berbagai latar belakang, nggak perlu suatu hal atau percakapan yang ndakik-ndakik. Ada kalanya, suatu komedi akan terasa sangat menyenangkan jika disampaikan secara sederhana, tapi tidak melupakan esensi untuk menghibur sekaligus membuat orang lain tertawa.
Hal tersebut sudah sejak lama dilakukan oleh komedian senior sekaligus legenda hidup dalam dunia lawak Indonesia: Komeng, Haji Malih, dan Haji Bolot.
BACA JUGA Suka Duka Bekerja Menjadi Petugas Kliring dan artikel Seto Wicaksono lainnya.