Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Katanya Jangan Percaya Media, tapi Kok Percaya Konspirasi, sih?

Achmad Bayu Setyawan oleh Achmad Bayu Setyawan
3 Agustus 2020
A A
Perbedaan Antara Freemasonry dan Illuminati yang Sering Dituduh Jadi Dalang Kerusuhan terminal mojok.co

Perbedaan Antara Freemasonry dan Illuminati yang Sering Dituduh Jadi Dalang Kerusuhan terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Efek pandemi COVID-19 belum berakhir. Bahkan di Indonesia sudah mendapatkan silver play button, dan masih melaju kencang. Entah kita harus bangga atau bersedih atas pencapaian ini. Bahkan konspirasi mengenai COVID-19 semakin tumbuh subur. Padahal, awal COVID-19 masuk ke Indonesia, semua orang was-was dan takut untuk terinfeksi.

Karena kondisi masyarakat yang mulai berada di titik jenuh, lebih mudah untuk menghembuskan konspirasi di tengah masyarakat. Hal ini semakin mengkhawatirkan, karena beberapa orang yang terkenal—yang dapat menjangkau orang banyak—berada di barisan konspirasi.

Tetapi, hal yang didengungkan sebetulnya itu-itu saja. Misalnya, COVID-19 itu sebenarnya tidak ada, hanya ulah elit global. Kini berganti menjadi COVID-19 itu ada, tetapi memang dibesar-besarkan oleh media dan tenaga kesehatan saja.

Jangan tanyakan efeknya. Kini masyarakat tidak mengindahkan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker dan menjaga jarak. Selain karena pemerintah yang kurang tegas, influencer-influencer itu juga turut andil dalam perubahan masyarakat.

Beberapa teman kuliah saya percaya bahwa virus COVID-19 adalah konspirasi. Bayangkan, ini mahasiswa loh. Yang seharusnya menjunjung tinggi logika, nalar kritis dan keilmuan bisa juga percaya. Apalagi orang yang masih percaya bahwa forward berita WhatsApp dari blogspot adalah berita yang sahih.

Sering saya mendapatkan komentar berbau konspirasi di media sosial. Karena gabut dan pengen cari ribut, saya ladeni saja argumen dari mereka. Rata-rata mereka menutup dialog. Kalau tidak dibilang debat kusir dengan argumen “Coba kau tengok itu Instagram jrxsid, agar mata kau terbuka”. Kalau nggak, ya “Masih aja percaya sama media yang jadi antek-anteknya WHO”

Lantas apa yang mereka maksud untuk tidak percaya media? Apakah mereka nggak sadar, kalau konspirasi yang mereka terima itu dari mana kalau bukan lewat media.  Instagram yang menjadi alat propaganda JRX itu juga media, Podcast-nya Deddy Corbuzier itu juga media, bahkan Channel Flat Earth 101 itu juga media.

Kalau yang dimaksud media adalah media mainstream. Rasa-rasanya bukan hanya petugas kesehatan saja yang akan menangis, tetapi jurnalis juga. Gimana nggak nangis. Wong jurnalistik itu  memiliki kode etik, bisa di cross-check kebenarannya, nggak sembarangan. Berbeda dengan hipotesis konspirasi yang bisa lempar sembarangan, seperti COVID-19 itu ulah elit global.

Saya lebih percaya kepada media mainstream, yang sudah teruji kredibilitas-nya dan minim bias daripada channel YouTube yang ujug-ujug membahas tentang konspirasi, dan banyak bias-nya.

Kalau membaca media mainstream, nalar saya masih terjaga untuk tetap kritis. Tapi nggak tahu kenapa, kalau lihat hipotesis konspirasi seperti kerbau yang dicucuk hidungnya. Karena konspirasi itu sekedar asumsi, tidak bisa dibuktikan secara konkrit, tidak bisa dikritik juga. Akhirnya cuma manggut-manggut saja.

Lucu saja ketika mereka menyuruh untuk tidak menelan mentah-mentah apa yang diberitakan oleh media. Sedangkan, mereka malah menelan mentah-mentah konspirasi yang mereka terima.

Karena merasa ia mengetahui banyak hal, dan argumennya tidak dapat dicounter. Mereka menjadi jumawa. Toh kalau berhasil dicounter, mereka akan bilang “kamu kalau nggak percaya, lihat sendiri di Instagram bla-bla-bla, YouTube bla-bla-bla” Lha gimana ya, kalau nyodorin Instagramnya JRX ke orang yang tidak percaya konspirasi itu sama aja nyodorin orang NU hukumnya rokok di website Salafi. Yo ora mathuk.

Selain itu, kalau mentok tidak bisa menggunakan otak, ia akan menggunakan otot untuk menyelesaikan masalah.

“Cek DM-mu sat” atau “Cek email-mu sat, udah kukirim invoice tiket ke Bali, baku hantam kita” menjadi guyonan di media sosial. Loalah, dikira semua masalah bisa diselesaikan dengan baku hantam begitu?

Belum lagi masalah latar belakang pendidikan. Apakah orang yang berada di panggung itu kompeten atau tidak? atau hanya meraba-raba saja. Dokter yang berada di bidangnya saja tidak berani berasumsi atau beropini pribadi atas virus baru ini.

Eeeeh, tapi kan orang yang percaya konspirasi COVID-19 itu didukung oleh beberapa opini dokter?

Nih, saya mengutip dari artikel Pak Damar Prasetya Ajie Putra Begini Cara Dokter Menyatakan yang Benar itu Benar dan yang Salah Itu “Salah”. Ternyata tingkat yang paling dibawah adalah pernyataan para ahli. Lihatlah saudara-saudari pecinta konspirasi. Pernyataan para ahli saja berada di tingkat terbawah.

Misalnya, klaim ahli dari Universitas anu yang menyatakan penangkal dari virus corona adalah ini dan itu. Klaim dari para ahli saja masih patut untuk dikritisi, sebelum adanya tes sampel yang menunjukkan memang itu adalah penangkalnya.

Justru yang patut dipertanyakan adalah, apa tendensi dari beberapa dokter itu yang bilang kalau virus corona memang sebuah konspirasi?

Ingin rasanya membalas semua argumen para pecinta konspirasi yang ada di sosial media.  Namun saya batalkan, buru-buru menghapus semua kalimat yang sudah saya ketik. Karena saya tahu kalau argumen bakal ditolak mentah-mentah.  Lantas mengganti dengan “Guobloooook”. Seketika lega hati saya.

Eh bentar ya, tiba-tiba ada yang DM ngirimin invoice buat ke Bali.

BACA JUGA Demi Kebaikan, Sebaiknya Pedagang Jangan Menerapkan Tarif Seikhlasnya atau tulisan-tulisan Achmad Bayu Setyawan lainnya di Terminal Mojok.

Baca Juga:  Dear Anak STM, Kalian Sudah Baca RUU-nya Belum Sih?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 3 Agustus 2020 oleh

Tags: covid-19Konspirasimedia
Achmad Bayu Setyawan

Achmad Bayu Setyawan

Mahasiswa Antropologi UNAIR. Ingin menjadi manusia yang berguna. Bisa diajak berdiskusi melalui ig @setyawan_bayy.

ArtikelTerkait

panduan memahami resesi ekonomi indonesia 2020 data bps pengumuman bps survei ketenagakerjaan kuartal III 2020 mojok.co

Panduan Memahami Resesi Ekonomi Indonesia yang Baru Diumumkan

5 November 2020
Memahami Beda Disinformasi, Malinformasi, dan Misinformasi Biar Nggak Keder terminal mojok.co

Negeri Ini Darurat Hoaks

9 Oktober 2019
solo zona hitam mojok

Status Zona Hitam untuk Solo Justru Berpotensi Dipelintir oleh Penikmat Konspirasi

15 Juli 2020
Membongkar Konspirasi Geger Gedhen Pesulap Merah vs Gus Samsudin

Membongkar Konspirasi Geger Gedhen Pesulap Merah vs Gus Samsudin

5 Agustus 2022
Apakah Harus kayak Jerinx Dulu biar Cepat dan Mudah Dapat Vaksin? terminal mojok.co

Apakah Harus kayak Jerinx Dulu biar Cepat dan Mudah Dapat Vaksin?

23 Agustus 2021
laporcovid-19 vaksinasi covid-19 vaksin nusantara indonesia lepas pandemi ppkm vaksin covid-19 corona obat vaksin covid-19 rapid test swab test covid-19 pandemi corona MOJOK.CO

Bantahan untuk Kemenkes yang Menyangkal Laporan LaporCovid-19: Fasyankes Kolaps Itu Benar Adanya

5 Juli 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Kebumen di Tahun 2025: Menuju Kabupaten Kaya Raya Atau Ilusi Belaka?

Kebumen: Kabupaten yang Harusnya Surga Wisata dan Kaya, tapi Malah Termiskin di Jawa Tengah, kok Bisa?

9 Juli 2025
UNS, Kampus Terbaik di Solo yang Bikin Salah Paham (Unsplash) kampus di Solo

7 Keanehan Kampus di Solo: dari Logo yang Unik hingga Letak Kampus yang Nggak Sesuai Ekspektasi

9 Juli 2025
Derita Bisnis Es Teh Jumbo yang Terancam Gulung Tikar (Unsplash)

Derita Pedagang Es Teh Jumbo yang Jualannya Terancam, Sudah Pasang Harga Murah Masih Kedatangan Pesaing Berat

11 Juli 2025
Jasa Laundry Kiloan Bikin Frustrasi: Saya Kehilangan Baju Bermerek hingga Dapat Pakaian Dalam Orang Lain Mojok.co

Jasa Laundry Kiloan Bikin Frustrasi: Saya Kehilangan Baju Bermerek hingga Dapat Pakaian Dalam Orang Lain

7 Juli 2025
Guru Ngaji Cabul Bikin Hidup Sesama Guru Ngaji Menderita, Orang-orang Jadi Curiga dan Mem-bully dengan Panggilan "Walid" Mojok

Guru Ngaji Cabul Bikin Hidup Sesama Guru Ngaji Menderita, Orang-orang Jadi Curiga dan Mem-bully dengan Panggilan “Walid”

7 Juli 2025
Jurusan Peternakan, Jurusan yang Saya Jadikan Pelarian, Ternyata Penuh Potensi Cuan yang Super Besar

Jurusan Peternakan, Jurusan yang Saya Jadikan Pelarian, Ternyata Penuh Potensi Cuan yang Super Besar

9 Juli 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=ek8g_0FrLQM

DARI MOJOK

  • Begini Penderitaan Saya Tertipu Polisi Gadungan Jelang KKN: Baru Mau Berangkat Dijadikan Tersangka Pencucian Uang dan Ikut “Sidang PPATK” via Aplikasi Zoom
  • Dosa Besar Pedagang Soto Adalah Merusak Kesegaran Kuah Demi Mempertebal Margin Keuntungan 
  • Iseng Jadi Pengamen Liar di Jogja: Sehari Dapat Cuan Menggiurkan, Tolong Saya saat Luntang-lantung karena Puluhan Kali Gagal Kerja
  • Warga Desa Sebenarnya Kasihan dengan Mahasiswa KKN: Duit Tipis, Hidup Susah, tapi Dituntut untuk “Mengentaskan Kemiskinan”
  • Tiga Tahun Jadi “Calo” Tiket Konser demi Bayar UKT di UNY, Modal Orang Dalam dan Sasar Penonton Kepepet
  • Repotnya KKN sama Mahasiswa Kupu-kupu Tak Paham Organisasi: Bingung Mau Ngapain, Jadi Nggak Guna hingga “Diusir” Warga

AmsiNews

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.